TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Destinasi Wisata Sejarah dan Budaya di Kota Padang

Berwisata sambil menambah wawasan sejarah dan budaya

padangkita.com

Selain memiliki bentang alam yang indah, Kota Padang juga kaya akan sejarah dan budaya.  Terdapat kisah-kisah legenda Sumatera Barat yang bisa kita jumpai jejaknya di kota yang mendapat julukan Kota Tercinta ini. 

Ciri bangunan dan adat-istiadat Minangkabau juga sangat mudah kamu temukan di kota ini. 

Berikut adalah 5 tempat wisata di Kota Padang yang bisa kamu singgahi sambil menambah wawasan kamu tentang sejarah dan budaya Kota Padang.

1. Museum Adityawarman

Museum Adityawarman mempunyai bangunan berbentuk rumah gadang yang menjadi ciri arsitektur Minangkabau. Museum ini merupakan museum budaya Sumatera Barat yang terletak di Jalan Diponegoro 10, Kota Padang.

Koleksi di dalamnya meliputi diorama sejarah Sumatera Barat, cerita rakyat daerah, peragaan pakaian daerah, upacara adat, penjelasan sistem kekerabatan Minangkabau, dan lain-lain.

Museum Adityawarman diresmikan pada tanggal 16 Maret 1977. Nama Adityawarman diambil dari nama seorang raja Malayapura pada abad 14 M, sezaman dengan Kerajaan Majapahit.

Harga tiket masuk museum ini cukup Rp 5.000. Jika ingin mengenal sejarah Sumatera Barat dan budaya Minangkabau, mendatangi Museum Adityawarman bisa menjadi langkah awal yang baik.

2. Batu Malin Kundang

Batu Malin Kundang menjadi salah satu daya tarik wisatawan di Kota Padang.  Malin Kundang adalah cerita rakyat dari Sumatera Barat yang bercerita tentang kisah anak durhaka bernama Malin Kundang.

Di Pantai Air Manis yang terletak di Kelurahan Air Manis, Padang Selatan, Kota Padang, terdapat sebuah batu berbentuk orang yang sedang bersujud.  Batu itulah yang kemudian disebut Batu Malin Kundang.

Batu Malin Kundang itu berada bersama bebatuan lain yang menyerupai puing-puing kapal. Tempat itu mengingatkan tentang kisah Malin Kundang beserta kapalnya yang berakhir dikutuk menjadi batu karena durhaka terhadap sang ibu.

3. Jembatan Siti Nurbaya

Siapa yang tak kenal cerita Siti Nurbaya? Siti Nurbaya dikisahkan oleh Marah Rusli, seorang penulis berdarah Minangkabau. Siti Nurbaya adalah cerita tentang sepasang kekasih, Samsul Bahri dan Siti Nurbaya di awal abad 20 M. 

Menurut kisahnya, konflik muncul ketika Samsul Bahri pergi untuk melanjutkan pendidikannya sedangkan Siti Nurbaya terpaksa menikah dengan Datuk Meringgih agar ayahnya terbebas dari hutang.  Siti Nurbaya akhirnya dibunuh oleh Datuk Meringgih kemudian Datuk Meringgih dibunuh oleh Samsul Bahri dalam suatu pertempuran melawan pemerintah Hindia Belanda.

Di Kota Padang terdapat jembatan yang membentang di atas Sungai Batang Arau. Jembatan ini dinamai Jembatan Siti Nurbaya karena menjadi akses untuk menuju Taman Siti Nurbaya yang berada di kawasan Bukit Siti Nurbaya.  Di puncak bukit tersebut terdapat celah goa yang di dalamnya terdapat tumpukan bebatuan. Di tempat itulah tempat makam Siti Nurbaya berada menurut kepercayaan masyarakat setempat.

Jembatan Siti Nurbaya adalah salah satu tempat wisata favorit wisatawan. Dari jembatan ini, kalian bisa menikmati pemandangan yang luas dan indah, dan juga menjadi spot foto yang menarik.  Di tempat ini, kalian bisa menikmati keindahan perbukitan, kapal-kapal yang bersandar di sungai, dan kelap-kelip lampu yang menyala ketika malam tiba.

4. Masjid Raya Ganting

Kota Padang bisa menjadi salah satu tempat untuk berwisata religi.  Salah satu tempat wisata religi yang juga ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah adalah Masjid Raya Ganting (dibaca 'Gantiang' dalam bahasa setempat). Bangunan masjid yang menjadi peninggalan abad 19 M ini terletak di Kelurahan Ganting, Padang Timur, Kota Padang.

Menurut laman padang.co.id, arsitektur Masjid Raya Ganting adalah hasil akulturasi etnis-etnis yang ada di Kota Padang, termasuk Tionghoa, Eropa, India, dan Arab. Hal tersebut bisa dilihat pada bentuk atap masjid yang berundak khas arsitektur nusantara, sedangkan bagian fasad dipengaruhi gaya Neoklasik dari Eropa. Adapun hiasan berbentuk kubah yang kemungkinan merupakan pengaruh dari arsitektur Mughal. 

Masjid ini pernah menjadi masjid terbesar di Minangkabau pada awal abad 20 M. Masjid Raya Ganting pernah menjadi arena perdebatan dan perebutan pengaruh ulama Minangkabau yang terbagi menjadi Kaum Tua dan Kaum Muda. Lalu pada masa kependudukan Jepang, Masjid Raya Ganting dijadikan markas wilayah Sumatera Barat dan Tengah sekaligus menjadi tempat pembinaan prajurit yang merupakan tentara kesatuan pribumi yang dibentuk oleh Jepang. 

Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Masjid Raya Ginting banyak dikunjungi tokoh-tokoh nasional seperti  Muhammad Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan Abdul Haris Nasution.

Writer

Indri Hapsari

Pegawai, Penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya