Cerita Tunoq, Mantan Napi yang Sukses Berbisnis Kuliner Nasi Urap
Setiap Jumat sediakan makan gratis
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Seorang mantan narapidana (napi) mengisahkan hidupnya yang dulu kelam karena terjun ke dunia narkoba. Ia bernama, Ade Indra Walad alias Tunoq (35) anak sulung dari 3 bersaudara. Tapi kini dia bangkit.
"Saya punya saudara 2 abang saya, dua-dua meninggal. Tinggal saya sendiri. Keduanya korban narkoba, tapi bukan pas makainya mereka tapi disaat mereka ingin coba berhenti ternyata badannya udah komplikasi. Zaman dulu masih putau (ngedrop)," ucap Tunoq.
Baginya kalimat, "Bandal dulu baru sukses" bukan hal yang cocok dianut anak muda. Malah membuat sesat. Hal ini berdasarkan pengalaman yang sudah dibuktikan olehnya.
"Yang namanya narkoba itu tenangnya hanya sesaat, setelah itu mungkin kita kembali lagi ke asal diri kita seperti apa," katanya berpesan generasi muda.
Berikut IDN Times rangkum cerita Tunoq mulai dari masa di sel tahanan hingga saat ini menjadi penjual nasi urap. Simak yah di bawah ini.
1. Tunoq awalnya terjun ke dunia narkoba beralasan ingin mandiri dengan kebutuhan dan biaya kuliah sendiri
Tunoq menceritakan awal hidupnya pada masa muda saat terjun dunia narkoba beralasan ingin membiayai kuliah sendiri serta kebutuhannya, hingga terperangkap dalam pergaulan dan lingkungan teman yang akhirnya menjadi pengguna dan pengedar narkoba.
"Dapat Rp50 juta seminggu. Cuma habisnya segitu-segitu juga. Judi dan lain-lain. Apa yang gak bisa kita dapat, cuma ya ketenangan hidup yang gak ada. Hidayahnya dari anak dan mamak saya yang selalu datang setiap minggu untuk menyuruh saya berubah. Alhamdullilah di Dolok Sanggul khatam Al-Qur'an 10 bulan 3 kali khatam," jelasnya.
"Saya pengguna narkoba, saya jual narkoba sampai seketika saya ditangkap polisi saat lagi selesaikan skripsi. Ketangkap tahun 2013, jalani 5 tahun 10 bulan di tahun 2018 akhir, saya baru bebas. Saya di Lapas Medan lalu pindah ke Dolok Sanggul. Lima tahun di lapas, 10 bulan di Dolok Sanggul," tuturnya.
Tunoq mengakui bukan alasan faktor ekonomi dirinya menjadi pengedar (bandar) narkoba. Namun, mencoba untuk mandiri.
"Kalau ekonomi enggak, saya mencoba untuk mandiri dan terbawa oleh pergaulan. Sebelumnya sempat kerja jadi office boy (OB) disalah satu perusahaan kontraktor teman di Medan juga. Dari OB lumayan sempat saya jadi staf yang ikut tender ke kantor PTP lalu perusahaan tutup. Jadi tambah konsen saya urusi bisnis narkoba," jelasnya.
Baca Juga: Lulusan S2 Hukum, Fikri Pilih Jadi Konten Kreator Fashion di Medan
Baca Juga: Yuk Kenal Lebih Dekat dengan Baby Gang, Rapper Kembar asal Medan