TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini Alasan Mengapa Orang Sering Curhat di Media Sosial

Simak penjelasannya di sini yuk!

Irna Minauli saat ditemui di Minauli Consulting (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Medan, IDN Times - Saat ini, ada perubahan perilaku dalam masalah mencurahkan perasaan. Kalau dulu orang melakukannya dengan menuliskan di buku harian sehingga tidak setiap orang mengetahuinya, namun kini orang senang mengatakannya di media sosial. Kebiasaan sering curhat di media sosial ini, sudah semakin lumrah terjadi.

Mengapa hal itu terjadi? Beberapa waktu lalu, Psikolog Irna Minauli, berikan penjelasannya kepada IDN Times.

Irna menyampaikan, terbiasa curhat di media sosial karena ada perubahan tujuan dari curhatnya itu sendiri. "Kalau di buku diari sifatnya satu arah sehingga hanya sekadar pelampiasan emosi-emosi baik yang negatif maupun positif sehingga sifatnya hanya sebagai katarsis saja," ujarnya.

"Sedangkan saat ini banyak orang yang membutuhkan perhatian langsung sehingga menuliskannya di media sosial dengan harapan orang akan bersimpati pada masalah yang dihadapinya," tambah Irna.

Baca Juga: 5 Tanda Dia Golongan Teman Curhat yang Tepat buat Kamu 

1. Jika dilihat aspek kepribadiannya, mereka adalah orang-orang dengan need succorance

Pexels/Kaboompics .com

Irna melanjutkan, jika dilihat aspek kepribadiannya, mereka adalah orang-orang dengan need succorance atau kebutuhan untuk diperhatikan dan disayang. Dengan kata lain, mereka berharap orang akan bersimpati dan merasa kasihan sehingga mau membantunya.

"Sifat manja yang mungkin tidak didapatnya secara langsung dari lingkungan sosial yang nyata. Kebutuhan akan diperhatikan dan juga keinginan untuk pamer (need exhibition) juga sering menonjol pada mereka yang sering pamer aktivitasnya atau benda-benda yang dimilikinya di sosial media," ujar Dosen fakultas Psikologi itu.

2. Ketika ternyata tidak ada orang yang merespon sesuai dengan yang diinginkannya, maka ia merasa sedih

ilustrasi blogging (Shutterstock/A. and I. Kruk)

Irna juga menyampaikan, kedua kebutuhan tersebut ketika didapatnya dari lingkungan di dunia maya membuat mereka merasa mendapatkan perhatian sehingga merasa puas.

"Akan tetapi, ketika ternyata tidak ada orang yang merespon sesuai dengan yang diinginkannya, berupa perhatian atau pujian, maka ia akan merasa sedih dan tidak diperhatikan karena kebutuhannya tidak terpuaskan," jelasnya.

Baca Juga: Apa Iya Makanan Mentah Lebih Sehat Daripada Makanan Matang?

Berita Terkini Lainnya