Gerakan #Bergotongroyong Ajak Masyarakat Hentikan Propaganda COVID-19

Siapkan aplikasi himpun data sosial, ekonomi, dan lingkungan

Medan, IDN Times - Gerakan #Bergotongroyong mengajak masyarakat menghentikan propaganda, yang menakutkan terkait pandemi COVID-19. Seharusnya, saat ini menjadi momentum terjalinnya kerjasama untuk pencegahan dengan melibatkan peran aktif masyarakat pada tingkat terendah dari berbagai kelompok pemangku kepentingan.

“Bantuan tidak akan pernah cukup, Sehingga yang dibutuhkan adalah pola pencegahan yang efektif dan efesien. Di mana, pemerintah dan masyarakat harus saling sinergi untuk menjamin keberlangsungan hidup bersama,” kata Koordinator Gerakan #Bergotongroyong, Bobi Septian, kepada wartawan di Posko Bergotong Royong, Garasi Mataniari, Komplek Catalia No. 4, Medan, Minggu (6/4).

1. Masyarakat dicekam rasa ketakutan berlebihan

Gerakan #Bergotongroyong Ajak Masyarakat Hentikan Propaganda COVID-19Gerakan #Bergotongroyong adakan konfrensi pers (IDN Times/ Dok. Istimewa)

Menurut Bobi, saat ini masyarakat dicekam rasa ketakutan berlebihan. Di sisi lain ada kebutuhan ekonomi yang tak bisa ditolak. Harga-harga yang juga semakin tinggi dan terus mengalami kelangkaan.

“Bahkan perusahaan kini juga terancam tidak mampu membayar gaji disebabkan ketiadaan produksi. Akumulasi akan berdampak lebih buruk, bila pemerintah tidak sigap dan tegas menyikapi keadaan,” ucapnya.

2. Bobi: Daripada melakukan penyemprotan di jalan, saya kira itu buang-buang uang

Gerakan #Bergotongroyong Ajak Masyarakat Hentikan Propaganda COVID-19Polda Sumut menerjunkan Armada Water Cannon untuk menyemprot cairan disinfektan ke sejumlah ruas jalan di Kota Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Beberapa momentum seperti Ramadhan, Idul Fitri dan kenaikan kelas bagi siswa SD, SMP dan SMA sederajat akan banyak membutuhkan biaya bagi masyarakat.

Sehingga dibutuhkan sebuah manajemen kepanikan yang bisa menekan tingkat kepanikan dan harapan bagi kelangsungan hidup masyarakat, yang harus dilakukan hingga ke tingkat lingkungan dan melibatkan stakeholdernya.

“Daripada melakukan penyemprotan di jalan, saya kira itu buang-buang uang. Tidak tepat sasaran dan tidak menghilangkan ancaman,” tukas Bobi lagi.

3. Perlu melibatkan berbagai pihak yang kompeten untuk membangun pola edukasi dan informasi kepada masyarakat

Gerakan #Bergotongroyong Ajak Masyarakat Hentikan Propaganda COVID-19Gerakan #Bergotongroyong adakan konfrensi pers (IDN Times/ Dok. Istimewa)

Sementara itu, Koodinator Divisi Adokasi dan Edukasi Gerakan #Bergotongroyong yakni, Teddy Wahyudi Pasaribu menyebutkan perlu adanya sebuah penanganan yang lebih integral dalam pencegahan COVID-19.

“Kita memandang perlu untuk melibatkan berbagai pihak yang kompeten untuk membangun pola edukasi dan informasi kepada masyarakat. Di mana di dalamnya ada muatan antropologis dan psikologis yang mendukung upaya pencegahan COVID-19,” ungkap Teddy.

Untuk itu, dibutuhkan aplikasi modul yang dapat melakukan pemetaan hingga ke tingkat lingkungan. Sehingga pendataan perlu dilakukan hingga tingkat liingkungan. Jadi, pendataan itu tidak hanya soal keterpaparan COVID-19 semata, tapi juga kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan.

