Masih Pakai Data 2016, Update Jumlah Orangutan Sumatra Dinanti

Rencananya dipublikasi akhir 2023

Medan, IDN Times – Eksistensi orangutan sumatra (pongo tapanuliensis) masih terancam dengan deforestasi. Selain perburuan, perdagangan terhadap satwa terancam punah ini, masih terjadi.

Kasus demi kasus diungkap. Para pelakunya sudah dihukum. Namun seperti tidak ada efek  jera, kasus kembali terulang. 

Populasi orangutan diduga terus berkurang. Sampai saat ini, pemerintah masih menggunakan data kelangsungan hidup populasi dan habitat (Population and  Habitat Viability Analysis/PHVA) pada 2016.

1. Dalam PHVA 2016, ada 6.667 individu orangutan Sumatra

Masih Pakai Data 2016, Update Jumlah Orangutan Sumatra DinantiSatu dari sembilan individu Orangutan Sumatra yang direpatriasi dari Malaysia ke Indonesia. Mereka adalah korban dari perdagangan satwa liar ilegal. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Dalam PHVA 2016 yang diterbitkan pada 2019, jumlah orangutan sebanyak 71.820 individu. Sebanyak 57.350 individu orangutan kalimantan (pongo pygmaeus) yang hidup di habitat seluas 181.692 km persegi. Luasan ini mencakup Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Sarawak – Malaysia. Kemudian untuk orangutan sumatra, jumlahnya 14.470 individu yang menempati habitat seluas 2.155.692 hektar.

Ditambah spesies orangutan tapanuli (pongo tapanuliensis) yang dideklarasikan pada November 2017 dan langsung masuk dalam status ‘sangat terancam punah’. Saat ini populasinya diperkirakan hanya tinggal 500 sampai 760 individu tersebar pada beberapa blok ekosistem Batang Toru.

Namun, apakah jumlah itu masih sama. Tujuh tahun berlalu, belum ada kajian terbaru tentang jumah populasi orangutan. Sementara, eksistensinya terus terancam.

Baca Juga: Sambut Hari Orangutan se-Dunia, COP gelar Abelii Fest 2

2. Survey populasi orangutan masih dilakukan, hasil diumumkan akhir 2023

Masih Pakai Data 2016, Update Jumlah Orangutan Sumatra DinantiSalah satu karya bergambar orangutan yang mejeng di Peringatan Hari Orangutan Internasional 2023 yang digelar Centre For Orangutan Protection (COP) di Kota Medan, Sabtu (19/8/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam BBKSDA Sumatra Utara, Fifin Nopiansyah mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan survey populasi orangutan. Survey itu dilakukan, baik di dalam dan di luar kawasan konservasi.

“Ada beberapa mitra yang sudah melakukan survey. Beberapa sedang berlangsung. Data data ini akan dikombinasikan dengan punya kita (BBKSDA),” kata Fifin dalam diskusi Peringatan Hari Orangutan Internasional 2023 yang digelar Centre For Orangutan Protection (COP) di Kota Medan, Sabtu (19/8/2023) lalu.

Rencananya, kata Fifin, hasil survey itu akan diumumkan akhir 2023. “Kita memang targetnya di akhir tahun ini memperbaiki data PHVA 2016,” ujarnya.

3. Pentingnya orangutan untuk kelestarian hutan

Masih Pakai Data 2016, Update Jumlah Orangutan Sumatra DinantiPengunjung melihat salah satu karya bergambar orangutan yang mejeng di Peringatan Hari Orangutan Internasional 2023 yang digelar Centre For Orangutan Protection (COP) di Kota Medan, Sabtu (19/8/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Konflik juga menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan orangutan. Data yang dihimpun dari Forest & Wildlife Protection Unit (ForWPU) sepanjang 2018 – 2022, ada 77 kali dilakukan evakuasi orangutan dari konflik di sekitar Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

Rinciannya, 55 kali evakuasi di Aceh dan 22 kali di Sumut. Dari jumlah itu ada lima individu orangutan yang mati. Kematian orangutan biasanya disebabkan oleh dehidrasi, stres hingga terluka karena tindak kekerasan.

Menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), dalam 75 tahun terakhir, populasi orangutan sumatera telah mengalami penurunan sebanyak 80 persen. Dalam IUCN Red List, Orangutan Sumatera dikategorikan Kritis (Critically Endangered).

Founder Yayasan Orangutan Sumatra Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Panut Hadisiswoyo menjelaskan, kehilangan satu persen saja populasi orangutan, maka akan memberikan dampak besar pada ekosistem. Perkembangan jumlah populasi akan berkurang signifikan. Karena dalam siklus hidupnya, perkembangbiakan hidup orangutan begitu lamban.

“Orangutan betina berkembang biak semasa hidupnya paling banyak melahirkan tiga individu. Karena interval perkembangbiakan cukup lama. Sekitar delapan tahun sekali. Karena jika punya anak, dia akan mengurusi anaknya hingga 6-8 tahun,” kata Panut beberapa waktu lalu.

Kehilangan populasi juga akan berdampak serius pada perkembangan ekosistem. Orangutan sebagai satwa arboreal pemakan buah terkenal sebagai petani hutan. Karena orangutan memencar biji-biji buah yang dimakannya. Apalagi satu individu orangutan punya daya jelajah yang cukup luas. Orangutan betina, punya daya jelajah hingga 800 Ha. Sedangkan untuk jantan lebih luas mencapai 1.500 Km.

“Ketika orangutan sudah tidak ada lagi, maka proses regenerasi vegetasi menjadi terganggu.  Orangutan menjadi penyeimbang regenerasi hutan. Artinya, dia juga berperan dalam keseimbangan iklim. Karena menjaga hutan tetap bagus,” pungkas pria yang kini menjabat sebagai Forum Kehutanan Daerah (DKD) Sumut itu.

Baca Juga: Abelli Fest 2 Sajikan Talkshow Love For Orangutan di Pos Bloc Medan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya