TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hal yang Perlu Kamu Tahu Soal Etnis Mandailing di Sumatra Utara

Beragam tradisi dari etnis Mandailing

Instagram.com/@bridestory

Medan, IDN Times- Indonesia terdiri dari beragam suku. Termasuk di Sumatra Utara, hidup berbagai etnis yang mendiami sejumlah daerah hingga berketurunan dan bergenerasi.

Suku Mandailing adalah salah satunya. Persebaran Suku Mandailing di antaranya ada di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Batubara, Kota Medan, Kabupaten Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Rokan Hilir.

1. Marga

IDN Times/Rizka Yulita & Anjani Eka Lestari

Tradisi Martarombo merupakan salah satu bukti otentik yang menunjukkan bahwa penting mengetahui marga sesama orang yang baru dikenal. Tradisi ini juga wajib dilakukan masyarakat Batak. Bagi etnis Mandailing, tradisi tersebut adalah salah satu bentuk interaksi untuk mengetahui silsilah keluarga. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pernikahan dengan satu marga.

Ada sejumlah marga yang terdapat di Suku Mandailing, yang di antaranya Nasution, Pasaribu, Pulungan, Matondang, Lubis, Batubara, Rangkuti, Harahap, Marbun, Dalimunthe, Siregar, Hutasuhut, Hasibuan, Pane, Daulay dan Pohan.

Baca Juga: Resep Daun Ubi Tumbuk Khas Mandailing yang Nikmat

2. Bahasa

IDN Times/Rizka Yulita & Anjani Eka Lestari

Bahasa Suku Mandailing terdiri dari Bahasa Mandailing, Melayu, Minangkabau dan Bahasa Indonesia. Bahasa Mandailing lebih lembut jika dibandingkan dengan bahasa daerah lain. 

Kabupaten Mandailing Natal mayoritas menggunakan bahasa Mandailing. Sedangkan di Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara menggunakan bahasa Mandailing khas Padang Lawas.

Sementara di daerah Rokan Hulu, Pasaman, Sumatera Barat juga memiliki kekhasan tersendiri. Orang-orang Mandailing yang berada di wilayah Asahan, Labuhan Ratu dan Batubara pada umumnya memakai bahasa Melayu Pesisir. 

3. Pakaian Adat

https://thebridedept.com/pernikahan-perpaduan-adat-mandailin

Pakaian etnis Mandailing menggunakan ulos, hampir sama dengan pakaian Batak Toba. Perbedaan yang menonjol terdapat pada hiasan kepala pada pria dan juga pada wanita. Selain itu, perbedaan juga terlihat pada kain ulos yang dikenakan dengan cara dililit pada tengah badan. 

Bulang atau hiasan kepala wanita diikatkan ke kening, sementara ampu atau hiasan kepala pria mempunyai bentuk dan warna yang khas. Bulang yang terbuat dari emas merupakan simbol kebesaran atau kemuliaan yang merupakan simbol struktur masyarakat. 

4. Agama

instagram.com/mujiburrohman

Agama yang dianut masyarakat etnis Mandailing hingga kini di antaranya ada Islam, Protestan dan Kristen Katolik. Agama mayoritas etnis Mandailing adalah Islam. Awal masuknya agama Islam di Mandailing disebarkan oleh Raja Sumatera Barat.

Pada masa itu, raja tersebut berhasil menyebarkan ajaran agama Islam di Mandailing, namun mengalami kegagalan saat menyebarkan ke suku Batak yang lain. Penyebaran Islam di Mandailing kala itu terjadi dalam kurun waktu 4 tahun, yakni dari 1816-1820.

Baca Juga: Dodol Sumpit, Oleh-oleh Khas Mandailing yang Bisa Tahan hingga Sebulan

Berita Terkini Lainnya