TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

KPU dan Parpol Perlu Lakukan Pendekatan Digital untuk Rangkul Gen Z

Pengamat: Gen Z tak hanya ingin menjadi followers

IDN Times diskusi tentang Gen Z Memilih (screenshoot video YouTube IDN Times)

Medan, IDN Times Peranan Generasi Z pada Pemilu 2024 mendatang tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi generasi Z menjadi pemilih pemula tahun ini. Untuk itu menjadi tugas dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk bisa mengajak para generasi Gen Z ini memilih. 

Hal itu diungkap Komisioner KPU Medan, Nana Miranti. Menurutnya generasi Z punya peran penting melakukan perubahan. “Tidak hanya dari sisi jumlah yang cukup signifikan, tetapi gen Z menjadi salah satu potensi tidak hanya sebagai penyumbang suara namun juga bisa dilibatkan dalam tahapan pemilu yang saat ini sedang dilaksanakan oleh KPU termasuk KPU Kota Medan,” jelas Nana pada diskusi yang digelar IDN Times secara online dengan tema "Gen Z Gunakan Hak Pilih, Kenapa Enggak?"

Diskusi juga menghadirkan Fernanda Putra Adela selaku Pengamat Politik dari Universitas Sumatra Utara (USU) dan Ulfah Sakinah Siregar sebagai pemilih pemula. Diskusi ini ditayangkan di YouTube dan TikTok IDN Times.

Baca Juga: Dear Gen Z, Ini Tips Memilih Pemimpin di Pemilu 2024 agar Tak Menyesal

1. Terdapat 33 persen atau 621 ribu pemilih kategori Gen Z

IDN Times diskusi tentang Gen Z Memilih (screenshoot video YouTube IDN Times)

Nana melanjutkan, untuk partisipasi politik, generasi z sangat substansial karena dalam presentase jumlah pemilih generasi milenial banyak menyumbangkan suara di Pemilu 2024 nantinya. Secara otomatis, gen Z memiliki pengaruh tersendiri dalam pemilu selain karena jumlahnya yang cukup banyak, juga hidup pada era informasi di mana segala sesuatunya menggunakan internet atau media online.

Berdasarkan data Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilihan (DP4 ) Pemilu 2024 yang diberikan KPU RI kepada KPU Medan berjumlah 1.887.080 pemilih. Dari data tersebut, terdapat 33 persen atau 621 ribu pemilih kategori Gen Z (kelahiran 1995 sampai dengan 2010) dan kemungkinan jumlah ini akan berubah sesuai penduduk yang masuk atau keluar dari Kota Medan.

"Artinya, dengan kekuatan yang cukup tinggi bukan tidak mungkin generasi Z akan menjadi target utama marketing dari setiap tim sukses peserta pemilu nantinya. Tidak akan heran nantinya jika akan banyak tim sukses bahkan peserta pemilu sendiri yang akan turun langsung menjemput suara generasi Z ke lapangan. Bahkan lebih dalam lagi, para peserta pemilu akan mengikuti dan menuruti seluruh kemauan generasi muda agar mendapati jaminan suara ketika pemilu dilaksanakan," kata Nana. 

2. Menjadi catatan adalah metode pendekatan dikarenakan setiap Gen Z memiliki karakteristik yang berbeda-beda

IDN Times diskusi tentang Gen Z Memilih (screenshoot video YouTube IDN Times)

Sementara untuk sosialisasi dari KPU Medan, saat ini juga gencar lewat sejumlah media sosial sebagai bentuk upaya simpatisan pada gen Z. Hal yang telah diupayakan dari KPU Medan dalam menyosialisasikan para gen Z yakni telah mendatangi sejumlah sekolah di Kota Medan.

Nana menilai untuk para influencer menjadi kegiatan sosialisasi yang cukup efektif, namun saat ini KPU Medan belum ada melakukan dan masih dipertimbangkan terkait dana.

Sementara pengamat politik dari USU, Fernanda Putra Adela mengatakan setiap generasi punya karakteristik sendiri. Termasuk Gen Z. Maka harus dilakukan pendekatan yang berbeda pula. 

Fernanda menilai, partai-partai belum  mampu dengan metode atau tahapan pada Gen Z yang memiliki karakteristik unik tersebut. Karakteristik unik yang dimaksud adalah mereka gen Z merupakan generasi digital, sehingga, cara untuk pendekatan juga dilakukan secara digital. Kerap juga dunia sosial dilakukan dalam dunia maya sehingga menjadi problematik pada emosional yang tak terbangun.

“Selanjutnya karakteristik gen Z ini adalah multitasking (bisa melakukan banyak hal dalam satu waktu) dan merupakan individualisme,” ujar Fernanda yang menilai hal ini menjadi kelebihan dari gen Z.

Di satu sisi juga, gen Z memerlukan eksistensi menjadi sangat penting. Sehingga harus memahami eksistensialis generasi ini.

“Mereka juga tidak hanya ingin menjadi followers tetapi juga ingin diajak menjadi bagian dari orang-orang yang membuat kebijakan,” jelas Fernanda.

Dalam penilaian Fernanda, gen Z berkeinginan tak memiliki jarak pada kandidat maupun calon nantinya yang akan dipilih. "Meskipun dalam dunia maya dan menjadi catatan kepada para politik agar tidak baper (bawa perasaan) saat dikritik oleh gen Z nantinya," tambah lulusan S2 Universitas Gajah Mada ini.

Baca Juga: Dear Parpol, Begini Cara Pikat Gen Z agar Mau Memilih di Pemilu 2024

Berita Terkini Lainnya