TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Melihat 2 Masjid Sulaimaniyah, Aset Sultan Serdang yang Masih Kokoh

Pusat penyebaran agama Islam di wilayah Pantai Cermin

Masjid Sulaimaniyah yang berada di Kota Perbaungan, didirikan Sultan Serdang tahun 1901 (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Serdang Bedagai, IDN Times - Kerap luput dalam perhatian anak muda betapa gigih perjuangan Kesultanan Serdang, baik itu menggaungkan perlawanan yang deras kepada kolonial Belanda, sampai berjuang memberikan layanan kepada rakyatnya.

Meskipun disebut banyak sumber jika Kesultanan Serdang merupakan pecahan dari Kesultanan Deli yang disebabkan oleh konflik internal, namun jejak Kesultanan Serdang di sebagian wilayah Deli Serdang dan Serdang Bedagai masih kental dirasakan.

Mata kita masih bisa melihat bekas peninggalan Kesultanan Serdang di beberapa titik. Meskipun istananya sudah roboh dan kini hanya replikanya saja, namun masyarakat bisa melihat bekas peninggalan lain yang masih berdiri kokoh, yakni Masjid Basyaruddin yang berada di Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu, dan Masjid Sulaimaniyah yang berada di pusat kota Perbaungan dan Pantai Cermin.

Masjid-masjid Kesultanan Serdang sangat kental dengan corak Melayunya; seperti semiotika warna kuning, hijau, dan hitam yang melekat di dinding, atap, hingga kubahnya. Masjid peninggalan Sultan Serdang menjadi napas Keislaman pada masanya. Dan kini menjadi wisata religi bagi para pemeluk agama Islam yang ingin melihat lebih dekat sejarah Kesultanan Serdang.

1. Masjid Sulaimaniyah ada sejak 1901, didirikan 47 tahun setelah Masjid Raya Basyarudin

Masjid Sulaimaniyah yang berada di Pantai Cermin (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Sebelum pusat pemerintahan Kesultanan Serdang berpindah ke Perbaungan, dahulu Rantau Panjang merupakan sentralnya. Masjid Raya Basyarudin yang didirikan tahun 1854 menjadi benteng pertahanan Kesultanan Serdang yang dipimpin Tuanku Basyarudin Syaiful Alamsyah (Sultan Serdang IV) dalam melawan ekspansi kolonial Belanda.

Banyak terjadi gesekan antara Kesultanan Serdang dengan Belanda pada saat itu. Bahkan, gesekan tersebut tak kunjung berhenti saat tahta Sultan Serdang berganti ke Sultan Sulaiman Shariful Alamshah (Sultan Serdang V).

Berdasarkan catatan Kenaziran, Sultan Sulaiman lahir di Rantau Panjang, 19 Januari 1865. Ia merupakan putra tunggal dari Sultan Basyarudin dan Cik Rata atau kira-kira 8 bulan sebelum tentara Militaire Expeditie Tegen Serdang en Asahan dari Batavia menghancurkan Rantau Panjang.

Pada tanggal 29 Juli 1889 Sultan Sulaiman membuka pekan Simpang tiga-Perbaungan (Bandar Setia) dan mendirikan istana Darul Arif di Kraton Kota Galuh. Di tahun-tahun berikutnya (1894) ibukota Kesultanan Serdang dipindahkan dari Rantau Panjang ke Kraton kota Galuh Perbaungan serta didirikanlah masjid raya Sulaimaniyah. Pada tahun 1901 masjid ini dibangun secara permanen, ada yang berada di Kota Perbaungan dan ada di Kecamatan Pantai Cermin.

"Masjid Raya Sulaimaniyah di Pantai Cermin ini tanahnya diwakafkan dan didirikan atas permintaan jamaah kedatukan Pantai Cermin oleh Sultan Serdang, Tuanku Sulaiman Shariful Alamshah pada tahun 1901," kata Nurdin Syam selaku pengurus BKM Masjid Sulaimaniyah Pantai Cermin.

