New Normal, Konsumen Minta Lebih Banyak Produk Sawit Berkelanjutan
Bagian dari adaptasi kebiasaan baru
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Perwakilan konsumen meminta lebih banyak lagi produk kelapa sawit berkelanjutan yang berekolabel untuk tersedia di pasaran sebagai bagian dari kebiasaan baru, dalam bincang virtual “Adaptasi Kebiasaan Baru: 'Sustainable Palm Oil' untuk Bumi dan Manusia yang Sehat”, yang diselenggarakan oleh Good Growth Partnership (GGP), Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), dan Super Indo, Rabu (12/8/2020).
Minyak kelapa sawit sangat dikenal akan keragaman penggunaannya dalam berbagai produk konsumsi sehari-hari seperti minyak goreng, camilan, sampo, kosmetik hingga produk perawatan rumah. Penggunaan minyak kelapa sawit yang amat luas ini dimungkinkan karena produktivitas kelapa sawit yang sangat tinggi dibandingkan tanaman-tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Namun, praktik-praktik produksi kelapa sawit yang tidak berkelanjutan memunculkan berbagai permasalahan lingkungan dan sosial yang kemudian mendorong lahirnya kebutuhan atas perubahan tata kelola industri kelapa sawit dari hulu ke hilir.
Baca Juga: Sawit Indonesia Dihantam Kampanye Negatif, Media Harus Ambil Peran
1. Indonesia dianggap sebagai negara penyumbang emisi karbon yang sebagian besar disebabkan oleh deforestasi
Prof. Dr. Bambang Hero Saharjo, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, IPB University menjelaskan Indonesia dianggap negara penyumbang emisi karbon yang sebagian besar disebabkan oleh deforestasi, salah satunya melalui alih fungsi kawasan hutan menjadi lahan perkebunan, pemanfaatan gambut berlebihan, serta kebakaran gambut.
Pembukaan lahan dengan metode pembakaran khususnya pada lahan bergambut menyebabkan kebakaran gambut yang berkontribusi signifikan terhadap pelepasan karbon, seperti yang dilaporkan CAMS tahun 2019 yang lalu.
"Penerapan praktik pertanian berkelanjutan, dengan tidak membakar lahan atau kawasan hutan, melindungi lahan gambut dan kawasan hutan alami, serta melakukan intensifikasi untuk meningkatkan produktivitas dapat mendukung keberlangsungan produksi komoditas sekaligus menjaga kesehatan dan keberlanjutan ekosistem,” jelas Prof. Dr. Bambang, Rabu (12/8/2020).
Baca Juga: Gak Susah Kok! Begini Cara Bikin Cokelat dari Minyak Sawit