Jatuh Bangun Lili Sartika Membangun Sanggar Edukasi Pakai Duit Pribadi

Lili dinobatkan salah satu duta pendidikan Indonesia

Medan, IDN Times- Dunia pendidikan belakangan ini menjadi salah satu isu yang sering disorot oleh pemerintah atau kalangan akademisi. Sebab, tuntutan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa telah termaktub secara jelas di pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Banyak program yang telah diciptakan guna mendukung kemajuan pendidikan, salah satunya adalah lewat diinisiasinya pemilihan duta pendidikan.

Lili Sartika, perempuan asal Medan merupakan salah satu yang menyandang gelar duta pendidikan Indonesia. Sebagai seorang duta pendidikan, ia memiliki tugas untuk aktif dan giat melaksanakan program-program yang bisa mendukung kemajuan pendidikan di Indonesia. Lili memilih menyebarkan agenda berliterasinya itu kepada anak-anak yang berada di lingkungannya.

1. Konsisten mengabdi melalui sanggar edukasi

Jatuh Bangun Lili Sartika Membangun Sanggar Edukasi Pakai Duit PribadiAnak-anak belajar di Sanggar Srasi Semat (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Lili menyebutkan bahwa dirinya telah mendirikan Sanggar, dan hingga kini telah genap satu tahun ia masih konsisten mengajar anak-anak di lingkungan XII Kota Matsum IV. Sanggar yang ia dirikan diberi nama Srasi Semat (Sanggar Sastra Edukasi Sejuta Manfaat).

"Saya ingin meningkatkan literasi dan menumbuhkan nilai karakter anak-anak di lingkungan XII Kota Matsum IV.  Berdirinya Sanggar Srasi Semat ini dilatarbelakangi  oleh rendahnya tingkat literasi anak Indonesia yang menempati 10 posisi terbawah menurut PISA (Program For International Student Assessment) dan saya rasa pendidikan karakter pada anak harus terus ditingkatkan agar degradasi moral yang terjadi saat ini perlahan dapat teratasi melalui langkah-langkah kecil seperti ini," ujar perempuan yang pernah mengajar di Nur Ihsan Islamic Fullday School.

Lebih lanjut, dirinya juga membeberkan mengapa ia memilih keilmuan sastra sebagai mata pelajaran yang sering disampaikan di sanggarnya.

"Sastra dapat meningkatkan nilai karakter anak melalui amanat cerita. Sastra juga dapat meningkatkan keterampilan berliterasi anak melalui kegitan membaca dan menulis. Berpuisi, berpantun, berdongeng, bercerita, dan berdrama. Tapi tak hanya sastra, saya sering buat kegiatan lain di luar keilmuan sastra, kok. Contohnya mengaji bersama yang menjadi agenda yang diterapkan dalam program Sanggar Srasi Semat."

Baca Juga: Konsistensi Pondok Belajar Arnila Memberantas Buta Huruf di Pesisir

2. Mendirikan sanggar pakai dana sendiri dan bantuan volunteer

Jatuh Bangun Lili Sartika Membangun Sanggar Edukasi Pakai Duit PribadiBelajar menulis puisi di Sanggar Srasi Semat, Kota Matsum (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Sanggar Srasi Semat yang didirikan oleh Lili Sartika tidak hanya melangsungkan kegiatan di Medan saja, namun juga telah menjelajah desa lainnya di Sumatra Utara, seperti Desa Kwala Besar Langkat atau Desa Lubuk Palas.

"Kendala yang dihadapi tentunya menjaga konsistensi dalam melaksanakan program," tutur Lili. Ia juga mengaku akan terus konsisten menjalankan segala kegiatan di Sanggar yang ia dirikan sampai tahun-tahun berikutnya, meskipun nanti sudah tak menyandang gelar sebagai duta pendidikan Indonesia lagi," katanya.

Lili mengaku tak masalah jika program di sanggarnya mutlak menggunakan dana pribadinya. Begitupun ada juga bantuan dari sumbangan.

"Segala agenda menggunakan dana pribadi. Tapi untuk buku-buku dan bahan ajar, ada yang memberi donasi. Seperti mengirim buku bekas atau ada yang memberi uang dan ditransfer ke saya untuk saya belikan buku baru," kata perempuan kelahiran tahun 2001.

3. Semangat anak-anak menjadi motivasi untuk giat melakukan program literasi sampai saat ini

Jatuh Bangun Lili Sartika Membangun Sanggar Edukasi Pakai Duit PribadiLili Sartika saat mengajar anak-anak pesisir (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Lili Sartika mengaku bahwa rintangan yang ia hadapi cukup substansial, seperti fasilitas dan tenaga ajar yang kurang. Sehingga tak heran jika dirinya sering menjalankan program di Sanggarnya seorang diri mengajar sekitar 30 anak-anak SD.

"Anak-anak yang mengikuti kegiatan di Sanggar Srasi Semat cukup antusias, bahkan bisa dikatakan ketagihan belajar, karena kegiatannya saya usung konsep belajar sambil bermain. Cukup senang melihat reaksi baik mereka. Hal ini tentu menjadi pendorong semangat saya untuk konsisten mengaktifkan kegiatan sanggar, meski harus jatuh bangun," kata perempuan yang telah menyandang gelar sarjana pendidikan ini.

"Sanggar Srasi Semat tidak hanya menjadi wadah belajar gratis untuk anak-anak, namun juga menjadi wadah pengabdian bagi relawan lain, sehingga Sanggar ini dapat terus menerus berkembang tidak hanya di Sumatra Utara, namun menyebar hingga seluruh Indonesia. Itu target saya," pungkasnya.

Baca Juga: Kisah Nek Sarah, 40 Tahun Berjuang Mencari Kerang di Belawan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya