3 Bulan MT AASHI Kandas, Dampak Kerusakan Lingkungan Terus Meluas

Sampai saat ini nelayan tidak bisa melaut

Nias Utara, IDN Times – Terhitung sudah lebih tiga bulan kapal pembawa aspal bitumen MT AASHI kandas di perairan Desa Humene Siheneasi, Kecamatan Tugala Oyo, Kabupaten Nias Utara. Tepatnya pada 11 Februari 2023 lalu. Hingga saat ini, kapal belum dievakuasi.

Karamnya kapal berdampak pada pencemaran ekosistem laut yang cukup serius. Muatan aspal tumpah ke laut.

Pencemaran sudah cukup nyata terjadi. Nelayan tidak bisa melaut karena tidak ada ikan. Penyu juga sudah jarang terlihat.

Lantas seperti apa proses penanganan pada kapal berbendera Gabon itu? Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Nias Utara, Sabar Jaya Telaumbanua membeberkannya kepada IDN Times.

“Hingga saat ini belum dilakukan evakuasi. Memang sudah dilakukan upaya upaya. Kemenhub sudah melaksanaka pertemuan, lintas kementerian terkait. Termasuk pemerintah daerah. Bahwa ini akan dilakukan sesegera mungkin,” ungkap Sabar Jaya, 11 Mei 2023 lalu.

1. Baru 86 ribu ton aspal yang terkumpul

3 Bulan MT AASHI Kandas, Dampak Kerusakan Lingkungan Terus MeluasKondisi Kapal MT AASHI yang mengalami pecah lambung kanan di perairan Nias Utara, Sumatra Utara. (Diskominfo Nias Utara)

Perkembangan terakhir yang didapat IDN Times, ada 86,56 ton aspal yang terkumpul. Aspal ini dikumpulkan dari tiga pos penanganan; Afulu, Tugala Oyo dan Lahewa. Sementara diketahui, kapal itu membawa sekitar 3.500 metrik ton aspal.

“Kita tidak tahu, berapa yang sudah tumpah,” tukasnya.

Beberapa waktu lalu, pembersihan sempat berhenti. Bahkan, evakuasi berhenti selama tiga pekan.

Dia khawatir, jika evakuasi tidak juga dilakukan, justru akan memperluas cakupan pencemaran.

“Kita berharap perwakilan dari dari kapal ini, yakni PT Nusantara Salvage Indonesia untuk dapat  betul betul serius melakukan penanganan,” katanya.

Untuk diketahui PT Nusantara Salvage Indonesia adalah perusahaan yang ditunjuk kementerian untuk melakukan pembersihan. 

Baca Juga: Sebulan MT AASHI Kandas, Penyu Mulai Hilang di Nias Utara

2. Perusahaan harus tanggungjawabi dampak kerusakan

3 Bulan MT AASHI Kandas, Dampak Kerusakan Lingkungan Terus MeluasCemaran aspal dari MT AASHI yang karam di Nias Utara sudah menyebar hingga perairan Nias Barat dan Nias Selatan. (Istimewa)

Pemkab tetap menanti tanggungjawab perusahaan kapal. Karena dampak yang ditimbulkan sudah dirasakan.

“Nelayan kita terganggu. Tidak bisa menangkap iokan. Budidaya lobster terancam. Habitat penyu untuk bertelur terancam juga. Jadi kita berharap ini dilakukan penuntasan. Evakuasi kapal dan pembersihan,” ungkapnya.

Memang upaya evakuasi kapal sudah dilakukan. Namun cuaca buruk menjadi tantangan proses evakuasi.

3. Kompensasi dampak lingkungan masih menunggu perhitungan pemerintah pusat

3 Bulan MT AASHI Kandas, Dampak Kerusakan Lingkungan Terus MeluasCemaran aspal dari MT AASHI yang karam di Nias Utara sudah menyebar hingga perairan Nias Barat dan Nias Selatan. (Istimewa)

Saat ini, Pemkab Nias Utara masih menunggu kalkulasi pemerintah pusat terkait dampak yang ditimbulkan. Khususnya untuk kompensasi terhadap nelayan yang terdampak.

“Kerugian nelayan ini dalam arti kehilangan mata pencahariannya. Yang seyogyanya dia melaut, ikan sekarang tidak ada. Tidak tertutupi biaya operasi. Malah tidak melakukan aktifitas penangkapan ikan,” ungkapnya.

Pencemaran semakin meluas. Dari titik kandas, aspal sudah meluas ditemukan di Pulau Sarangbaung, dekat perbatasan Aceh yang ada di sisi utara Nias. Kemudian, pencemaran juga sudah sampai di Nias Selatan.

Ketua Kelompok Konservasi Laut Indah Lestari Yanuarman Gulo mengkritik pola penanganan cemaran aspal dari MT AASHI. Kata dia cemaran aspal sudah membuat kerusakan ekologi yang serius.

Dia menilai, pola penanganan yang dilakukan masih sangat lamban. Bahkan terkesan hanya formalitas saja. Tidak ada pola yang terukur dalam penanganan pencemaran. Terbukti, saat mereka melakukan penyelaman bersama dinas setempat di kawasan Lahewa. Mereka masih menemukan aspal di dalam laut. Dalam radius 100 meter, ada 67 Kg aspal yang mereka angkat.

“Itu hanya bagian yaang bisa kami ambil saja. Masih banyak itu di dasar laut. Itu puluhan kilometer dari jarak kapal kandas,” katanya.

Ukuran gumpalan aspal mulai dari sebesar jari manusia hingga sebesar meja. “Jadi banyak yang sudah menimpa terumbu karang. Sehingga, saya yakin benar, pembersihan yang dilakukan mereka hanya di pesisir. Hanya di pasir. Kalau pun yang di laut, hanya yang tinggi sedengkul,”ujar Yanuarman, Senin (20/3/2023).

Lokasi kandasnya kapal, masuk ke dalam zona konservasi penyu dan pesisir. Di dekat sana, ada 200 ribu lebih mangrove yang ditanam oleh Koalisi Bahari Konservasi Laut Indah Lestari. Yanuarman dan lembaga lainnya terlibat langsung dalam penanaman bakau itu.

Yanuarman khawatir, meluasnya pencemaran akan berakibat fatal bagi konservasi pesisir.“Aspal ini sangat berbahaya. Bisa membunuh ekosistem pesisir. Misalnya mlangrove. Ketika i0tu melekat di daun, bisa berbahaya. Begitu juga pada penyu,” katanya.

Yanuarman mendesak agar pemerintah mengambil langkah konkret dalam penanganan pencemaran. Dia juga mendesak agar perusahaan diberikan sanksi tegas.

“Kita sangat setuju, ini masuk di pengadilan. Tapi di luar itu, perusahaan harus melakukan rehabilitasi secepat mungkin. Jangan sampai menunggu hasil pengadilan. Masyarakat lapar tidak bisa menunggu. Jangan (pembersihan) hanya formalitas,” imbuhnya.

Kapal sepanjang 101,9 meter dan lebar 16 meter itu mulanya sudah berlayar dari Uni Emirat Arab (UEA) sejak 19 Januari 2023 lalu. Rencananya, kapal akan bersandar ke Padang dan Sibolga untuk membongkar muatan aspal. Kapal itu mengalami pecah lambung bagian kanan dan kandas.

Baca Juga: KLHK Hitung Kerugian Lingkungan Akibat Tumpahan Aspal MT AASHI

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya