TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dhirga Surya Berharap Ada Tambahan Penyertaan Modal Rp10 Miliar

Produksi penggilingan PT Dhirga Surya belum sesuai target

Buruh tani memanggul gabah usai panen di areal persawahan padi Desa Jamus, Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Senin (6/1/2020). Kementerian Pertanian pada 2020 menargetkan mampu mewujudkan swasembada pangan, salah satunya dengan menargetkan produksi beras sebesar 3 juta ton per bulan guna memenuhi kebutuhan konsumsi rata-rata beras nasional sebesar 2,5 juta ton per bulan sekaligus untuk stok ketahanan pangan nasional. (ANTARA FOTO/Aji Styawan/ama)

Serdang Bedagai, IDN Times - Direktur Utama PT Dhirga Surya berharap ada tambahan penyertaan modal agar badan usaha milik daerah (BUMD) ini bisa lebih memaksimalkan perannya untuk meningkatkan pendapatan petani sekaligus menjaga ketersediaan beras di tengah masyarakat. 

"Penyertaan modal tambahan diharapkan Rp10 miliar untuk pembelian alat-alat pertanian untuk melakukan pemanenan padi," ujar Direktur Utama PT Dhirga Surya, Isfan F Fachruddin di Serdang Bedagai seperti dilansir Antara, Selasa (24/1/2023).

1. Dhirga Surya sulit mendapatkan gabah dari petani karena tidak memiliki alat pertanian

ilustrasi gabah. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Menurut dia, dengan memiliki alat pertanian seperti traktor dan alat pemanen padi, maka Dhirga Surya bisa lebih mudah mendapatkan/membeli gabah petani secara langsung dengan harga sesuai yang berlaku. 

Dengan cara itu, maka petani juga mendapatkan harga yang pantas. Selain bisa mendapatkan harga jual sesuai yang berlaku, adanya alat pertanian membuat Dhirga Surya bisa membantu petani mendapatkan hasil padi yang lebih baik dan banyak. 

Alasannya, karena dengan menggunakan alat yang tepat, produksi dan kualitas hasil panen juga lebih baik. 

Dia mengakui, selama ini akibat tidak memiliki alat pertanian, Dhirga Surya sulit mendapatkan padi/gabah dari petani. Penyebabnya, tambah Isfan, pada umumnya petani  Sumut sudah terikat utang dengan pedagang.

2. Kualitas terjamin karena tidak dioplos

Petani merontokkan bulir padi saat panen raya padi. (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Kesulitan mendapatkan padi dari petani, membuat Dhirga Surya juga menjadi terpaksa membeli produk itu dari pedagang. 

Selisih harga pembelian antara petani dan pedagang cukup besar. 

Kalau harga padi di tingkat petani saat ini sekitar Rp5. 900 per kg, maka di pedagang sudah Rp6. 400 - Rp6. 700 per kg. Otomatis, harga jual produk beras Dhirga Surya menjadi lebih mahal.

"Kalau Dhirga Surya bisa langsung membeli ke petani, tentu saja harga gabah petani bisa lebih baik," katanya didampingi Manajer Produksi Unit Beras Ahmad Parlindungan Batubara dan Direktur Operasional Budi Hartoyo.

"Sebenarnya, harga jual beras Dhirga Surya tidak tergolong mahal, apalagi kualitas produk industri penggilingan padi dan penyosohan perusahaan BUMD itu terjamin," katanya. 

Kualitas terjamin karena tidak dioplos atau dicampur. 

"Beras kualitas premium Dhirga Surya 100 persen dari padi produk petani yang digiling perusahaan itu.Bukan dicampur dengan beras lain," ujarnya. 

Harga beras premium Dhirga Surya Rp12. 500 per kg atau Rp62.500 per kemasan 5 kg. 

Baca Juga: Sejarah Bank Sumut, Dari BPDSU Hingga Jual Saham Ke Publik

Berita Terkini Lainnya