Sebulan MT AASHI Kandas, Penyu Mulai Hilang di Nias Utara

Nelayan kesulitan mencari ikan

Nias Utara, IDN Times – Sudah 36 hari tanker pembaw aspal (bitumen) MT AASHI kandas di laut Kabupaten Nias Utara, Sumatra Utara. Kapal berbendera negera Gabon itu kandas di Desa Humene Siheneasi, Kecamatan Tugala Oyo

Dari laporan yang diterima, kondisi badan kapal kian miring. Sampai saat ini, kapal bermuatan 3.595 metric ton itu belum juga dievakuasi.

Pencemaran dari tumpahan aspal terus terjadi. Tidak berbanding lurus dengan pola penanganan pencemarannya.

Kapal sepanjang 101,9 meter dan lebar 16 meter itu mulanya sudah berlayar dari Uni Emirat Arab (UEA) sejak 19 Januari 2023 lalu. Rencananya, kapal akan bersandar ke Padang dan Sibolga untuk membongkar muatan aspal.

1. Hanya tumpahan aspal di pantai dan di permukaan laut yang dikutip

Sebulan MT AASHI Kandas, Penyu Mulai Hilang di Nias UtaraCemaran aspal dari MT AASHI ditemukan di pantai. (Istimewa)

Ketua Kelompok Konservasi Laut Indah Lestari Yanuarman Gulo mengkritik pola penanganan cemaran aspal dari MT AASHI. Kata dia cemaran aspal sudah membuat kerusakan ekologi yang serius.

Dia menilai, pola penanganan yang dilakukan masih sangat lamban. Bahkan terkesan hanya formalitas saja. Tidak ada pola yang terukur dalam penanganan pencemaran.

Terbukti, saat mereka melakukan penyelaman bersama dinas setempat di kawasan Lahewa. Mereka masih menemukan aspal di dalam laut. Dalam radius 100 meter, ada 67 Kg aspal yang mereka angkat.

“Itu hanya bagian yaang bisa kami ambil saja. Masih banyak itu di dasar laut. Itu puluhan kilometer dari jarak kapal kandas,” katanya.

Ukuran gumpalan aspal mulai dari sebesar jari manusia hingga sebesar meja. “Jadi banyak yang sudah menimpa terumbu karang. Sehingga, saya yakin benar, pembersihan yang dilakukan mereka hanya di pesisir. Hanya di pasir. Kalau pun yang di laut, hanya yang tinggi sedengkul,”ujar Yanuarman, Senin (20/3/2023).

Yanuarman mendesak evakuasi bisa dilakukan secara komprehensif. Pelibatan masyarakat penting dilakukan untuk memaksimalkan pembersihan.

2. Nelayan sudah kehilangan tangkapan dalam jumlah besar

Sebulan MT AASHI Kandas, Penyu Mulai Hilang di Nias UtaraCemaran aspal menimpa terumbu karang. (Istimewa)

Dampak pencemaran sudah nyata terlihat. Ikan susah dicari di laut yang sudah tercemar.

“Kalau mereka melempar jaring, yangf dapat bukan ikan. Malah aspal hotmix,” ungkapnya.

Jika ingin mendapat ikan, nelayan harus berlayar lebih jauh lagi. Konsekuensinya, mereka harus mengeluarkan biaya tambahan BBM.

“Ïtu pun belum tentu dapat ikannya,”tukasnya.

Yanuarman juga memikirkan dampak jangka panjang dari pencemaran yang terjadi. Nelayan menjadi penerima dampak langsung dari pencemaran yang ada.

“Evakuasi muatan kapal harus segera dilaksanakan. Mengingat ini bisa terjadi badai dan mengakibatkan, kapal yang sudah miring makin terbalik. Aspal akan tertumpah dan memperparah bencana,”katanya.

Sampai sekarang, kata Yanuarman, nelayan yang terdampak belum mendapat kompensasi apapun. Baik dari pemerintah ataupun perusahaan kapal.

“Pemerintah daerah sudah melakukan survey terhadap nelayan yang terkena dampak. Tapi hanya sebatas, penyampaian keluhan – keluhan,” tukasnya.