Di prasasti Masjid Sulaimaniyah Pantai Cermin, termaktub jelas setelah masjid didirikan ditunjuklah Baginda Datuk Godang selaku kuasa Nazir. Kemudian oleh Dewan Nazir wakaf Sultan Serdang ditunjuk Tuan H. Karimmudin, dan sejak 1996 kuasa Nazir dipegang oleh Tuan Wan Adam Nuch Alhaj.

Baca Juga: Uniknya Masjid Sultan Riau Penyengat, Berbalut Kuning Telur

2. Masjid Sulaimaniyah menjadi pusat penyebaran agama Islam di wilayah Pantai Cermin

Kondisi terkini Masjid Sulaimaniyah yang berada di Pantai Cermin (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Renovasi Masjid Sulaimaniyah yang berada di Pantai Cermin untuk pertama kalinya diadakan pada tahun 1976 dan kemudian dimulai lagi sejak tahun 2007. Nurdin menyebutkan jika masjid ini tidak boleh direnovasi secara besar-besaran untuk menjaga cagar budaya.

"Karena memang Dewan Kenaziran ingin mempertahankan bentuk asli masjid ini. Ornamen tidak banyak diubah, setiap kali mau dicat atau diperbaiki harus melalui persetujuan Dewan Nazir," ucapnya.

Di dalam masjid, ada 4 tiang kokoh yang menjadi penyanggah masjid. Tiang tersebut dikatakan Nurdin belum ada diubah, hanya dicat saja.

"Masjid ini menjadi sentral penyebaran Islam di wilayah Pantai Cermin. Sekarang kami rutin mengadakan pengajian setiap malam Kamis untuk laki-laki dan perempuan. Ada salat nisfu syaban, salat sunah tasbih, mengundang anak yatim, tabligh akbar, kultum subuh, tarawih, tadarus, bahkan iktikaf pada bulan Ramadan ini," bebernya.

Dirinya yang dipercaya Dewan Kenaziran sebagai sekretaris BKM Masjid Sulaimaniyah ini juga menambahkan jika beberapa waktu lalu pihaknya baru saja merenovasi toilet dengan biaya sekitar Rp125 juta.

3. Di loteng Masjid Sulaimaniyah Pantai Cermin, ada ruang pertemuan yang berfungsi sebagai tempat berdiskusi para Wazir Sultan Serdang

Lantai 2 Masjid Sulaimaniyah, dahulu digunakan para Wazir kesultanan untuk berdiskusi (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Sultan Sulaiman yang mendirikan masjid Sulaimaniyah di Pantai Cermin dan Perbaungan ini terkenal konsistensinya dalam melawan kolonialisme Belanda. Sultan Sulaiman bahkan kerap menyusun strategi dari politik pembangkangan yang bertujuan mensejahterakan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat dalam upaya pengentasan dari Belanda. 

Dirinya membuka perkebunan kelapa dan kopi milik kerajaan, kemudian membuka areal persawahan sehingga Serdang tidak bergantung pada impor beras, membangun kanal Serdang dalam upaya pencegahan banjir, hingga mendirikan sekolah-sekolah gratis. 

Kepada IDN Times, Nurdin menunjukkan sebuah ruangan yang berada di loteng (lantai dua) Masjid Sulaimaniyah. Kondisi ruangan itu sekarang berdebu, karena sudah tidak digunakan sebagaimana fungsinya dahulu.

"Ini ruangan pertemuan zaman dulu. Pertemuan para wazir untuk berdiskusi," kata Nurdin.

Ruangan yang hanya sebesar 4x4 meter ini memiliki peranan tersendiri bagi Kesultanan Serdang. Di sini para Wazir mendiskusikan apa saja, baik strategi pertahanan, peran kesultanan kepada masyarakat, hingga pemakmuran masjid. Lantainya terbuat dari papan dan di atasnya ada bangku yang dibuat mengelilingi ruangan.

Berita Terkini Lainnya