SIEJ Ingin Narasi Lingkungan Punya Porsi Lebih di Tahun Politik

Isu lingkungan masih lemah menjadi bahan pemberitaan

Medan, IDN Times – Narasi tentang isu lingkungan masih belum memiliki porsi besar di dalam kontestasi politik. Pun ada terkadang hanya diduga menjadi bancakan politik saja.

The Society of Indonesian Environmental Journalist (SIEJ) atau Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia di Medan, berupaya mengarusutamakan isu lingkungan menjadi bahasan serius dalam Pemilu.

Khususnya pada Pemilu 2024 mendatang. Upaya pengarustumaan ini dilakukan dengan memberikan pemahaman kepada para jurnalis dan jurnalis warga di Kota Medan, Sumatra Utara. Medan menjadi salah satu dari beberapa kota yang ditarget SIEJ.

1. Narasi soal lingkungan harus diperkuat

SIEJ Ingin Narasi Lingkungan Punya Porsi Lebih di Tahun Politikpexels.com/Tom Fisk

SIEJ menggelar pelatihan dan diskusi untuk 20 jurnalis dan jurnalis warga di Kota Medan. Tujuannya, untuk menempatkan isu lingkungan sesuai dengan fakta yang terjadi.

Dalam pembukaannya, Ketua SIEJ Joni Aswira menyontohkan, saat ini isu yang hangat diperbincangkan adalah polusi di Jakarta. Isu ini menuai pro kontra.

"Kasus ini menimbulkan pro kontra, saling tuding. Mulai dari emisi kendaraan, PLTU, pembakaran sampah dan lainnya," kata Joni.

Kemudian, sejumlah pejabat negara diundang ke istana negara untuk membicarakan solusi jangka pendek dan jangka panjang. Yang menarik, narasi yang berkembang adalah penyebab polusi udara di Jakarta cenderung mengarah ke perilaku masyarakat.

Dikatakannya, pembakaran sampah bisa jadi berkontribusi dalam pencemaran udara. Namun menurutnya ada hal fundamental bagaimana pemerintah implementasi kebijakan dan pengawasan terhadap sektor yang menyumbang emisi karbon jumlah besar.

Dia mencontohkan, pemerintah sudah mendata ada 40-an PLTU tua untuk pensiun dini. Di sisi lain Jokowi juga memiliki program 35 ribu megawatt.

"Pemerintah mencoba membangun mobil listrik atau kendaraan listrik tapi kalo mau tarik ke hulu, material utama untuk batre lithium ujungnya adalah eksploitasi sumber daya alam di Sulawesi. Pencemaran air sudah terasa, konfliknya di masyarakat juga akibat pertambangan nikel," katanya.

Persoalan pencemaran udara tak cuma di Jakarta. Hal serupa terjadi di Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jawa Barat dan daerah lainnya. Perbincangan masalah lingkungan hidup juga bergantung pada demografi dan siapa siapa leader yang menghembuskan isu ini di media sosial.

"Ini lah problem kita menarasikan iklim. Dan masih hadapi sejumlah tantangan," kata Joni, Selasa (29/8/2023).

Baca Juga: Masih Pakai Data 2016, Update Jumlah Orangutan Sumatra Dinanti

2. Perubahan iklim belum punya posisi penting di media massa

SIEJ Ingin Narasi Lingkungan Punya Porsi Lebih di Tahun PolitikIlustrasi perubahan iklim. (Pixabay.com/geralt)

Kata Joni, saat ini isu lingkungan dan perubahan iklim belum memiliki tempat yang baik di media massa. Media, lanjutnya, belum banyak melihat perubahan iklim punya nilai bisnis secara trafik karena keyword yang masih kalah bersaing dalam alogaritma di google.

"Pencemaran udara, biodiversitas, kerusakan ekosistem dan lainnya, ini mau ke siapa didorong narasi ini agar jadi kebijakan publik. Ini lah kenapa kami bikin acara ini. Kita ingin kandidat calon legislatif, calon kepala daerah mengambil momentum ini," katanya .

Sementara itu, Kepala Konsul AS Medan, Bernard Uadan yang hadir membuka acara mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan ini. Menurutnya, dibutuhkan kerja keras dan berkelanjutan untuk memberikan informasi tentang pentingnya lingkungan hidup.

"Perubahan iklim adalah persoalan yang mendesak saat ini. Penting untuk kita menjadikannya prioritas dalam wacana kita terutama menjelang pemilu 2024," katanya.

Dijelaskannya , jurnalis memiliki kesempatan untuk untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang dampak perubahan iklim, keadaan ekonomi dan masyarakat. Amerika Serikat, lanjut Bernard memiliki program kemitraan jangka panjang yang dirancang untuk menciptakan transisi energi salah satunya di sektor tenaga listrik yang adil di Indonesia.

"Jadi kami turut mendukung kelestarian lingkungan seperti program Internasional Visitor Leadership Programne dan lainnya serta lokakarya ini. Saya berharap di akhir kegiatan ini anda akan mendapatkan wawasan tentang topik penting dan lebih siap untuk melaporkannya secara efektif sekaligus menjadi agen perubahan," katanya.

3. Penggalakan narasi lingkungan digelar di beberapa kota

SIEJ Ingin Narasi Lingkungan Punya Porsi Lebih di Tahun PolitikSIEJ menggelar diskusi tentang green election untuk 20 jurnalis dan jurnalis warga di Kota Medan, Selasa (29/8/2023). (Dok: SIEJ)

Diketahui, kegiatan ini digelar sudah digelar sejak awal Juli dan akan berakhir di bulan September. Pertama kali digelar di Sorong, kemudian Kupang lalu Medan. Setelah itu, kegiatan yang sama digelar di Surabaya, dan terakhir di Bandung.

Di hari pertama digelar dalam dua kelas berbeda yakni kelas jurnalis dan kelas jurnalis warga serta konten creator. Selama dua hari, peserta mendapatkan materi dari SIEJ dan juga pengamat lingkungan hidup, Jaya Arjuna, Direktur Green Justice Indonesia, Dana Prima Tarigan.

Di hari kedua pada Rabu (30/8/2023) akan menghadirkan pemateri dari KPU Sumut, Bawaslu Sumut, anggota DPRD Sumut dari PDI-P dan PKS, jurnalis senior serta pengamat politik.

Baca Juga: Sambut Hari Orangutan se-Dunia, COP gelar Abelii Fest 2

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya