Museum Situs Kotta Cinna, Simpan 3.000 Koleksi Benda Sejarah

Kejayaan perdagangan antarpenduduk dengan imigran Cina

Medan, IDN Times - Museum Kotta Cinna terletak di Jalan Kota Cina Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Tak banyak orang yang mampir kesini, hal tersebut disampaikan Tika yang merupakan seorang mahasiswa yang juga mengurus museum situ Kotta Cinna ini.

Saat IDN Times menyambangi museum situs Kotta Cinna ini, banyak berbagai benda-benda sejarah yang ada, tentunya benda tersebut sudah memiliki usia yang panjang dan menjadi saksi bisu kejayaan perdagangan antar penduduk dengan imigran asal Cina.

Berikut informasinya:

1. Dibangun pada tahun 2008 oleh seorang sejarawan bernama Ichwan Azhari

Museum Situs Kotta Cinna, Simpan 3.000 Koleksi Benda SejarahMuseum Situs Kotta Cinna (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Tika mengatakan bahwa museum ini dibangun pada tahun 2008 oleh seorang sejarawan bernama Ichwan Azhari seorang dosen jurusan sejarah di Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Lalu, museum tersebut baru diresmikan oleh pemerintah pada 2009. "Museum ini memiliki sekitar 3000 koleksi yang didapatkan dari wilayah situs Kotta Cinna," ujarnya.

Tapi, untuk persoalan perawatan dan pembiayaan museum tersebut, Tika menyampaikan biaya hanya berasal dari uang pribadi milik pendiri museum.

2. Kejayaan situs Kotta Cinna ini karena adanya perdagangan antar penduduk dengan imigran asal Cina

Museum Situs Kotta Cinna, Simpan 3.000 Koleksi Benda SejarahMuseum Situs Kotta Cinna (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Tika menyampaikan, pada abad ke-12 penduduk awal yang mengisi situs ini untuk pertama kali adalah warga Tamil dan selanjutnya digantikan warga China pada abad 15.

Lanjutnya, lalu masa kejayaan situs Kotta Cinna ini karena adanya perdagangan antar penduduk dengan imigran asal Cina.

"Tak hanya untuk berdagang saja, mereka juga mengambil komoditas yang ada disini seperti belerang, tembikar-tembikar dan lainnya," katanya.

3. Sekitar 1000 tahun silam, sebagian besar kawasan Medan Labuhan merupakan lautan

Museum Situs Kotta Cinna, Simpan 3.000 Koleksi Benda SejarahMuseum Situs Kotta Cinna (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Tika bercerita bahwa dahulu kala, sekitar 1000 tahun silam, sebagian besar kawasan Medan Labuhan merupakan lautan.

"Jadi kalau dilihat musem ini berbentuk kapal, karena melihat tempat ini sebagai kawasan lautan dan ini juga sebagai persinggahan para imigran asal Cina, mereka singgah kesini untuk berdagang," tuturnya.

4. Benda-benda yang menjadi kolek museum ini berasal dari peninggalan situs Kotta Cinna dan lainnya

Museum Situs Kotta Cinna, Simpan 3.000 Koleksi Benda SejarahMuseum Situs Kotta Cinna (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Benda-benda yang tampak di dalam museum ini yakni prasasti-prasasti tua, fosil hewan kuno, koin-koin yang digunakan oleh pedagang sebagai alat transaksi perdagangan kala itu hingga kayu-kayu bekas kapal kuno dan lainnya.

"Benda-benda yang menjadi kolek museum ini berasal dari peninggalan situs Kotta Cinna, peninggalan Benteng Putri Hijau dan juga peninggalan Hamparan Perak Bulu Cinna," ujar Tika kepada IDN Times.

5. Museum masih membutuhkan dukungan dana dari pihak lain

Museum Situs Kotta Cinna, Simpan 3.000 Koleksi Benda SejarahMuseum Situs Kotta Cinna (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Kata Tika, dalam sehari tidak banyak yang datang berkunjung ke museum tersebut.

Hal tersebut melihat akses menuju museum memang cukup jauh dan banyak melewati persimpangan yang membuat pengunjung bingung.

"Biasanya, museum ini ramai pengunjung pada hari Minggu saja, bisa mencapai 10 orang," tuturnya.

Untuk harga tiket masuk, pengunjung hanya cukup mengeluarkan 12 ribu untuk dewasa, untuk mahasiswa 10 ribu, pelajar hanya 7 ribu saja dan untuk anak-anak cukup 3 ribu.

Tika mengatakan dalam setahun belakangan ini Ichwan kembali menambah fasilitas perpustakaan buku di lantai dua museum.

"Perpustakaan ini baru ada setahun lalu dan ide dari pemimpin Ichwan Azhari," ujarnya.

Saat ini, kondisi museum masih membutuhkan dukungan dana dari pihak lain," kata Tika yang sudah menjaga museum ini dalam setahun terakhir.

Baca Juga: Etnis Cina Masuk ke Sumut dalam Tiga Gelombang Besar

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya