TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Uang Saku Atlet PON Sumut Tertunggak, Psikologis dan Program Terganggu

Program try out ke luar harus diperjuangkan

Ketua PJSI Sumut M Arief Fadhillah (IDN Times/Doni Hermawan)

Medan, IDN Times- Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024 akan digelar dalam hitungan beberapa bulan lagi. Namun di saat atlet harusnya sedang memasuki masa akhir persiapan, masalah kembali muncul.

Para atlet dan pelatih hingga saat ini belum menerima uang saku atau uang transport. Hitungan nyaris 2 bulan tertunggak. Hal ini tentu berdampak ke persiapan cabor-cabor yang ditargetkan meraih prestasi sebagai tuan rumah.

Ketua Pengprov Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI) Sumatra Utara Muhammad Arief Fadhillah angkat bicara. Menurutnya dampak dari keterlambatan ini harus jadi perhatian.

"Keterlambatan dana dari KONI bukan hal yang baru. Apalagi ini menyangkut anggaran dari provinsi dalam hal ini Pemprov Sumut. Tahun lalu juga seperti ini, tapi sekarang ini dampaknya lebih besar, karena sudah mendekati PON yang tinggal hitungan bulan," kata Arief, Sabtu (24/2/2024).

1. Psikologis atlet terganggu

Kontingen PJSI Deli Serdang di Kejurprov Judo Sumut 2023 (IDN Times/Doni Hermawan)

Selain itu secara psikologis tentunya juga mengganggu atlet. "Pastilah, kan mereka terima di akhir bulan. Jadi istilahnya mereka kerja dulu, latihan. Kalau sampai akhir Februari berarti 2 bulan sudah terlambat," tambahnya.

Menurut Arief, dari sisi atlet hal ini tentu berdampak ke operasional mereka. Di luar itu, yang lebih berdampak adalah dalam hal program.

"Kita tahu gak mungkin Pemprov pasti keluarkan satu-satu. Pasti secara keseluruhan anggarannya. Berdampak ke program. Kalau cerita cuma kabarnya anggaran Rp90 miliar, dibagi 1.400 atlet dan pelatih sangat-sangat tidak mungkin mengejar prestasi. Tentu jadi cerita yang sering dengar soal anggaran daerah-daerah luar khususnya Pulau Jawa sampai ratusan miliar. Mereka leluasa membuat program, TC luar negeri," tambah Arief.

Menurutnya di satu sisi, pihaknya memaklumi KONI Sumut soal susahnya anggaran. Apalagi ini PON pertama dengan tuan rumah dua provinsi. "PON pertama pakai APBD, jadi agak kelimpungan pemerintah provinsi. Apalagi pascapandemik. Di satu sisi yang paling berat bukan masalah di uang saku, yang lebih penting bantuan dari KONI berupa suplemen bantuan dan lain-lain untuk program. Sangat berdampak," tambahnya.

2. Prestasi tanpa anggaran berat

Pj Gubernur Sumut Hasanuddin berbicara soal persiapan PON 2024 saat Raker KONI Sumut (Dok.Istimewa)

Persoalan anggaran menurut Arief memang terkait dengan banyak hal. Prestasi tanpa anggaran yang mencukupi tentu saja membuat perjuangan Sumut semakin berat untuk menjadi tuan rumah yang berprestasi.

"Kami harap dari pemprov segera dikucurkan. Mohon maaf untuk masyarakat Sumut, sekarang kita cerita yang wajar-wajar saja jika melihat yang selama ini digaungkan Sumut Bersatu Kita Juara. Dengan komposisi keadaan sekarang, gak memungkinkan masuk 5 besar. Walaupun uang bukan segalanya, tapi yang lain-lain sport science sangat penting. Semua terkait," katanya.

Saat ini banyak cabor yang belum memulai TC karena persoalan anggaran ini. Syukurnya judo saat ini sudah pemusatan latihan sendiri sejak awal memulainya meskipun dengan dana terbatas.

"Judo sudah sentralisasi atlet di padepokan kita. Kita siapkan makannya. Bisa kita pantau semua dari berat badan, gizi, walaupun dengan seadanya. Kalau atlet lain gak TC, pulang ke rumah. Mungkin itu berat. Jadi gak bisa dikandangkan dan tak bisa dikontrol," bebernya.

"Di negara maju ahli nutrisinya sudah buat program besok latihan apa? Untuk penguatan otot yang mana? sehingga makanan disiapkan harus apa. Kita jangankan yang simple besok latihan apa? Kalori berapa? Makannya harus apa? Itu aja gak mampu. Kita masih dalam tahap Besok latihan apa? Uang makannya dari mana?," tukasnya.

Berita Terkini Lainnya