Pandemik Tak Kubur Tekad Sumut Berprestasi di PON Papua

Banyak kendala tidak jadi alasan ciut

Medan, IDN Times - Genderang Pekan Olahraga Nasional (PON) akan segera ditabuh. Setelah sempat tertunda setahun, PON 2020 akhirnya akan digelar 5-12 Oktober mendatang.

Di tengah pandemik, kontingen Sumatra Utara pun bersiap untuk bertarung memperebutkan kebanggaan dengan merebut medali. Sumut akan berkekuatan 186 atlet ke Papua nanti. Mereka akan bertarung di 27 cabang olahraga.

Lantas bagaimana persiapan Sumut untuk bertarung di provinsi paling ujung Timur Indonesia ini?

 

1. Gubernur Sumut targetkan Sumut bisa tembus lima besar

Pandemik Tak Kubur Tekad Sumut Berprestasi di PON PapuaGubernur Sumut Edy Rahmayadi memberi motivasi kepada atlet Sumut yang akan ke Papua (Dok.IDN Times/Humas Sumut)

Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi berharap Sumut bisa meningkatkan prestasi dari PON 2016 Jawa Barat. Saat itu Sumut meraih 16 emas, 17 perak dan 33 perunggu.

“Saat ini kita berada di peringkat 9, target kita bisa mencapai lima besar, karena itu motivasi dirimu (atlet) untuk memberikan yang terbaik. Kita ingin Sumut yang kita cintai ini kembali berprestasi di olahraga,” kata Edy Rahmayadi.

Terakhir kali Sumut bisa mencapai lima besar pada PON Jakarta 1977. Saat itu Sumut meraih 12 emas, 18 perak, dan 22 perunggu. Prestasi terbaik Sumut sejauh ini juga empat besar yakni saat jadi tuan rumah tahun 1953 dan di Surabaya tahun 1969.

Di luar prestasi, Edy juga mengingatkan pemain untuk menjaga kesehatan. Karena itu yang terpenting di masa pandemik ini.

“Jaga kesehatan di sana, di sana malaria masih cukup tinggi, begitu juga soal keamanan, jangan terlalu lasak karena aktivitas OPM di sana masih tinggi,” tambah Mantan Ketum PSSI itu.

2. Cabor-cabor terkendala try out

Pandemik Tak Kubur Tekad Sumut Berprestasi di PON PapuaGubernur Sumut Edy Rahmayadi bersilaturahmi dengan kontingen PON Sumut, Selasa (24/8/2021). (Dok.IDN Times/istimewa)

Selain latihan intensif yang harus daring, tim Sumut juga tidak bisa menggelar berbagai uji coba ke luar daerah. Hal ini untuk mengukur kekuatan dengan menghadapi rival-rival. Namun pandemik membuat mereka hanya bisa melakukan uji coba internal.

Hal itu diakui Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumut, John Ismadi Lubis. "Biasanya kami kan mengukur kekuatan dengan menggelar try out ke daerah lain. Tapi kan tidak mungkin karena pandemik. Memang masalah ini hampir dialami tiap daerah. Hanya saja beruntungnya di Jawa mereka kan geografisnya berdekatan. Mudah-mudahan dengan kendala yang sama ini bisa dimaksimalkan," kata John ditemui Kamis (9/9/2021).

"Berangkat dengan kondisi sekarang, saya sampaikan anak-anak yang penting semangat. Kalau cabor kontak langsung swab. Harus kita awasi. Jangan nanti ada trik-trik di sana. Gak boleh berkeliaran. Habis bertanding pulang ke pondokan. Masalahnya lebih bagus kondisi pelatda. Mereka nanti di sana ada yang di rumah susun, ada yang di kampus. Memang semuanya kamar lagi dibenahi, tapi dibanding di sini," bebernya.

John pun selalu mengingatkan atletnya untuk tak kalah sebelum berperang. Dengan kondisi apapun. "Di sana kita bertempur bukan istirahat. Kita di sana perang, melawan diri sendiri. Jangan sampai kalah sebelum bertanding," bebernya.

3. Beberapa cabor unggulan mendulang medali

Pandemik Tak Kubur Tekad Sumut Berprestasi di PON PapuaKetua KONI Sumut John Ismadi Lubis (IDN Times/Doni Hermawan)

Soal cabor prioritas, John pun mengatakan pihaknya tidak menganakemaskan cabor-cabor yang diunggulkan meraih medali. Menurutnya semua punya kans yang sama. Hanya saja beberapa cabor memang terukur.

"Saya lihat semuanya sama peluangnya. Tapi yang selama ini rutin menyumbangkan emas kalau di terukur ada harapan di beberapa nomor. Ada empat atlet kita pelatnas. Lari jarak menengah, lari jarak jauh sama lempar lembing. Punya peluang besar di situ," kata John.

