Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cara Simpel Memahami Inflasi untuk Gen Z, Kenapa Harga Naik Terus?

ilustrasi inflasi (unsplash.com/Mike Cho)
ilustrasi inflasi (unsplash.com/Mike Cho)
Intinya sih...
  • Ilustrasi sederhana: Snack, pulsa, konserInflasi bisa diilustrasikan secara sederhana. Misal dulu kamu selalu membeli snack seharga Rp 5.000. Karena inflasi 10 persen, sekarang snack yang sama bisa jadi Rp 5.500 atau bahkan Rp 6.000.
  • Tiga penyebab utama inflasi yang sering terjadiAda beberapa penyebab inflasi yang perlu diketahui. Antara Lain; permintaan tinggi (Demand-Pull Inflation). Ini artinya saat banyak orang ingin beli barang yang sama tapi stok terbatas, harga akan didongkrak.
  • Apa yang bisa dilakukan Gen Z untuk tidak kalah dengan inflasi?Bagi Gen Z, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk ‘melawan’ 
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Inflasi bukan cuma kata ekonomi di berita—bagi Gen Z yang mulai mengatur keuangan sendiri, inflasi bisa terasa langsung di sore hari ketika harga snack naik atau tiket konser makin mahal. Inflasi ialah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam periode waktu tertentu.

Di Indonesia, inflasi juga disebut sebagai kemerosotan nilai uang (kertas) karena jumlah uang beredar makin banyak dibanding jumlah barang yang tersedia. Naiknya harga barang dan jasa secara keseluruhan ini membuat biaya hidup semakin meningkat.

Tingginya permintaan barang dan jasa melebihi pasokan, kenaikan biaya produksi, hingga uang beredar yang terlalu banyak bisa jadi pemicunya.

Dilansir dari laman Pegadaian, inflasi adalah kondisi kenaikan barang dan jasa yang diukur selama satu tahun oleh lembaga statistik negara. Di Indonesia, peran ini dipegang oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Nah, agar kamu nggak “kaget” tiap lihat harga naik, yuk pahami inflasi lewat contoh simpel dan strategi agar gak gampang terkikis nilai uangmu.

1. Ilustrasi sederhana: Snack, pulsa, konser

Ilustrasi inflasi (Foto: IDN Times)
Ilustrasi inflasi (Foto: IDN Times)

Inflasi bisa diilustrasikan secara sederhana. Misal dulu kamu selalu membeli snack seharga Rp 5.000. Karena inflasi 10 persen, sekarang snack yang sama bisa jadi Rp 5.500 atau bahkan Rp 6.000. Uang Rp 5.000-mu “berkurang daya beli”.

Kemudian, bisa diilustrasikan saat membeli paket data internet. Misalnya sebelum inflasi terjadi, dengan pulsa 10 ribu, kita bisa membeli paket data 1 Gb. Namun saat inflasi, pulsa 10 ribu hanya bisa membeli data 800 MB. Artinya, harga layanan naik, padahal nominal yang kamu keluarkan sama.

Kemudian, inflasi bisa berdampak ke sektor lainnya. Misalnya kita bisa melihat ketika tiket konser yang naik harga. Harga tiket bisa naik karena ongkos penyelenggaraan, listrik, alat panggung, semua ikut inflasi. Ilustrasi ini menunjukkan: inflasi itu bukan “naik satu barang saja”, tetapi kenaikannya meluas—banyak produk dan jasa ikut terpengaruh.

2. Tiga penyebab utama inflasi yang sering terjadi

ilustrasi inflasi (pexels.com/Khancit Khirisutchalual)
ilustrasi inflasi (pexels.com/Khancit Khirisutchalual)

Ada beberapa penyebab inflasi yang perlu diketahui. Antara Lain; permintaan tinggi (Demand-Pull Inflation). Ini artinya saat banyak orang ingin beli barang yang sama tapi stok terbatas, harga akan didongkrak.

Kemudian naiknya biaya produksi (Cost-Push Inflation); kalau harga bahan baku atau upah naik, produsen akan menyesuaikan harga supaya bisa tetap untung.

Selain itu, inflasi juga disebabkan dengan banyak uang beredar di masyarakat tapi barang yang bisa dibeli tetap, maka uang itu terlalu banyak dibanding barang—akibatnya harga barang naik.

3.      Apa yang bisa dilakukan Gen Z  untuk tidak kalah dengan inflasi?

ilustrasi inflasi menyebabkan masyarakat lebih hati-hati dalam membeli barang (pexels.com/Ahsanjaya)
ilustrasi inflasi menyebabkan masyarakat lebih hati-hati dalam membeli barang (pexels.com/Ahsanjaya)

Bagi Gen Z, ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk ‘melawan’  inflasi. Sehingga perekonomian juga tetap stabil.

Gen Z bisa memulai dengan investasi atau tabungan di instrumen yang bisa tumbuh. Menyimpan uang di tabungan biasa bisa kalah cepat dibanding inflasi. Coba instrumen seperti deposito, reksadana, atau saham (disesuaikan dengan risiko).

Kemudian pantau pengeluaran tetap dan kebutuhan pokok terlebih dahulu. Pastikan alokasi biaya bulanan (makan, transportasi, studi) realistik agar kenaikan harga tidak langsung menghancurkan keuangan.

Putuskan berbelanja saat harga sedang turun. Ketika bahan pokok seperti beras atau bawang turun harga, beli sedikit lebih banyak (jika memungkinkan) agar tidak terlalu terbebani saat harganya naik.

Lebih baik memilih produk lokal karena rantai bisnisnya relatif lebih pendek ketimbang impor. Produk lokal umumnya lebih stabil karena ongkos distribusi tidak sebesar barang impor. Ini membantu meminimalkan “inflasi impor”.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest Life Sumatera Utara

See More

Cara Simpel Memahami Inflasi untuk Gen Z, Kenapa Harga Naik Terus?

07 Okt 2025, 17:57 WIBLife