Gajah Dargo Mati Kena Pestisida, Fitri Masih Diteliti

Balai Gakkum selidiki BNWS

Medan, IDN Times – Dua ekor gajah mati di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) Kabupaten Padang Lawas Utara dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Gajah pertama adalah Dargo yang mati pada Minggu 25 September 2022.

Setelah Dargo yang berusia 57 tahun (sumber BBKSDA Sumut), dunia konservasi gajah kembali berduka. Fitri, anak gajah berusia 4 tahun mati pada Senin (17/10/2022). Sayang, kabar kematian kedua gajah tersebut seakan hendak ditutupi. Publik mengetahui kematian dua gajah ini pertama kali melalui media sosial sejumlah orang.

Kabar resmi soal Dargo baru diketahui beberapa hari setelah kematiannya. Namun hanya sebatas informasi terkait kapan gajah tua itu mati. Direktur BNWS Henry Sukaya Wijaya yang dikonfirmasi menolak memberikan jawaban. “Masih harus ada rekom dari bksda ke kita bang,” ujar Henry lewat pesan singkat pada 18 Oktober 2022 lalu.

Begitu juga dengan kabar gajah Fitri. Pihak berwenang tidak memberikan informasi komprehensif.

IDN Times mencoba menelusuri berbagai informasi ihwal Dargo dan Fitri. Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Rudianto Saragih Napitu baru bersedia ditemui pada Rabu (2/10/2022). Rudianto menjelaskan penyebab kematian kedua gajah itu.

1. Gajah Dargo keracunan pestisida

Gajah Dargo Mati Kena Pestisida, Fitri Masih DitelitiGajah Sumatra bersama para mahout di Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS), Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatra Utara. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Rudianto menjelaskan kematian Dargo disebabkan keracunan. Hasil nekropsi Dargo menunjukkan ada unsur fosfor di dalam tubuhnya.

Dargo diduga keracunan dari pakan tanaman yang mengandung pestisida. “Dargo dugaannya keracunan pakan dari sekitar situ. Dari ladang warga.  Atau dari limbah sungai. Ada perusahaan karet di atas situ,” kata Rudianto.

Pihaknya juga sudah melakukan pengecekan di lapangan. Melakukan pemeriksaan kepada para mahout. Menggali penyebab bagaimana bisa Dargo keracunan pestisida.

“Kita tetap lakukan investigasi. Hasilnya itu, untuk sementara itu,”  ujarnya.

Baca Juga: Penyebab Kematian Gajah Dargo Belum Diketahui, Ada yang Ditutupi?

2. Fitri mati mendadak, penyebab masih dipelajari

Gajah Dargo Mati Kena Pestisida, Fitri Masih DitelitiIlustrasi Gajah Sumatra. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Rudianto juga menjelaskan soal kematian Fitri. Kematian ini cukup mendadak. Karena, sebelumnya tidak ditemukan tanda – tanda apapun.

“Sabtu masih baik – baik saja. Kemudian senin pukul 11.00 WIB ditemukan mati,” ujarnya.

Fitri adalah gajah yang lahir di BNWS pada 16 Juni 2018 lalu. Gajah hasil perkawinan Dini dan Dwiki ini lahir tepat pada Hari Raya Idul Fitri.

Rudianto menduga ada keterkaitan antara kematian Dargo dan Fitri. Namun, pihaknya masih menunggu hasil nekropsi Fitri yang diperkirakan akan terbit pada pekan depan. Sampel Fitri dikirimkan ke Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Institut Pertanian Bogor (IPB).

3. BNWS dalam pengawasan khusus, Balai Gakkum lakukan penyelidikan

Gajah Dargo Mati Kena Pestisida, Fitri Masih DitelitiGajah Dargo semasa hidup. (Dok BNWS)

Kematian gajah di BNWS membuat lembaga konservasi itu diperiksa BBKSDA Sumut. Bahkan, BBKSDA Sumut menetapkan status ‘Dalam Pengawasan Khusus’ kepada BNWS.

Empat mahout dari BBKSDA Sumut ditempatkan di sana untuk melakukan pengawasan. 13 gajah yang ada dikumpulkan ke dalam satu tempat di lapangan utama.

BBKSDA, kata Rudianto, ingin melihat apakah ada kelalaian dalam penanganan gajah. Sehingga berbuhntut fatal pada mamalia besar itu.

Temuan BBKSDA Sumut, BNWS ternyata tidak memiliki dokter hewan yang bersiaga di sana. Sehingga, penanganan gajah yang bermasalah tidak bisa dilakukan dengan cepat. 

“Harus menunggu dokter dari Medan, atau dari Tapsel. Ini kita catat sebagai temuan,” ungkapnya.

Temuan lainnya adalah soal pakan gajah yang berkurang. Lantaran, pakan untuk gajah susah tumbuh di sana. Termasuk soal nutrisi tambahan untuk gajah.

Pasca kematian Dargo dan Fitri, BBKSDA Sumut menerjunkan tim dokter untuk memeriksa kondisi gajah lainnya. “Kita cek kesehatannya. 9  dalam kondisi baik. Sudah keluar hasil pemeriksaan darahnya. Selebihnya (empat) masih proses,” ungkapnya.

BBKSDA juga menggandeng Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum (Gakkum) Wilayah Sumatra melakukan penyelidikan. Sampai saat ini penyidik Gakkum masih melakukan pemeriksaan di sana.

“Ini dilakukan biar bisa menjawab  problem yang ada,” ungkapnya.

 Dengan status dalam pengawasan khusus, aktifitas BNWS dibatasi. Lokasi ekowisata itu diminta membatasi jumlah pengunjung. Termasuk interaksi terhadap gajah.

“Sejauh ini pengelola kooperatif. Kita ingin mengurai sumber masalahnya,” pungkasnya.

Baca Juga: Pria Ditemukan Tewas Tertimbun Lumpur, Diduga Diserang Kawanan Gajah

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya