Intip Hungry Ghost Festival di Medan, Mobil hingga Rumah untuk Arwah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Pelaksanaan Hungry Ghost Festival atau Zhong Yuan Jie yang dalam bahasa Mandarin diartikan Festival Hantu Lapar kembali digelar. Sebelumnya 2 tahun perayaan ini ditiadakan karena pandemik.
Acara ini mempersembahkan sejumlah sajian dengan mengenang para leluhur, pada Jumat (12/8/2022) di Vihara Gunung Timur Kota Medan.
Pengurus Vihara Gunung Timur Kota Medan, Edy Salim menjelaskan, kegiatan peringatan ini dilaksanakan setiap bulan 7 ditahun Imlek dan dipercaya saat itu pintu neraka dibuka.
“Tujuannya memberikan makanan dan keperluan yang mereka harap agar tak mengganggu kita,” ucapnya.
1. Persembahan untuk para arwah berkeliaran dipercaya sedang mencari makan layaknya manusia
Menurutnya, ada sejumlah persembahan untuk para arwah-arwah bebas berkeliaran yang dipercaya sedang mencari makan dan kebutuhan lainnya seperti layaknya manusia.
Sehingga, dengan adanya persembahan ini, para arwah diharapkan tak mencari kecelakaan kepada manusia.
“Kita meminta doa, keselamatan supaya mereka (arwah) yang diinginkan mereka dapat,” ujarnya.
Baca Juga: Resmikan Vihara Nanhai Guanyin, Ijeck: Cocok untuk Wisata Religi
2. Persembahan unik mulai dari kertas berbentuk mobil hingga apartemen
Kegiatan yang dilakukan dalam peringatan ini yaitu sembahyang hingga membakar kertas dan patung. Adapun kertas-kertas tersebut juga berbentuk baju, mobil, rumah, apartemen dan lainnya.
“Kita sembahyang para arwah, yang kita bakar ini adalah untuk memberi kepada arwah yang tidak bekeluarga karena sudah (wafat) puluhan bahkan ribuan tahun kita gak tahu berapa orang,” tambahnya.
3. Kertas untuk dibakar berdampak peningkatan tiga kali lipat setelah 2 tahun
Edy menambahkan, dikarenakan sudah ada kelonggaran masa pandemik COVID-19 memberi dampak peningkatan kertas yang dibakar dari para donatur dari sebelumnya. “Bisa ada 3 kali lipat lah, vihara kitalah yang paling besar karena lapangan cukup luas,” ujarnya.
Kertas-kertas yang disebarkan dan dibakar menjadi pengantar doa.
Baca Juga: Sejarah Vihara Gunung Timur, Salah Satu Ikon Multikultural di Medan