Konsistensi Pondok Belajar Arnila Memberantas Buta Huruf di Pesisir

Telah berdiri selama 8 tahun

Medan, IDN Times- Pondok Belajar Arnila merupakan suatu wadah untuk anak-anak Kampung Nelayan Seberang berliterasi. Pondok belajar ini telah berdiri dari tahun 2015 yang dipelopori oleh seorang dokter, Arnila Melina. Pondok Belajar Arnila hadir dengan misi memberantas buta huruf di kawasan Kampung Nelayan Seberang.

Kini, tempat yang berdiri di atas air ini telah berumur 8 tahun. Anak-anak Kampung Nelayan Seberang yang sering belajar di tempat ini juga semakin bertambah, terhitung sebanyak 50 anak. Mereka kerap menghabiskan waktu untuk belajar, bercengkerama, bahkan membuat kerajinan.

1. Berdiri di lingkungan mayoritas masyarakat miskin

Konsistensi Pondok Belajar Arnila Memberantas Buta Huruf di PesisirSuasana Kampung Nelayan Seberang (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Kampung Nelayan Seberang berada di kawasan pesisir pantai Belawan, namun secara administratif masuk ke wilayah Kabupaten Deli Serdang. Mayoritas masyarakat di kampung ini bergantung pada hasil sumberdaya laut. Pekerjaan masyarakat yang menghuni kawasan pesisir ini umumnya seperti nelayan, pemilah udang, anak buah kapal, bahkan membuka jasa penyeberangan menggunakan kapal. Selain tempatnya yang terpencil dan kumuh, untuk sampai ke kawasan yang bermukim di atas air ini harus menggunakan perahu dengan jarak tempuh sekitar 10 menit.

“Di desa kami ini keadaan ekonomi masyarakatnya cukup sulit. Jadi anak-anak di kawasan ini masih ada yang tidak bersekolah karna faktor pendapatan orang tuanya yang rendah,” ucap Juliani, seorang Pengajar di Pondok Belajar Arnila.

Baca Juga: Kisah Nek Sarah, 40 Tahun Berjuang Mencari Kerang di Belawan

2. Memiliki misi memerangi buta huruf

Konsistensi Pondok Belajar Arnila Memberantas Buta Huruf di PesisirMomen merayakan ulang tahun bersama Kak Arnila (Instagram.com/arnilamelina)

Juliani menuturkan bahwa misi awal Pondok Belajar Arnila didirikan adalah untuk memerangi buta huruf. Sebab, akses pendidikan di kampung ini tidak begitu masif.

“Dulu anak-anak lebih senang bekerja seperti mencari kepiting daripada belajar.  Alhamdulillah sejak adanya Pondok Belajar Arnila, setelah pulang sekolah mereka sering ikut kegiatan yang kami buat,” tutur gadis kelahiran tahun 1998 itu.

Lebih lanjut ia mengaku bahwa misi seorang Arnila Melina dalam memerangi buta huruf di Kampung Nelayan Seberang telah berhasil. “Terima kasih kepada Kak Arnila Melina, sebab misinya telah berhasil. Saat ini animo belajar anak-anak semakin meningkat dan sudah lumayan banyak yang bisa membaca.”

3. Cara pengajar melakukan pendekatan

Konsistensi Pondok Belajar Arnila Memberantas Buta Huruf di PesisirDiskusi bersama di Pondok Belajar Arnila (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Juliani mengungkap rahasianya melakukan pendekatan kepada anak-anak Kampung Nelayan Seberang. Ia mengaku jika ingin membuat anak-anak merasa nyaman, seyogianya harus melakukan pengenalan yang asyik dan tidak kaku.

“Awal pertama masuk ngajar saya mulai melakukan pendekatan sama anak-anak. Caranya macam-macam, seperti ajak kenalan, main games, bahkan banyak lagi hal-hal yang dapat membuat mereka merasa bahwa belajar itu asyik. Banyak cara yang saya lakukan supaya mereka nyaman belajar dengan saya. Alhamdulillah makin lama mereka makin dekat dengan saya maupun sesama temannya.”

Sudah menjadi kegemaran perempuan yang juga berdomisili di Kampung Nelayan Seberang ini bercengkrama dengan anak-anak.

“Saya senang banget sama anak-anak. Sesekali aja merasa lelah menghadapi tingkah aktifnya, kadang juga susah diatur. Namun selebihnya saya merasa bahagia menekuni profesi sebagai pengajar di sini," pungkasnya.

Baca Juga: Cerita Nila Jadi Nelayan Perempuan Pencari Kerang di Belawan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya