TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nasib Kaum Disabilitas Saat Pandemi Corona: Kami Terancam Kelaparan!

Mereka juga terancam kehilangan tempat tinggal

[Ilustrasi] Anggota Pertuni saat Pemilu Presiden 2019 lalu (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times – Khairul Batubara seperti tak tahu mau mengadu ke mana lagi. Suaranya lirih saat dihubungi awak media, Senin (30/3) siang.

“Tolong bang,” ujar Ketua DPD Persatuan Tuna Netra Sumatera Utara itu membuka percakapan.

Sebelumnya, Khairul dan pengurus Pertuni Sumut lainnya sudah menghubungi beberapa awak media. Mereka mengundang awak media untuk hadir dalam konferensi pers Pertuni yang sejatinya dilaksanakan hari ini. Namun karena ada kebijakan untuk tidak membuat keramaian di masa pandemi corona, beberapa awak media hanya melakukan wawancara via telepon.

Di ujung telepon, Khairul pun bercerita. Pandemi COVID-19 saat ini bagi mereka adalah malapetaka. Mereka terancam kelaparan. Bahkan terancam diusir dari tempat tinggal yang hanya mengontrak.

1. Khairul bercerita sudah tidak punya penghasilan karena takut corona

[Ilustrasi] Kegiatan Pertuni Sumut saat Bulan Ramadan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Saat ini Kahirul berusia 53 tahun. Dia harus menghidupi 2 anaknya dan istri yang juga penyandang disabilitas netra.

Dampak corona merusak perekonomiannya. Khairul yang sehari-hari bernafkah dari usaha panti pijatnya kini harus gigit jari. Dia sudah menutup usahanya sejak 10 Maret 2020 lalu.

“Sudah bingung bang, ini kontrakan kami juga sudah mau habis akhir bulan ini,” ungkap Khairul.

Pernah juga Khairul mendapatkan pasien di saat pantinya tutup. Namun dia menolak. Karena dia takut tertular dari orang yang tidak diketahui kondisi tubuhnya. 

"Diimingi Rp500 ribu. Saya tetap tidak mau. Saya takut," katanya, 

2. Khairul juga harus memikirkan 300 KK anggota Pertuni yang terancam kelaparan

[Ilustrasi] Kegiatan Pertuni Sumut saat Bulan Ramadan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Selain keluarganya, sebagai Ketua Pertuni, Khairul juga harus memikirkan nasib 300 kepala keluarga yang merupakan anggotanya. Semua anggota mengadu sudah kehilangan penghasilan.

Selama ini, sejumlah anggota menekuni beberapa profesi. Mulai dari tukang pijat, penjual kerupuk keliling dan pengamen. Mereka emoh untuk mengemis di jalanan.

“Biasanya kalau mijat dapatlah Rp35 ribu dari pasien. Kalau di kasih lebih yah Alhamdulillah. Sekarang udah gak ada lagi,” ungkapnya lirih.

Baca Juga: Takut Corona dan Dibubarkan, Banyak Calon Pengantin Tunda Resepsi

3. Beberapa anggota masih berjualan kerupuk meskipun rugi

[Ilustrasi] Kegiatan Pertuni Sumut saat Bulan Ramadan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Beberapa orang anggota Pertuni lainnya juga masih ada yang nekat untuk berjualan kerupuk. Namun bukan malah untung, mereka malah sering merugi.

“Karena udah gak ada lagi yang beli. Sudah sepi. Kadang rugi karena harus membayar ongkos becak,” katanya.

Begitu juga yang mengamen. Mereka sama sekali sudah tak berpenghasilan. Padahal biasanya setiap akhir pekan, mereka bisa mengamen dari panggung resepsi pernikahan dan membawa pulang Rp75 ribu. “Ini kan sudah gak ada pesta nikahan lagi. Jadi mau bagaimana kami ini,” ujarnya

4. Untuk sementara mereka harus urunan dana untuk memenuhi kebutuhan sesama kaum disabilitas

[Ilustrasi] Anggota Pertuni saat Pemilu Presiden 2019 lalu (IDN Times/Prayugo Utomo)

Selama pandemi corona, Pertuni sudah meminta agar seluruh anggotanya tetap di rumah. Mengikuti imbauan pemerintah untuk melakukan pencegahan penyebaran corona.

Namun apadaya. Mereka nyaris tak sanggup lagi. Beberapa anggota sudah tinggal di sekretariat Pertuni di kawasan Jalan Ayahanda, Medan.

“Ada yang tidak bisa bayar kontrakan lagi. Karena mereka kan ada yang ngontrak rumah itu bulanan,” ujarnya.

Selama di sekretariat, Khairul dan beberapa penyandang disabilitas harus urunan dana untuk membeli kebutuhan anggota. Paling tidak untuk makan sehari.

“Dari hari Sabtu pekan lalu kita adakan makan gratis untuk anggota. Itu sampai hari Selasa. Tapi yah sederhana saja makannya. Kadang pakai sayur saja, kadang cuma pakai ikan asin, kadang pakai kecap juga,” imbuhnya.

5. Selama di sekretariat, tetap menjaga jarak untuk cegah penularan

[Ilustrasi] Anggota Pertuni saat Pemilu Presiden 2019 lalu (IDN Times/Prayugo Utomo)

Saat ini, ada sekitar 32 anggota Pertuni yang ada di sekretariat. Mereka harus berbagi 8 ruangan yang ada di sekretariat.

Di sana, mereka tetap  berupaya menjaga kesehatan . Bahkan menjaga jarak saat berkegiatan di dalam sekretariat.

“Kondisi kami saat ini baik-baik saja semuanya. Belum ada yang sakit. Kami selalu menjaga jarak. Saat makan kami berjarak,” ujarnya.

Orang yang datang ke sekretariat kebanyakan laki-laki. Mereka mencoba mengisi waktu luang selama tidak bekerja. Bisa dengan mengaji atau mendengarkan tausyiah.

“Mereka takut juga di rumah. Nanti stress karena dimarahi istri gak bawa uang karena gak kerja,” tukasnya.

Baca Juga: Cegah Penyebaran Virus Corona, 47 Warga Langkat Masuk Karantina

Berita Terkini Lainnya