Baca Juga: Ekspor Perdana, Kelapa Segar Nias Utara Berlayar ke Tiongkok

3. Penyu terancam hilang, mangrove bakal rusak

Sebulan MT AASHI Kandas, Penyu Mulai Hilang di Nias UtaraSeekor penyu yang berada disalah satu konservasi pelestarian penyu di Kabupaten Bantul. IDN Times/Daruwaskita

Lokasi kandasnya kapal, masuk ke dalam zona konservasi penyu dan pesisir. Di dekat sana, ada 200 ribu lebih mangrove yang ditanam oleh Koalisi Bahari Konservasi Laut Indah Lestari. Yanuarman dan lembaga lainnya terlibat langsung dalam penanaman bakau itu.

Yanuarman khawatir, meluasnya pencemaran akan berakibat fatal bagi konservasi pesisir.

“Aspal ini sangat berbahaya. Bisa membunuh ekosistem pesisir. Misalnya mlangrove. Ketika i0tu melekat di daun, bisa berbahaya. Begitu juga pada penyu,” katanya.

Yanuarman mendesak agar pemerintah mengambil langkah konkret dalam penanganan pencemaran. Dia juga mendesak agar perusahaan diberikan sanksi tegas.

“Kita sangat setuju, ini masuk di pengadilan. Tapi di luar itu, perusahaan harus melakukan rehabilitasi secepat mungkin. Jangan sampai menunggu hasil pengadilan. Masyarakat lapar tidak bisa menunggu. Jangan (pembersihan) hanya formalitas,” imbuhnya.

Dampak pencemaran sudah dirasakan. Penyu-penyu yang biasa naik ke pantai untuk bertelur sekarang sulit ditemukan.

Founder Rumah Penyu Nias Yafaowoloo Gea  mengatakan, lambannya penanganan memberikan dampak serius bagi keberlangsungan kehidupan biota laut.

“Frekuensi penyu bertelurnya sudah mulai berkurang. Mungkin karena aspal di dasar laut, itu mengganggu kedatangan mereka,”ungkapnya.

4. Cemaran aspal sudah sampai di Nias Selatan

Sebulan MT AASHI Kandas, Penyu Mulai Hilang di Nias UtaraCemaran aspal dari MT AASHI yang karam di Nias Utara sudah menyebar hingga perairan Nias Barat dan Nias Selatan. (Istimewa)

Yafaowoloo menyayangkan lambannya pola penanganan yang dilakukan. Sehingga laju pencemaran terjadi begitu cepat. Radius pencemaran semakin meluas.

“Sampai saat ini kapalnya belum dievakuasi. Sekarang pencemaran sudah menyebar sampai ke Nias Selatan. Kita ke Nias Selatan, tempat bertelur penyu. Di sana sudah ada paparan aspalnya,” katanya.

Dia khawatir, jika pencemaran ini dibiarkan, maka akan berdampak negatif pada konservasi penyu karena rusaknya habitat.

“Kita khawatir, penyu yang ingin naik ke pantai atau turun ke laut, terkena aspal dan menempel di badannya. Ini sulit bagi penyu,” ungkapnya.

Rumah Penyu Nias juga menuntut tanggung jawab perusahaan kapal untuk melakukan restorasi lingkungan. Itu wajib dilakukan sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan kepada kerusakan lingkungan yang sudah terjadi.

5. Pemkab akui penanganan pencemaran aspal lambat

Sebulan MT AASHI Kandas, Penyu Mulai Hilang di Nias UtaraCemaran aspal dari MT AASHI yang karam di Nias Utara sudah menyebar hingga perairan Nias Barat dan Nias Selatan. (Istimewa)

Pemerintah Kabupaten Nias Utara juga mengakui soal lambannya penanganan pencemaran aspal. Proses ini juga disesalkan karena berdampak pada daerah mereka.

Kepala Bidang Teknologi Komunikasi dan Informatika Dinas Kominfo Kabupaten Nias Utara Syukur Zebua mengatakan, pihaknya mendorong agar ada langkah lebih baik.

“Pembersihan ini lamban sekali. Tidak ada kapal khusus menangani itu,” kata Syukur.

Data hingga 16 Maret 2023, akumulasi p[engangkatan aspal baru mencapai 42,7 ton. Itu diambil dari beberapa  titik pembersihan.

Soal kompoensasi nelayan, kata Syukur, pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan sudah berkoordinasi dengan pemilik kapal.

“Dari owner kapal itu bertanggung jawab atas kompensasi itu. Memang mereka sudah mendata. Tapi sampai sekarang (prioritasnya) pembersihan. Kami belum dapat skema dan formulasinya,”pungkasnya.

Baca Juga: Jual Baju Impor Bekas Dilarang, Bisa Menambah Pengangguran

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya