TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Masih Berdiri Kokoh, Ini 5 Istana di Sumatera Utara

Rata-rata berusia lebih dari 1 abad

Iklan Travel

Besarnya istana menjadi bukti kebesaran dan kejayaan suatu kerajaan. Tak heran pada zaman dahulu para raja berlomba-lomba membangun istana yang megah.

Tak ketinggalan para raja yang ada di Sumatra Utara. 

Salah satu bukti masa kejayaan kerajaan di Sumut adalah Istana Maimun. Bahkan Istana ini sudah menjadi ikon di Kota Medan bahkan Sumatra Utara.

Namun Traveler, Istana Maimun bukanlah satu-satunya istana yang ada di Sumatra Utara.

Inilah lima istana yang ada di Sumut yang bangunan masih berdiri kokoh.

Baca Juga: 5 Masjid di Sumut Ini tak Pernah Sepi Dikunjungi Wisatawan

1. Istana Darul Arif Serdangbedagai

Backpacksejarah

Sisa Kesultanan Serdang dan Kerajaan Bedagai hingga pantai-pantai yang memesona menjadi daya pikat di daerah pesisir Sumatra Utara ini.

Dengan jarak kurang lebih 50 menit dari Bandara Internasional Kualanamu, beberapa objek wisata di kabupaten ini bisa menjadi alternatif bagi yang letaknya tak jauh dari bandara.

Sebut saja Istana Darul Arif ini yang berdiri Pada tanggal 29 Juli 1889, didirikan oleh Sultan Sulaiman Shariful Alamshah yang merupakan raja kelima dari silsilah kesultanan Serdang dalam kraton kota Galuh.

Istana Darul Arif Serdang, jauh dari kemewahan. Bahan utama untuk membangun istana ini adalah kayu dan batu bata. Lahan Istana Darul Arif Serdang cukup luas. Istana ini berbentuk seperti rumah panggung.

Ada tiga lantai, lantai paling atas digunakan sebagai menara pengintai. Atap istana ini berbentuk segitiga, untuk atap menara dibuat segitiga berundak-undak.

Di halaman istana terdapat gapura sebagai pintu masuk.

2. Istana Kerajaan Lima Laras Batubara

Detikkepri

Istana Kerajaan Lima Laras ini terletak di Desa Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

Istana yang sering disebut Istana Niat ini dibangun oleh Datuk Muhammad Yuda, Raja ke-11 dari Kerajaan Lima Laras pada tahun 1907 dan selesai 1912.

Artinya usia istana ini telah lebih dari 1 abad. Kekuasaan kerajaan ini berakhir sekitar tahun 1923 di masa pemerintahan raja ke-12 yakni Datuk Muda Abdul Roni.

Pembangunan istana dengan empat anjungan dan menghadap ke selatan ini mengadopsi arsitektur campuran Eropa, Cina, Melayu.

Unsur Melayu pada bangunan ini sangat dominan pada bentuk hiasan di atap dan jalusi pintu serta jendela.

Lantai pertama istana ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah, sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat tinggal. Tepat di depan Istana Lima Laras terdapat dua buah meriam.

Namun uniknya, meriam ini bukan digunakan untuk menembak musuh, melainkan untuk mengumpulkan rakyat apabila ada pengumuman dari raja.

3. Istana Indra Sakti Tanjung Balai

tanjungbalaiwatch

Tanjungbalai  merupakan bagian dari Kabupaten Asahan yang berjarak ± 180 km dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara.

Sampai tahun 1946, Asahan merupakan salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur negeri-negeri Melayu di Semenanjung Malaka pada masa itu. 

Sejarah pemerintahan kerajaan ini dimulai dengan penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung pada tahun 1630.

Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh sebelas orang raja, sejak raja pertama Sultan Abdul Jalil pada tahun 1630 sampai dengan Sultan Syaiboen Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di kompleks Masjid Raya Tanjungbalai.

Dulunya Istana Indra Sakti ini terletak dekat dengan lapangan pasir tempat pusat kota Asahan, dan sekarang bangunan ini di pindahkan ke ujung Tanjung balai bekas dari bangunan ini sekarang sudah di bangun tempat-tempat perbelanjaan dan toko-toko swasta.

Sekarang bangunan bersejarah ini sudah sangat jarang  dikunjungi dan digunakan masyarakat Tanjungbalai.

Hanya beberapa  acara-acara tertentu sajalah bangunan ini di pakai itupun yang memakainya hanya dari keturunan-keturunan Sultan saja yang sering menggunakan bangunan ini untuk acara-acara kekeluargaan mereka.

4. Istana Tunggang Bosar Tapanuli Selatan

Kesultanan dan Kerajaan di Indonesia

Istana Tunggang Bosar yang merupakan simbol utama Kesultanan Dhasa Nawalu berdiri megah di Desa Janji Maulu Muara Tais, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan. 

Kesultanan Dhasa Nawalu yang mengandung arti delapan arah mata angin.  

Pembangunan istana yang didanai secara pribadi oleh keturunan raja luat ini adalah untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur adat budaya Dalihan Natolu masyarakat suku Batak Angkola yang selama ini telah mati suri.

Bukan itu saja, pembangunan adat ini juga disandingkan dengan agama.

Kini istana Tunggang Bosar telah memiliki sebuah pondok pesantren modern yang dinaungi Yayasan Bagas Godang dan telah menjadi patron pendidikan agama bagi masyarakat Sumatra dan khususnya Pantai Barat Sumatera Utara.

Istana ini telah diresmikan Wakil Bupati Tapsel, Aldinz Rapolo Siregar dan prasastinya ditandatangani Sultan Hameng Kubuwono X diwakili adiknya Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadi Winoto.

Baca Juga: 10 Alasan Kamu Harus Main ke Wisata Alam Datuk di Batubara, Sumut

Berita Terkini Lainnya