“Jadi kita harus melakukan pendataan ini tidak karena ketakutan. Karena bila ketakutan hanya akan menghasilkan sikap denialatau penyangkalan. Sehingga focusnya tidak hanya ruang publik saja, tapi juga faktor-faktor lainnya yang mendorong meningkatnya resiko keterpaparan akibat lingkungan dan lainnya. Dan ini harus dikoordinasikan antara lingkungan hingga tingkat gugus tugas,” tambah Teddy.

Baca Juga: Gerakan Bergotong Royong Minta Pemprov Sumut Segera Lakukan Rapid Test

4. Kekhawatiran berlebih mendorong psikosomatis pada masyarakat

Gerakan #Bergotongroyong Ajak Masyarakat Hentikan Propaganda COVID-19Saat membagikan masker dan senitizer di pinggir jalan di Kota Banda Aceh (IDN Times/Saifullah)

Sementara Indo Mora Siregar sebagai pengajar Psikologi pada Universitas Sari Mutiara Medan menyepakati bersama Bobi.

Menurut Indo, saat ini kekhawatiran berlebih mendorong psikosomatis pada masyarakat. “Jarang sekali informasi yang disampaikan oleh pemerintah bahwa tingkat kesembuhan para penderita covid 19 ini mencapai 97%. Tapi yang digaungkan adalah fatality rateyang hanya 3%,” ujar Mora.

Hal ini dapat dilihat dari penolakan-penolakan di tingkat masyarakat. Perbedaan latar belakang setiap warga menjadi kunci bagi upaya pencegahan COVID-19.

5. Masyarakat sulit akses fasilitas layanan kesehatan dikarenakan rasa khawatir

Gerakan #Bergotongroyong Ajak Masyarakat Hentikan Propaganda COVID-19Gerakan #Bergotongroyong adakan konfrensi pers (IDN Times/ Dok. Istimewa)

Kekhawatiran-kekhawatiran tersebut membuat masyarakat sulit untuk mengakses fasilitas layanan kesehatan.

Sehingga menurutnya, jika ada batuk atau flu maka warga lebih memilih tetap di rumah saja. Mereka tidak mau mengakses layanan kesehatan dengan berbagai alasan seperti khawatir disebar ke masyarakat.

“Kekhawatiran akan kematian meningkatkan pembangkangan pada pasien terduga dovid misalnya. Padahal kematian tertinggi lebih diakibatkan keterlambatan pelayanan kesehatan. Dengan akumulasi situasi ini, kita butuh penguatan mentalitas dengan pemikiran-pemikiran yang lebih positif dan baik,” tambah Indo.

Dalam penjelasannya tahap awal memunculkan rasa takut itu penting. Tapi tidak boleh dipertahankan lama dikarenakan bisa berujung pada konflik sosial.

“Terlihat dari beberapa kasus di Indonesia. Sehingga perlu dievaluasi bahwa bukan hanya ketakutan, tapi harus lebih waspada,” tukas Indo Mora lagi.

6. Tim Salink Redam COVID-19 bersama gerakan #Bergotongroyong, siapkan aplikasi untuk himpun data sosial, ekonomi dan lingkungan

Gerakan #Bergotongroyong Ajak Masyarakat Hentikan Propaganda COVID-19Salah seorang masyarakat yang mendapatkan Hand Sanitizer dari gerakan gotong royong (IDN Times/Dok.Istimewa)

Di sisi lain, Sahlan dari Salink Redam COVID-19, menyebutkan bahwa timnya bersama dengan Gerakan #Bergotongroyong sudah menyiapkan aplikasi yang dapat menghimpun data sosial, ekonomi, dan lingkungan.

“Dengan aplikasi ini kita bisa melakukan tindakan-tindakan yang terukur. Termasuk mengantisipasi situasi-situasi keamanan hingga pada tingkat lingkungan. Apalagi situasi kini semakin mengkhawatirkan soal keamanan,” jelas Sahlan.

Baca Juga: Lawan Corona, Gerakan Bergotong Royong Semprot Kafe dan Tempat Umum

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya