Aksata Pangan, Manfaatkan Makanan Surplus untuk Warga Kurang Mampu

Berhasil selamatkan 10-15 kg makanan surplus per hari

Medan, IDN TImes- Selalu ada inovasi yang mengiringi langkah-langkah Suci Larasati dalam melakukan kegiatan berfilantropi. Selain karena itu adalah kegemarannya, menolong sesama juga ia anggap sangat memberi manfaat bagi orang yang sedang membutuhkan. Bersama teman-temannya yang memiliki kegemaran serupa, Larasati melakukan aksi nyata dengan mendirikan Aksata Pangan yang merupakan salah satu organisasi bank makanan (food bank) berbasis amal.

Founder Aksata Pangan ini menjelaskan jika inisiasi organisasi ini didirikan karena pengalaman pribadinya semasa kuliah. Larasati kerap mengikuti banyak kegiatan saat masa kuliah yang sifatnya bermanfaat untuk pengalamannya maupun kemaslahatan masyarakat. Atas renungan  itu dirinya membulatkan niat untuk menciptakan suatu wadah atau kegiatan yang menyumbang manfaat untuk daerah asalnya, yakni Kota Medan.

1. Gemar bersedekah jadi cikal-bakal Aksata Pangan didirikan

Aksata Pangan, Manfaatkan Makanan Surplus untuk Warga Kurang MampuSiti Suci Larasati, Founder Aksata Pangan (instagram.com/aksatapangan)

Bagi Larasati selaku perempuan yang gemar melakukan aksi-aksi filantropi, bergerak dan melakukan tindakan nyata kepada masyarakat merupakan salah satu hal yang setidaknya harus dilakukan tanpa ditawar. Ia mewujudkan esensi pergerakan itu dibantu oleh teman-temannya dengan mengonsep ide bank makanan yang sangat asing di telinga masyarakat awam. Padahal menurutnya, konsep ini sangat berguna bagi masyarakat, khususnya kota Medan.

“Awalnya, sih, ini adalah suatu komunitas yang isinya anak-anak muda. Kita sebagai anak muda datang dengan membawa konsep memberi sedekah makanan kepada yang membutuhkan. Dan kita memiliki gagasan dengan mengoptimalkan makanan-makanan yang masih bagus kualitasnya namun sering dibuang,” kata Larasati.

Sebelum berganti nama, dulunya Aksata Pangan memiliki nama Food Truck Sedekah. Dari sebuah komunitas kecil yang diisi sekumpulan anak-anak muda, organisasi yang berdiri sejak tahun 2018 ini telah menarik atensi masyarakat Kota Medan. Bahkan kini telah menarik atensi beberapa relawan.

“Cikal-bakalnya adalah kegemaran bersedekah dalam bentuk makanan. Hingga pada akhirnya kita mendapat donasi telur. Nah, bagi sebagian orang telur yang kita terima pada saat itu sering terbuang, sebab bentuknya yang tak sesuai dengan standard karena kecil-kecil sehingga tak terjual dengan maksimal. Namun, jika diolah sebenarnya masih bisa dan kualitasnya masih bagus. Dari hal tersebutlah kami benar-benar berpikir jika sumber makanan yang sering terbuang masih memiliki potensi untuk diolah,” katanya.

Baca Juga: Hari Tani, WALHI Sumut: Jokowi Gagal Laksanakan Reforma Agraria

2. Dikhususkan untuk masyarakat kurang mampu

Aksata Pangan, Manfaatkan Makanan Surplus untuk Warga Kurang MampuWarga mengantre mendapatkan donasi makanan surplus dari Aksata Pangan (instagram.com/aksatapangan)

Larasati menjelaskan jika ada beberapa faktor yang membuat makanan itu terbuang, beberapa di antaranya adalah bentuknya yang tidak indah (estetik), jarang dipilih, tidak terjual dengan maksimal, dan lain-lain. Pada tahun 2020 ia dan teman-temannya telah belajar tentang operasi bank makanan, berbekal pencarian informasi tentang hal tersebut yang telah berjalan di negara lain. Sementara di Indonesia operasi jenis ini cukup awam didengar.

“Yang menjadi tugas kita di Aksata Pangan adalah bagaimana terus berusaha encourage perusahaan makanan, distributor, retail yang punya surplus makanan dan bekenan bekerja sama dengan kita. Pada poin ini cukup sentral, ya, PR-nya. Saya memandangnya karena konsep bank makanan ini masih baru, dan kita butuh effort yang militan untuk memperkenalkan,” ucap perempuan yang gemar melakukan aksi filantropi ini.

Memanfaatkan makanan surplus menjadi misi penting Aksata Pangan. Sebab, makanan tersebut masih bisa dikonsumsi dan teramat sayang jika harus dibuang. Terlebih, mereka menargetkan jika makanan-makanan surplus tersebut diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu. Atas komitmen yang dilakukan Larasati dan teman-temannya, pada tahun 2021 Aksata Pangan resmi terdaftar secara hukum dengan menyatakan diri sebagai bank makanan di Medan.

“Sejauh ini kita punya dua sistem pengambilan makanan, bisa kita ambil langsung di mitra food donor, atau bisa juga seperti distributor sayur, itu mereka antar ke kita di Johor. Untuk penyalurannya kita sering bekerja sama dengan para kepling dan komunitas. Sebab mereka yang mengetahui masyarakatnya agar tepat sasaran, jadi kita punya data berapa makanan yang akan kita keluarkan,” aku Larasati.

3. Berhasil distribusikan dan selamatkan 18 ton makanan surplus dalam setahun

Aksata Pangan, Manfaatkan Makanan Surplus untuk Warga Kurang MampuAksata Pangan membagikan beras surplus (instagram.com/aksatapangan)

Berdasarkan keterangan Larasati, beberapa masyarakat masih berpikir kenapa mereka harus diberi makanan “sisa”, padahal makanan yang diberikan bukanlah makanan sisa, tetapi makanan yang berpotensi terbuang karena faktor fisik yang tidak estetik dan tidak terjual.

Aksata Pangan dapat disebut sebagai organisasi non profit, meskipun berbentuk yayasan namun konsennya ialah aksi sedekah makanan yang sama sekali tak menmungut biaya dari pemberian atau pengambilan makanan.

Larasati menjelaskan jika total makanan yang terkumpul perharinya dapat mencapai 10-15 kilogram makanan. Pada tahun 2022 dulu sekitar 18 ton yang telah diselamatkan yang mana seharusnya itu berakhir di tong sampah namun mereka telah berhasil mendistribusikan.

“Kalau dihitung per porsi, mungkin sekitar 56 ribu makanan yang telah kami salurkan. Jika yang masuk seperti sayuran atau buah-buahan, kadang kita akan olah lagi menjadi makanan jadi, kadang pula langsung kita bagi seperti makanan dari hotel begitu,” tuturnya.

Larasati menyebutkan jika mereka bekerja sama dengan beberapa toko kue, Nutrifood, McD, serta beberapa hotel di Kota Medan. Perempuan yang pada 28 Maret 2023 mendapatkan penghargaan “Winner Every You Does Good Heroes” oleh Unilever ini turut berharap agar Aksata Pangan dapat didukung oleh banyak komunitas lain dan khususnya pemerintah.

“Kita sungguh berharap ada suatu kebijakan yang mengatur tentang bank makanan, sehingga ada landasan yang menjelaskan soal kebermanfaatan. Sehingga masyarakat paham bahwa organisasi ini punya standard yang sesuai prosedur. Karena proses food bank ini tidak hanya membantu masalah sampah makanan, tapi juga menyumbang green emision, kalau tadinya berakhir di TPA tapi kini bisa dikonsumsi,” pungkasnya.

Baca Juga: Jika Rempang Eco City Dibangun, Gimana Nasib Petani di 16 Kampung Tua?

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya