TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menilik Sejarah Tano Ponggol, Diperlebar Demi Pariwisata Toba 

Sejarah kelam kerja paksa era kolonial di Tanah Batak

IDN Times/Prayugo Utomo

IDN Times, Samosir – Presiden Joko Widodo tahun lalu meninjau langsung pengerjaan pelebaran Terusan Tano Ponggol di Pulau Samosir, Sumatera Utara. Jika rampung, terusan bisa dilalui oleh kapal besar. Antara Samosir dan Sumatera bisa dikelilingi. Mengurangi jarak tempuh kapal yang beroperasi di Danau Toba.

Proyek pelebaran ini bagian dari pengembangan pariwisata Danau Toba. Salah satu dari empat destinasi prioritas yang digalakkan Jokowi di era pemerintahannya.

Ternyata Tano Ponggol punya cerita yang begitu tragis. Sejarahnya mulai terabaikan.

Baca Juga: 10 Potret Terrario Penginapan Milik Nicolas Saputra di Tangkahan

1. Dibangun dari keringat kerja paksa Belanda

IDN Times/Prayugo Utomo

Dari berbagai sumber yang dihimpun, Perang pecah di Tanah Batak sekitar tahun 1807-1907 dengan Belanda. Selama 29 tahun perang terjadi di negeri Toba. Perlawanan ini dipimpin oleh Sisingamangaraja XII. Seorang Raja Termasyhur suku Batak.

Masuk ke abad ke-19,  proyek pengerjaan Tano Ponggol dimulai.  Belanda melancarkan sistem kerja paksa karena menaklukkan tanah Batak. Meskipun di beberapa lokasi lain masih terjadi perlawanan.

Belanda ingin memisahkan daratan Sumatera dengan Samosir –kini Kabupaten Samosir. Terusan sepanjang, 1,5 kilometer digali dari keringat orang Batak. Kebijakan pembuatan Tano Ponggol punya dampak yang besar.

2. Rakyat Batak kerja paksa dengan todongan senapan

IDN Times/Prayugo Utomo

Pengerjaan dilakukan bertahun-tahun. Rakyat menggali terusan dengan todongan senapan. Tanpa digaji dan hanya mendapat makan sedanya.

Cerita soal Tano Ponggol diwariskan dari zaman ke zaman. Hingga Samosir pun menjadi pulau.

Tahun 1913 terusan itu diresmikan. Tano Ponggol –yang diartikan dengan tanah terpisah—dinamai dengan Terusan Wilhelmina pada tahun 1913.

3. Alasan Belanda masih spekulatif soal Tano Ponggol

IDN Times/Prayugo Utomo

Masih perlu dilakukan penelitian soal cerita Tano Ponggol. Tujuan Belanda membelah Sumatera dengan Samosir masih spekulatif.

Spekulasi pertama, lantaran Belanda ingin mempersempit ruang pelarian Batak menuju Samosir. Spekulasi lainnya karena Belanda ingin perahu besar bisa mengelilingi Samosir.

Itu memungkinkan Belanda mengontrol sekujur Samosir dari perairan, dan mengawasi penduduk yang melintasi jembatan. Namun masa perahu besar melintas itu hanya sebentar. Pendangkalan di Tano Ponggol terjadi. Perahu tidak bisa lewat.

Tano Ponggol terus menyempit. Kini Tano Ponggol ibarat kali kecil yang memisahkan Sumatera dengan Samosir. Status Samosir menjadi pulau terancam. Jembatan yang kini menghubungkannya hanya selebar sekitar 20 meter.

4. Tano Ponggol bakal diperlebar hingga 80 meter

IDN Times/Prayugo Utomo

Pengerjaan pelebaran dimulai awal 2018 lalu. Pendalaman alur dilakukan sehingga nantinya  akan dapat dilewati oleh kapal pesiar besar berbobot 2.000 DWT (Dead Weight Tonnage).

Alur Tano Ponggol rencananya diperlebar hingga 80 meter. Progresnya sudah terlihat. Sisi kanan kiri alur sudah mulai dikeruk. Pemukiman warga juga sudah ditertibkan.

“Kita berharap kapal-kapal nanti dapat berlabuh di sini bisa berkeliling Danau Toba tanpa ada halangan. Selama ini alurnya sangat sempit sehingga kapal-kapal tidak melewatinya, termasuk bus air yang diusulkan Menteri Perhubungan, ujar Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba Arie Prasetyo, Rabu (31/7).

Baca Juga: Jokowi Sampai ‘Melongo’ Dengar Cerita Batak Makan Orang 

Berita Terkini Lainnya