Pariwisata Danau Toba, Halal Tourism Bukan Menghapus Budaya Asli
Konsep ramah Muslim potensi besar kembangkan pariwisata
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times – Pengembangan pariwisata Danau Toba terus menjadi sorotan. Menyusul perhatian pemerintah yang menjadikan Danau Toba sebagai destinasi superporioritas.
Pembangunan di kawasan danau terbesar di Asia Tenggara itu dikebut. Dana Rp 3,5 miliar digelontorkan pemerintah. Pembangunan berbagai fasilitas seperti pelabuhan hingga resort ditarget rampung 2020 mendatang.
Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) masyarakat setempat pun mulai digalakkan. Berbagai pelatihan hingga pembangunan sekolah pariwisata digarap.
Wacana terbaru pun menyeruak. Soal konsep wisata halal (Halal Tourism) disorot berbagai elemen. Pro dan kontra menjadi pembicaraan hangat beberapa hari ke belakang.
Sejumlah pihak menganggap wacana wisata ramah Muslim yang digagas bakal menghilangkan budaya asli etnis Batak. Pemprov Sumut sebagai penyelenggara daerah memberikan klarifikasi.
Simak nih klarifikasi dari Pemprov Sumut ihwal wacana Halal Tourism yang harusnya berpotensi mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan ke Danau Toba.
Baca Juga: Menikmati Keajaiban Danau Toba dari Pantai Pasir Putih Parbaba
1. Lebih dari 50 persen pangsa pasar wisata Danau Toba berasal dari Malaysia
Data yang dihimpun, wisatawan mancanegara yang paling banyak datang ke Danau Toba berasal dari Negeri Jiran Malaysia. Pada triwulan pertama 2019, lebih dari 50 persen wisman berkunjung ke Danau Toba. Angkanya mencapai 30 ribu orang dan didominasi beragama Muslim.
Malaysia memang menjadi potensi pasar yang cukup tinggi di Danau Toba. Pertumbuhan ini juga bakal menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) setempat. Jika PAD terus tumbuh, kesejahteraan masyarakat juga akan terangkat.
Baca Juga: 10 Tempat Wisata Paling Keren di Sekitar Danau Toba, Ke Sini Yuk!