Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis Kematiannya

Rangkuman lini masa tentang kematian Golfrid Siregar

Tanya-tanya soal sebab kematian Golfrid masih terngiang
Kata polisi, Golfrid meninggal karena lakalantas tunggal
Namun para kolega tidak percaya,
Begitu banyak hal janggal yang harus ditelusuri kebenarannya

Memoar tewasnya sang pegiat, Medan 6 Oktober 2020

Tepat setahun lalu. Aktifis lingkungan dan Hak Asasi Manusia (HAM) Golfrid Siregar meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan, 6 Oktober 2019 sekitar pukul 17.00 WIB. Dia meninggal setelah menjalani perawatan selama tiga hari.

Polisi menyebut Golfrid meninggal karena kecelakaan tunggal di Jalan AH Nasution  pada Kamis 3 Oktober 2019 dini hari. Terdapat sejumlah luka di tubuhnya. Kepalanya pecah, lebam di bagian mata dan lecet di beberapa bagian lainnya.

Para aktifis sejawat Golfrid tak percaya begitu saja dengan keterangan polisi. Karena masih banyak kejanggalan yang dicatat.

Sejak 2016, Golfrid Siregar menjadi advokat di Walhi Sumut. Selama itu juga dia menangani cukup banyak kasus-kasus lingkungan.

IDN Times merangkum lini masa kasus kematian Golfrid Siregar yang masih menjadi misteri.

1. Golfrid pamit dari rumah untuk pergi ke tempat jasa pengiriman barang

Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis KematiannyaLukisan Golfrid dipajang para aktivis HAM di Medan saat aksi refleksi Sumpah Pemuda di tugu Titik Nol Kota Medan, Senin (28/10) malam. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Resmi Barimbing sempat berkisah kepada awak media soal kapan dia terahir berkomunikasi dengan Golfrid. Saat itu 2 Oktober 2019 sekitar pukul 17.00 WIB. Golfrid pamit untuk pergi ke luar. Golfrid pergi ke klinik dekat rumah kontrakan mereka yang berada di Jalan Bunga Wijaya Kusuma, Kecamatan Medan Selayang. Golfrid juga ingin pergi ke tempat pengiriman barang untuk mengantarkan paket milik istrnya.

Namun ternyata, itu adalah komunikasi terakhir Resmi Barimbing dengan suami yang dinikahi Mei 2017 lalu hingga dikaruniai seorang buah hati.

Saat pergi dari rumah, tidak ada gelagat aneh dari Golfrid. Setelah itu, Golfrid tak kunjung pulang. Resmi mencoba menghubungi sekitar pukul 02.00 WIB pada 3 Oktober 2019. Namun nomor ponselnya tak terhubung. Dia pun gelisah.

Resmi terus mencoba menghubungi di pagi harinya. Namun tetap saja tidak tersambung. Alhasil, kabar duka itu datang sekitar pukul 11.00 WIB. Sang istri mendapt kabar Golfrid sudah berada di RSUP HAM. Kondisinya kritis.

Baca Juga: Golfrid Disebut Kecelakaan, Pegiat HAM Tak Percaya Keterangan Polisi

2. Golfrid sempat singgah ke rumah keluarganya

Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis KematiannyaSepeda motor Golfrid Siregar. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Ternyata Golfrid sempat menghubungi Resmi sekitar satu jam setelah pamit dari rumah. Dia mengatakan akan pergi ke kawasan Marindal, rumah Mak Tua-nya (Saudara perempuan ibu dalam penuturan etnis Batak). Tepatnya di Jalan Bajak I, Gang Peranginan, Kelurahan Harjosari, Kecamatan Medan Amplas.

Saat itu Sang Istri mencoba membujuknya pulang. Karena memang Golfrid sedang sakit. Tapi Golfrid tetap pergi.

Di Gang Peranginan, Golfrid bertemu dengan Pak Tua-nya. Mereka mengobrol. Kemudian dia mengobrol dengan rekan lainnya sampai pukul 22.00 WIB. Selesai dari situ, dia pergi ke warung kopi dekat dari rumah Pak Tua-nya. Dia mengobrol bersama teman-temannya di sana. Saat itu hujan juga sedang turun.

Golfrid memang dikenal dekat dengan masyarakat. Di tempat keluarganya, dia sering dijadikan tempat bertanya. Khususnya masalah hukum.

Malam itu, kennedy yang terakhir melihat Golfrid sekitar pukul 22.40 WIB. Dia melihat Golfrid berteduh dengan ransel dan helm full face-nya. Dia pun sempat menemani Golfrid. Lantas, Golfrid pamit. Karena memang hujan sudah sedikit mereda. Kennedy masih melihat Golfrid memakai helm saat pulang.

3. Golfrid ditemukan kritis di Underpass Titi Kuning

Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis KematiannyaIDN Times/Fadli Syahputra

Golfrid ditemukan tak berdaya di Underpass Titi Kuning. Saksi di sekitar tempat kejadian tidak ada yang mendengar suara seperti kecelakaan kendaraan. Namun polisi mengambil simpulan sementara Golfrid mengalami lakalantas tunggal.

Kepala Satuan Lalu lintas Polrestabes Medan AKBP Juliani Prihatini menjelaskan saat ditemukan, kondisi luka Golfrid sebagian besar di bagian kanan tubuhnya.

“Saat itu kondisi (Golfrid) luka pada mulut, kuping dan juga hidung mengeluarkan darah. Lebam pipi sebelah kanan, dan juga mata sebelah kanan. Ada goresan di jari kaki luka lecet di sebelah kanna . Di siku ada luka lebam di tangan kiri,” ungkap Juliani, dalam paparan resmi, 11 Oktober 2019.

Pihaknya juga sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP). Mereka menduga sepeda motor korban terhempas ke trotoar.

“Kami mengukur shock (sepeda motor) yang sebelah kanan, ketinggiannya 28 Cm. Dia kemungkinan merapat ke trotoar. Trotoar itu tingginya 25 Cm. Sepeda motor sisi kanan menghantam trotoar dan korban terjatuh,” jelasnya.

Golfrid juga diduga tidak memakai helm saat kecelakaan. Helm itu ditentengnya di lengan kiri. Karena petugas melihat ada luka pebam di tangan bagian kiri.

Saat kejadian itu, awalnya Unit Lantas Polsek Delitua mendapat informasi. Golfrid dibawa ke Rumah Sakit Mitra Sejati.

Namun sayangnya saat itu ruang ICU penuh. Sehingga dia dirujuk ke RSUP H Adam Malik, Medan.

Polisi pun memeriksa kendaraan milik Golfrid. Honda CBR BK 4214 AIE itu mengalami kerusakan di bagian kanan.

“Dari sisi kendaraan, sein kanan patah, stang kanan tergores, bagian bawah tergores. Pijakan rem belakang juga bengkok. Termasuk knalpot ada gesekan pada bagian luar,” tukasnya.

Selain itu spion kanan juga patah. Pedal kaki penumpang dekat knalpot juga patah. Kata Juli, itu yang menguatkan jika Golfrid mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal.

4. Ada alkohol di lambung Golfrid

Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis KematiannyaDok. IDN Times/IStimewa

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Laboratorium Forensik Cabang Medan Kombes Wahyu Marsudi dalam kesempatan itu juga mengatakan jika pihaknya sudah melakukan pemeriksaan di laboratorium. Cairan lambung Golfrid diperiksa.

“Itu kita temukan positif alkohol. Kemudian dari isi lambung dan kita lakukan pemeriksaan, kita tidak temukan adanya narkoba maupun cairan toxic yang lain,” ungkapnya.

Penelitian dilakukan Rabu (9/10/2019) atau enam hari setelah kejadian. “Jadi dari hasil ini kita analisa bahwa si korban itu mengonsumsi alkohol cukup bisa dikatakan banyak,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kennedy membantah jika saat Golfrid datang ke Warkop, dia ada meminum, minuman keras. Karean di tempat itu memang sama sekali tidak menjualnya.

5. Barang-barang Golfrid dicuri oleh pebetor yang menyelamatkannya

Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis KematiannyaIDN Times/Prayugo Utomo

Polda Sumut menciduk tiga orang yang mengantarkan Golfrid ke rumah sakit. Mereka adalah Kempes, Feri dan Wandes. Mereka mengambil barang-barang milik Golfrid. Komputer jinjing, ponsel, dompet, cincin dan berkas-berkas yang ada di dalam tas Golfrid.

Mereka mengambil barang-barang itu setelah mengantarkan Golfrid. Lantas barang-barang itu sempat dijual mereka. Hingga akhirnya mereka ditangkap.

Komputer jinjing, ponsel dan berkas sudah dikembalikan. Yang belum ditemukan, cincin dan dompet serta satu ponsel lagi. Dompet itu dibuang ke sungai. Uang Rp150 ribu di dalam dompet diambil untuk sarapan pagi.

“Kebetulan pelaku ini berkomplot 5 orang. Tapi sampai dengan saat ini yang bisa kita amankan ada 3 orang. Dua lagi masih dilakukan pengejaran,” imbuh Kombes Andi Rian, Direktur Kriminal Umum Polda Sumut.

6. Kolega sempat mendesak bentuk TPF independen

Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis KematiannyaIDN Times/Prayugo Utomo

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara masih menganggap penyebab kematian Golfrid misteri. Meskipun kepolisian sudah memberikan hasil sementara jika penyebab kematian kuasa hukum Walhi itu adalah kecelakaan tunggal.

Walhi menilai masih banyak kejanggalan dalam kasus itu. Mereka menduga banyak fakta yang tidak dijelaskan polisi. Para kolega Golfrid sempat membentuk tim investigasi. Saat itu ada sekitar 48 lembaga.

Nantinya, temuan fakta dari tim investigasi yang dibentukn akan diserahkan ke Polda Sumut. Mereka juga akan meminta polisi Tim Pencari Fakta (TPF) independen.

“Harapannya, pihak Polda mau membuka diri dan terbuka. Tujuan kita sama-sama baik agar tidak terjadi kecurigaan dan satu persepsi terkait kasus ini,” ungkap Dana Tarigan, Direktur Eksekutif Walhi Sumut.

7. Luka pada tubuh Golfrid masih menyisakan tanda tanya

Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis KematiannyaIDN Times/Gideon Aritonang

Menurut Walhi, luka-luka pada tubuh Golfrid menuai kecurigaan. Bahkan luka itu disebut tidak mengarah pada kejadian laka lantas. Belum lagi, saksi-saksi yang diperiksa. Mereka disebut sebatas mengetahui kejadian setelah  dan sebelum kecelakaan.

Sejauh ini tidak ditemukan bekas darah yang banyak di jalan, dan luka-luka pada tubuh korban, terutama lebam pada bagian mata tak menunjukkan tanda-tanda bekas kecelakaan. Terlebih luka pada tempurung kepala korban.

“Terlalu cepat Polda menyimpulkan bahwa ini adalah kecelakaan tunggal,” kata Dana.

“Kita mau ada tim independen pencari faktanya. Supaya kasus ini bisa lebih transparan, akuntabel dan tidak saling mencurigai. Tapi sampai sekarang kita juga masih menunggu hasil visumnya, hasil analisisnya," ujar Dana

8. Golfrid vokal menyuarakan isu lingkungan

Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis KematiannyaDok. IDN Times/Istimewa

Sempat mencuat kecurigaan jika kasus Golfrid berkaitan dengan kasus-kasus lingkungan yang tengah diadvokasi Walhi. Sejak 2016, Golfrid Siregar menjadi advokat di Walhi Sumut. Selama itu juga dia menangani cukup banyak kasus-kasus lingkungan.

Walhi Sumut pun melakukan investigasi internal. Apakah kematian Golfrid terkait kasus yang diadvokasinya.

“Kita akan terus menginventarisir kasus. Baik yang ditangani Walhi, maupun kasus yang ditangani oleh Golfrid, karena beliau ini lawyer. Kita akan coba cari tahu semua sembari menunggu apa Yang akan dipaparkan oleh kepolisian,” ungkap Dana.

Sejumlah kasus yang pernah dan sedang ditangani Golfrid antara lain, pendampingan masyarakat terdampak aktivitas sejumlah perusahaan di Simalungun. Lalu kasus perambahan hutan di Kabupaten Karo. Kemudian Nelayan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang terkait perusahaan penambang pasir laut.

Golfrid juga menjadi Kuasa Hukum Walhi saat menggugat soal Analisisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) PLTA Batang Toru di Tapanuli Selatan Sumatera Utara yang dikembangkan PT NSHE. Dalam hal ini yang menjadi tergugat adalah Gubernur Sumatera Utara.

“Itu kajian hukumnya Golfrid semua yang buat,” kata Dana.

9. Walhi semprot Emmy Hafild yang sebut kasus Golfrid dimanfaatkan untuk cari panggung

Setahun Kepergian Aktivis Golfrid Siregar, Ini Kronologis KematiannyaPenasihat Senior untuk Komisaris Utama PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Emmy Hafild yang juga pernah aktif sebagai Aktivis Walhi (IDN Times/Prayugo Utomo)

Pernyataan Penasihat Senior untuk Komisaris Utama PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) atau PLTA Batang Toru Emmy Hafild menuai kontroversi. Dia menyebut, kematian Aktivis Lingkungan dan Hak Asasi Manusia Golfrid Siregar jadi ajang cari panggung segelintir orang.

Dia juga menyinggung proses advokasi yang dilakukan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) bersama beberapa lembaga lainnya terlalu lemah untuk membuktikan jika Golfrid memang dibunuh. Membantah keterangan polisi yang menyebut jika Golfrid hanya mengalami kecelakaan lalu lintas tunggal. Dia pun membandingkannya dengan kasus kematian Munir Said Thalib (KontraS) yang berhasil diungkap karena keracunan.

“TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) nya hasilnya apa. Tapi kalau mengaitkan itu dengan NSHE, saya kira sedih saya. Gak mungkin saya bergabung dengan perusahaan yang membunuh orang,” kata Emmy di Kota Medan,  Selasa (18/2).

Perempuan bernama lengkap Nurul Almy Hafild ini tak mengenal betul sosok Golfrid. Namun dia malah balik meragukan perjuangan rekan-rekan Golfrid untuk memperjuangkan kasus itu. Emmy kembali membantah jika NSHE terlibat dalam kematian Golfrid. Meskipun tak ada yang menuding NSHE secara langsung. Bahkan Emmy kembali mengatakan keraguannya atas advokasi yang dilakukan.

“Golfrid saya tidak kenal secara pribadi. Karena dia jauh di bawah saya. Tapi saya sedih, kematian dia dimanfaatkan oleh teman-temannya untuk bisa populer. Apakah betul mereka menuntut kematiannya karena dibunuh, saya belum melihat ada buktinya. Yang ada cuma dugaan-dugaan,” tukasnya.

Yang mengejutkan, Emmy menuding kematian Golfrid terus digulir untuk mendongkrak popularitas Direktur Eksekutif Daerah WALHI Sumut Dana Prima Tarigan yang mencalonkan diri sebagai Direktur Eksekutif Nasional (Eknas) WALHI.  Dia juga menyebut Dana ingin terus menerus tampil di media massa. Sehingga kasus itu terus digulir.

“Saya sedih aja, temannya meninggal kok digunakan untuk mempopulerkan diri untuk maju sebagai eksecutive director  WALHI. Itu menurut saya tidak etis. Itu boleh diquote yah,” ujar politisi NasDem itu.

Lebih jauh lagi, Emmy menyebut advokasi yang dibuat WALHI begitu lemah. “Jadi tidak menguasai persoalan tapi ngomong, kombur. Iyah nggak ?. Banyaknya kombur, banyaknya dugaan-dugaan,” imbuhnya.

Direktur Eksekutif WALHI Sumut Dana Prima Tarigan tampaknya geram dengan pernyataan Emmy. Bagi Dana, Emmy hanyalah orang yang tidak mengerti kasus kematian Golfrid secara rinci.

“Emmy Hafild  tidak pernah mengikuti kasus kematian Golfrid,” ujar Dana, Minggu (23/2) petang.

Soal tudingan mencari popularitas yang disebut Emmy, Dana memberikan pernyataan keras. Bagi dia, Emmy sama sekali tidak punya empati terhadap Golfrid. WALHI dan beberapa NGO lainnya hanya ingin menegakkan keadilan. Bukan mencari popularitas.

“Kalau tidak mau berempati dengan kematrian Golfrid, dia tidak perlu bilang sedih. Dia Cuma butuh berempati. Kalau tidak punya empati lebih baik diam,” tegasnya.

Dana juga geram dengan pernyataan Emmy yang menyebut kasus Golfrid hanya jadi ajang untuk memuluskan jalan dirinya maju di Eknas. Justru, keinginan maju di Eknas menjadi tanggung jawabnya membuka tabir kematian Golfrid.

“Menjadi eknas itu pilihan internal lembaga. Tidak ada kaitannya butuh elektabilitas publik. Karena yang memilih juga internal WALHI,” pungkasnya.

Baca Juga: Aktivis Golfrid Dinyatakan Tewas Karena Kecelakaan, Ini Kronologisnya

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya