TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Kenapa Anak Suka Merusak Barang, Orangtua Harus Tahu!

Ini adalah bagian dari perjalanan perkembangan mereka

ilustrasi anak (pexels.com/Karolina Grabowska)

Di balik setiap langkah dalam perjalanan perkembangan anak-anak, kita menemukan berbagai perilaku yang unik dan terkadang menantang bagi para orangtua dan pengasuh. Salah satu fenomena yang seringkali muncul adalah kecenderungan anak-anak untuk merusak barang.

Meskipun respons pertama mungkin adalah frustrasi atau bahkan kebingungan, perlu diingat bahwa perilaku ini merupakan bagian alami dari eksplorasi dan pembelajaran yang menyertainya.

Sebagai orang dewasa, kadang-kadang sulit untuk sepenuhnya memahami mengapa anak-anak suka merusak barang.

Namun, jika kita mencoba melihat dari perspektif mereka, kita akan menyadari bahwa tindakan ini sebenarnya adalah cara mereka untuk memahami dunia yang baru bagi mereka. Mau tau alasan kenapa anak melakukan perilaku ini? Dilansir dari bestcaseparenting, yuk simak alasannya.

1. Eksplorasi dan pembelajaran

ilustrasi anak (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Dalam proses eksplorasi dan pembelajaran, anak-anak membentuk fondasi pengetahuan mereka dengan mengalami dunia secara langsung. Melalui tindakan merusak barang, mereka tidak hanya memahami bagaimana benda-benda bekerja secara fisik, tetapi juga bagaimana berbagai komponen saling berinteraksi. Misalnya, dengan membongkar mainan, mereka dapat melihat bagaimana roda berputar, bagian-bagian internal yang memungkinkan gerakan, dan bagaimana semuanya terhubung. Eksplorasi semacam ini membangun intuisi mereka tentang penyebab dan akibat, suatu konsep yang penting dalam pemahaman ilmiah.

Dalam konteks ini, penting bagi orangtua dan pengasuh untuk memberikan anak kesempatan untuk berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Mengarahkan minat mereka ke arah yang positif dan memfasilitasi eksplorasi yang aman dapat membantu anak-anak mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang aspek-aspek fisik dan ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan peralatan, mainan, dan aktivitas yang mendukung eksplorasi kreatif, orangtua juga dapat memfasilitasi proses belajar yang menggembirakan dan bermanfaat.

2. Kesulitan dalam mengartikulasikan emosi mereka

ilustrasi anak (pexels.com/Polesie Toys)

Pada tahapan perkembangannya, anak-anak sering kali menghadapi kesulitan dalam mengartikulasikan perasaan dan emosi mereka dengan kata-kata. Dalam situasi seperti ini, tindakan merusak barang dapat berfungsi sebagai bentuk ekspresi yang lebih kasar. Ketika mereka merasa marah, cemburu, kecewa, atau bahkan frustrasi, mereka mungkin merasakan dorongan kuat untuk merusak barang sebagai respons terhadap emosi yang berkobar di dalam diri mereka.

Namun, sebagai orangtua atau pengasuh, penting untuk melihat di balik tindakan merusak ini. Ketika anak merusak barang sebagai ekspresi emosi, itu berarti mereka mencoba untuk berkomunikasi. Bukanlah maksud mereka untuk mengganggu atau merusak benda tersebut, tetapi lebih kepada mereka berusaha untuk mengungkapkan apa yang ada dalam hati mereka. Oleh karena itu, mengajarkan anak tentang alternatif positif untuk mengungkapkan emosi mereka, seperti berbicara atau mengekspresikan perasaan melalui gambar atau tulisan, dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih sehat.

3. Mencari cara untuk merasa puas

ilustrasi anak (pexels.com/Jessica Lewis)

Dalam perjalanan perkembangannya, anak-anak mencari cara untuk merasa puas dengan diri mereka sendiri dan mengendalikan lingkungan di sekitar mereka. Tindakan merusak barang dapat memberikan mereka rasa kepuasan yang unik dan juga memberikan rasa kontrol atas benda-benda di dunia mereka. Ini adalah bentuk ekspresi dari dorongan alami untuk menguasai dan mengerti dunia di sekitar mereka.Ketika anak-anak melihat dampak yang dihasilkan dari tindakan merusak mereka, mereka merasa telah mencapai sesuatu yang nyata. Misalnya, ketika mereka membongkar benda, seperti permainan puzzle, mereka melihat bagaimana setiap bagian saling terhubung dan berkontribusi pada keseluruhan. Melalui proses ini, anak-anak mendapatkan perasaan prestasi dan kebanggaan karena mereka berhasil "memecahkan teka-teki" yang ada di depan mereka.

Penting bagi orangtua untuk memahami pentingnya memberikan anak-anak kesempatan untuk merasa puas dengan diri mereka sendiri dan mengendalikan lingkungan. Dalam konteks ini, memberikan mereka tugas-tugas yang dapat mereka kendalikan dan mengekspresikan kreativitas, serta memberikan pujian atas usaha dan pencapaian mereka, dapat membantu membangun rasa percaya diri yang kuat. Dengan memfasilitasi rasa kepuasan dan kontrol yang positif, orangtua dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa percaya diri yang sehat dan membantu mereka merasa lebih aman dalam mengeksplorasi dunia di sekitar mereka.

4. Belajar dan meniru perilaku dari lingkungan

ilustrasi anak (pexels.com/Keira Burton)

Sebagai makhluk sosial, anak-anak secara alami belajar dan meniru perilaku dari lingkungan mereka. Dalam hal ini, merusak barang sebagai bentuk perilaku bisa terjadi sebagai hasil dari imitasi dan pembelajaran sosial. Anak-anak mengamati dan menyerap berbagai tindakan dari orang-orang di sekitar mereka, termasuk orangtua, keluarga, dan teman sebaya. Jika mereka melihat orang dewasa atau bahkan teman sebaya merusak barang tanpa konsekuensi yang serius, anak-anak mungkin akan meniru perilaku tersebut, terlepas dari apakah mereka sepenuhnya memahami implikasinya.

Orangtua dan pengasuh memiliki peran penting dalam mengajarkan anak tentang konsekuensi dari perilaku merusak barang. Penting untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang nilai dan penghargaan terhadap barang, serta mengkomunikasikan bahwa merusak barang tidaklah sesuai dengan norma dan nilai yang dianut oleh keluarga. Dengan memberikan contoh positif dan membangun komunikasi terbuka, anak-anak dapat belajar bahwa tindakan tersebut tidaklah pantas dan dapat membahayakan baik benda maupun hubungan.

 

Baca Juga: Apakah Anak-Anak Bisa Mengalami Kanker Payudara?

Verified Writer

Larasati Ramadhan

Ig: @larasatiram

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya