TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kaum Millennial Lelah dengan Perdebatan Agama dan Politik 

Millennial menilai praktik toleransi beragama cukup baik

Keragaman Bangsa Indonesia Bineka Tunggal Ika (IDN Times/Agustiar)

Kata Toleransi Umat Beragama sudah jamak didengar warga Indonesia. Namun Beberapa fakta intoleransi juga masih sering dilihat. Seperti pelarangan pembangunan gereja di Cilegon baru-baru ini.

Lantas, IDN Research Institute bekerja sama dengan Populix sebagai mitra penelitian, mempelopori penelitian untuk mendapatkan lebih dalam pemahaman tentang Millennial Indonesia, terutama mengenai nilai dan aspirasi yang membentuk cara mereka melihat diri mereka sendiri sebagai individu.

Populix melakukan penelitian ini dengan menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan random sampling di 12 kota dan aglomerasi di Indonesia.

Definisi Millennial dalam laporan ini adalah laki-laki dan perempuan antara usia 25 hingga 36 tahun pada tahun 2022. IDN Research Institute dan Populix membagi generasi Milenial menjadi dua kategori; Millennial muda, mereka yang berusia 25-30 tahun dan Millennial senior yang berusia 31-36 tahun.

Hasil penelitian ini dituangkan dalam buku Indonesia Millennial Report (IMR) 2022. Laporan ini akan di-launching pada event Indonesia Millennial and Gen-Z Summit (IMGS) 2022 yang digelar IDN Media tanggal 29-30 September 2022, di Tribrata Jakarta

Seperti apa hasil penelitiannya? Yuk simak:

1. 68 persen millennial percaya toleransi umat beragama di Indonesia terbilang cukup baik

IMR 2022 by IDN Research Institute dan Populix

Dari hasil penelitian ini, sebanyak 68 persen generasi millennial percaya bahwa toleransi terhadap umat beragama di Indonesia terbilang cukup baik.

Sedangkan 9 persen dari itu mengatakan tidak setuju dan hanya 3 persen yang mengatakan sangat tidak setuju.

Hal ini kemungkinan merupakan refleksi baik harapan ataupun penyangkalan terhadap aksi intoleransi yang kadang telah diterima sebagai sesuatu yang dianggap normal, namun beberapa dari millennial ini memilih untuk melupakan keseluruhan hal yang terjadi  dan lebih berfokus pada apa yang bisa dilakukan untuk menguatkan kebersamaan.

Agama adalah sesuatu yang mendasar bagi para generasi millennial sebagaimana 61 persen dari millennial berpendapat bahwa agama dan figur politik adalah faktor penting dalam memilih seorang pemimpin.

Politik identitas memanglah penting, namun intoleransi merupakan sesuatu yang tidak bisa dinegosiasikan sama sekali.

Pluralisasi yang terjadi berdasarkan identitas tidak dapat diterima oleh generasi millennial Indonesia, yang telah letih menyaksikan perdebatan mengenai agama dan politik selama pemilihan gubernur Jakarta dan Pemilu 2019 kemarin.

2. Sudut pandang mayoritas dan minoritas tidak akan bisa menyatukan bangsa

Ilustrasi keberagaman by IMR 2022

Seorang pastor Katolik, Romo Kristoforus Lucky Nikasius, Pimpinan Gereja Santa Marina Regina di Tangerang memandang Indonesia dengan sudut pandang mayoritas dan minoritas tidak akan bisa menyatukan bangsa.

"Semua dimulai dari kita sebagai individu: sudahkah kita mampu untuk berpartisipasi secara aktif dalam keberagaman? Ajaran utama dalam katolik adalah memberi kepada orang lain apa-apa yang kamu harapkan orang lain lakukan kepadamu. Jadi ya jika mau dicintai dan dihormati (bukan hanya untuk menjadi ditoleransi), kamu harus mulai mencintai dan menghormati orang lain terlebih dahulu,” ujarnya.

Berita Terkini Lainnya