Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kelly (kanan) meraih perunggu wushu nomor Gun Shu (dok.SIWO PWI Sumut)
Kelly (kanan) meraih perunggu wushu nomor Gun Shu (dok.SIWO PWI Sumut)

Intinya sih...

  • Awalnya bocah pemaluMeski pemalu, Kelly menunjukkan mental juara dengan skor 9.586 poin yang menandai kerja keras dan konsistensinya dalam latihan wushu.

  • Belajar sejak usia 8 tahunKelly tertarik pada wushu sejak usia 8 tahun dan tumbuh menjadi atlet tangguh di bawah arahan pelatih Fuliana.

  • Sempat menempati urutan kedua ChangquanKelly membuat kejutan dengan posisi kedua di nomor Changquan Putri sebelum meraih medali perunggu pada nomor Gun Shu Putri.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times- Usianya baru 16 tahun, tapi Kelly Earlene Irwin sudah mencuri perhatian insan wushu nasional. Di tengah dominasi para senior, pewushu muda asal Sumatra Utara ini sukses menorehkan prestasi gemilang dengan meraih medali perunggu nomor Gun Shu Putri pada ajang PON Bela Diri II/2025, Sabtu (25/10) di GOR Djarum Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah.

Bagi Kelly, pencapaian ini terasa seperti mimpi. “Jujur, saya tidak menargetkan medali. Saya hanya ingin tampil bersih tanpa kesalahan,” tutur Kelly.

1. Awalnya bocah pemalu

Kelly (kanan) meraih perunggu wushu nomor Gun Shu (dok.SIWO PWI Sumut)

Meski siswi kelas XI SMA Sutomo 1 Medan itu belum sepopuler para pewushu nasional lainnya, Kelly telah menunjukkan mental juara. Skor 9.586 poin yang diraihnya menjadi bukti kerja keras dan konsistensinya selama berlatih di bawah bimbingan Yayasan Kusuma Wushu Indonesia (YKWI) Medan — wadah yang dikenal melahirkan banyak atlet wushu berprestasi nasional maupun internasional.

Kelly adalah anak bungsu dari dua bersaudara, buah hati pasangan Darwin dan Aifina. Sang ibu mengisahkan, sejak kecil Kelly dikenal pendiam dan pemalu. Namun segalanya berubah ketika ia mulai mengenal dunia wushu. “Wushu membuatnya percaya diri. Dia belajar disiplin, fokus, dan berani tampil di depan umum,” tutur Aifina.

2. Belajar sejak usia 8 tahun

Kontingen wushu Sumut di PON Bela diri Kudus (dok.SIWO PWI Sumut)

Ketertarikan Kelly pada wushu muncul sejak usia 8 tahun, saat melihat kakaknya berlatih. Dari situlah kecintaannya tumbuh. Ia rajin berlatih setiap hari sepulang sekolah, meski sering kali harus menunda waktu bermain dengan teman-teman sebayanya.

“Kalau sudah di matras, semua lelah hilang. Saya suka bagaimana gerakan wushu memadukan keindahan dan kekuatan,” kata Kelly sambil tersenyum.

Di bawah arahan pelatih Fuliana, Kelly tumbuh menjadi atlet muda yang tangguh. Latihan keras, ketepatan gerak, serta fokus pada detail menjadi bagian dari kesehariannya.

“Kelly punya tekad besar dan kemauan belajar yang kuat,” ujar Fuliana. “Walaupun usianya masih belasan, ia punya disiplin seperti atlet senior.”

3. Sempat menempati urutan kedua Changquan

Kelly (kanan) meraih perunggu wushu nomor Gun Shu (dok.SIWO PWI Sumut)

Bahkan, pada hari pertama cabang wushu di PON Bela Diri, Jumat (24/10), Kelly sempat membuat kejutan dengan menempati posisi kedua di nomor Changquan Putri dengan skor 9.500, sebelum akhirnya turun ke peringkat empat. Namun ia tidak patah semangat — hasil itu justru menjadi pemantik untuk tampil lebih baik di nomor berikutnya, Gun Shu, yang akhirnya berbuah medali.

Salah satu sosok yang paling berpengaruh bagi Kelly adalah Master Supandi Kusuma, Pendiri Wushu Sumatera Utara sekaligus tokoh besar wushu Indonesia. Kelly mengaku selalu mengingat pesan sang master:

“Jangan cepat puas dengan hasil hari ini. Karena kemenangan sejati adalah saat kamu terus berkembang.”

Pesan itu menjadi prinsip hidupnya. “Saya menjadikan perunggu ini bukan akhir, tapi awal untuk lebih baik lagi. Medali itu bonus. Yang penting saya bisa tampil maksimal dan membuat pelatih serta orang tua bangga,” ungkapnya.

Editorial Team