TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Raih Medali di Thailand, Mahasiswa USU Buat Aplikasi Deteksi Malaria

Bantu pemerintah kembangkan bidang kesehatan dan teknologi

Mahasiswa kedokteran USU raih medali bronze di kompetisi internasional yang diselenggarakan di Thailand Februari 2024 (dok.istimewa)

Medan, IDN Times - Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) berhasil kibarkan bendera merah putih di Thailand. Kelompok mahasiswa dari Fakultas Kedokteran ini berhasil meraih Bronze Medal di ajang Thailand Inventors Day yang diselenggarakan bulan Februari ini.

Ajang yang mengharuskan peserta dari masing-masing negara menciptakan sebuah inovasinya ini, memantik mahasiswa USU untuk membuat sebuah terobosan. Mereka membawa temuannya berupa prototype aplikasi mobile yang diberi nama MAID (Malaria Infection Detection). 

1. Ciptakan aplikasi deteksi malaria yang membantu kerja petugas kesehatan

Aplikasi MAID hasil inovasi mahasiswa kedokteran USU (dok.istimewa)

Sama seperti namanya, inovasi yang mereka ciptakan berguna untuk mendeteksi infeksi malaria. Bayu Harly Putra selaku perwakilan kelompok, kepada IDN Times menjelaskan temuan ilmiah mereka yang disandingkan dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) itu.

"Inovasi kami akan berguna bagi petugas kesehatan dan masyarakat. Khusus untuk petugas kesehatan, kami mengoptimalkan melalui website. Di mana kami membuat fitur untuk mendeteksi atau diagnosis malaria. Inovasi kami mengecek sampel darah. Dengan bantuan mikroskop, aplikasi yang kami ciptakan bisa mendeteksi trombositnya, eritrosit, dan leukosit," jelasnya.

Yang selama ini untuk mendeteksi darah masih manual alias satu-persatu dihitung, namun dengan adanya temuan dari mahasiswa kedokteran USU akan semakin mudah. Di aplikasi MAID tersebut mereka memakai AI berupa semantic segmentation yang berguna untuk image detection. 

"Jadi nanti secara otomatis ketika mikroskopnya diconectkan ke laptop atau komputer yang ada aplikasi ini, maka aplikasi ini akan dengan sendirinya mengklasifikasikan mana trombositnya, mana eritrosit, dan leukositnya. Nanti juga dihitung sendiri semuanya secara otomatis. Misalnya ada mikroskop yang tidak bisa connect, sampel darah bisa difoto satu-satu dari microskopnya setelah itu diunggah ke aplikasi MAID," tambahnya.

 

Baca Juga: Mengenal Prof Ningrum, Guru Besar USU yang Ingatkan Jokowi Soal Etika

2. Aplikasi MAID bisa digunakan masyarakat awam mendeteksi daerah endemis dan gejala malaria

Mahasiswa USU buat fitur di aplikasi MAID yang dapat menjangkau masyarakat awam (dok.istimewa)

Bayu yang merupakan mahasiswa kedokteran USU angkatan 2020 bersama teman-temannya tak lupa mewujudkan misi lingkungan yang sehat sekaligus paham gejala malaria. Maka dari itu timnya tak hanya dapat membantu petugas kesehatan saja, tapi inovasi yang mereka rancang juga dapat memandu masyarakat awam.

"Untuk mode masyarakat umumnya, ada mode buat screening awal. Salah satunya kami memaksimalkan adanya deteksi. Malaria ini ada daerah endemisnya, ketika pengguna masuk di daerah endemis, nanti di aplikasi kami akan memunculkan notifikasi," sebut Bayu.

Dirinya menjelaskan bahwa lewat notifikasi itu, pengguna bakal diarahkan untuk screening awal. Jika memang sudah terpapar malaria, aplikasi yang mereka ciptakan dapat membantu masyarakat mengidentifikasinya secara rinci. Di mana penyakit malaria sendiri ada masa parasitnya. Jadi malaria tidak langsung menimbulkan efek samping, namun akan ada gejala sekitar tujuh hari setelahnya.

"Inovasi dari kami ini akan mengarahkan untuk screening awal, seperti pertanyaan soal gejala-gejalanya bagaimana dan beberapa pertanyaan lain yang harus dijawab. Nanti pengguna bisa melihat hasil diagnosisnya sendiri. Apakah hasilnya masuk risiko rendah atau tinggi. Kalau risiko tinggi, aplikasi secara otomatis memerintah pasien/pengguna cari pusat kesehatan terdekat. Aplikasi ini selain mendeteksi malaria juga dapat berfungsi sebagai panduan yang mengoneksikan pasien dengan rumah sakit," papar Bayu.

Setelah masyarakat yang terpapar malaria mendapatkan obat dari dokter, obat-obatan itu bisa langsung diinput satu-satu. Seperti apa saja jenis obatnya, dari dokter diperintahkan berapa kali sehari diminum, dan lain-lain. Setelah diinput dari aplikasi, secara otomatis nanti pasien akan diingatkan melalui semacam alarm dan notifikasi bahwa di jam-jam tertentu mereka harus minum obatnya. 

"Masyarakat atau pasien bakal kami pandu. Tak hanya mendeteksi daerah endemis malaria, notifikasi dari MAID juga berisi edukasi dan artikel-artikel Ilmiah seputar malaria. Aplikasi sudah kami rancang dan tinggal tunggu tanggal launchingnya," tuturnya.

Berita Terkini Lainnya