Atlet yang dimaksud adalah Welman Pasaribu (10 ribu meter putra) Agustina Manik (800 m putri), Pretty Sihite (5000 m putri), dan  Abdul Hafiz (lempar lembing).

"Kemudian nomor sepatu roda juga punya peluang. Sayangnya mereka tak bisa menggelar training camp di luar negeri," bebernya.

Cabang olahraga tarung juga kerap jadi andalan Sumut mendulang medali. "Cabang olahrgaa tarung karate, wushu sanda, wushu taolu, petinju yang bagus, taekwondo dan muaythai. Kesempatan kita bertarung mati-matian," bebernya. 

Sementara sepak bola sebagai cabang bergengsi juga diharapkan bisa melewati ujian berat di penyisihan. Tradisi menyumbang medali juga ada di cabang olahraga bergengsi ini. Hanya saja terakhir kali Sumut meraih emas tahun 1989.

"Sepak bola juga harapan kita walaupun di pool maut. Lawan Jateng, Jatim, Sulsel, mereka biasanya semi final. Kita juga biasanya diperhitungkan. Nasib saja di drawing. Tapi saya sampaikan ke anak-anak, tidak ada lawan yang ringan. Semuanya berat," bebernya.

Baca Juga: Masuk Grup Neraka, Ini Lawan-lawan Tim Sepak Bola Sumut di PON Papua

4. Anggarkan Rp40 miliar untuk ke Papua, siapkan bonus

Pandemik Tak Kubur Tekad Sumut Berprestasi di PON PapuaSejumlah orang berpakaian adat nusantara menari di halaman Kantor Gubernur Papua, Sabtu (19/6/2021). Jelang 105 hari Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021 edisi Kota Jayapura di tandai pemukulan tifa, pelepasan balon lampion ke udara, tarian nusantara. (ANTARA FOTO/Indrayadi TH)

Untuk anggaran ke Papua dengan letak geografis dengan Sumatra Utara yang terbentang dari ujung Barat ke Timur memang membutuhkan kocek yang besar. Hal itu diakui John. Syukurnya penghematan dengan tidak digelarnya try out ke luar daerah hingga luar negeri bisa membantu.

"Kemarin Rp52 miliar dianggarkan. Setelah disusutkan paling jatuhnya di angka Rp40 miliar. Tapi kita minta tambahan di RAPBD untuk bonus. Karena pertimbangannya gak boleh di bawah 200 juta (bonus) emasnya. Dari PON sebelumnya sudah segitu angkanya. Kalau sudah berganti tahun gak bisa dianggarkan," bebernya.

5. Haramkan ambil atlet dari luar Sumut

Pandemik Tak Kubur Tekad Sumut Berprestasi di PON PapuaPengguna jasa bandara melintas di dekat media promosi Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua di Terminal Domestik Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Kamis (1/7/2021). (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Soal praktik jual beli atlet yang kerap terjadi, John mengatakan, Sumut memang kerap kehilangan atletnya yang diambil daerah lain. Terakhir Sumurung Siregar dari cabor gulat yang pindah ke Papua. Sebelumnya tahun 2016 dia meraih emas untuk Sumut di PON Jawa Barat.

"Kita kan monitor juga. Ada juga atlet kita pindah ke Papua. Saya setujui. Sumurung Siregar. Pada akhirnya kita setujui karena mungkin dia dikontrak besar di sana. Saya bilang berangkatlah. Bahkan saya bilang ko gak boleh pulang ke Sumut kalau belum dapat emas di sana. Kita syukuri saja. Kita bangga kok kalau di final bertemu sesama orang Batak," beber John merelakan.

Yang terpenting baginya meski atlet Sumut pindah ke daerah lain, tapi mengharamkan untuk mengambil atlet yang bukan binaan daerah sendiri.

"Kita jangan ambil anak orang. Saya ditawari terjun payung banyak dari Kopasus atau Kostrad. Saya bilang gak lah kalau gak kita bina. Karena tetap biayai di sana. Hanya dapat emasnya aja. Lebih baik gak dapat apa-apa yang penting dia hasil binaan kita sendiri," kata mantan pengurus IMI Sumut ini.

6. Atlet mengakui tak hanya pikirkan medali, tapi juga kesehatan

Pandemik Tak Kubur Tekad Sumut Berprestasi di PON PapuaLifter Sumut Fabuolo Gowasa (IDN Times/Doni Hermawan)

Sementara atlet sendiri siap bertarung dengan maksimal meski menghadapi banyak kendala seperti disebutkan di atas. Lifter Angkat Berat Faebolo Dodo Gowasa yakin bisa meraih medali emas di Papua nanti. 

Apalagi peraih medali perunggu PON Riau 2012 ini merasa lebih percaya diri saat ini. Ia terus berlatih memperbaiki angkatan barbel.

Satu yang terpenting menurut Daud, sapaan akrabnya adalah menjaga kesehatan. Karena segala upaya akan sia-sia jika terserang penyakit di Papua nanti. Apalagi COVID-19. Otomatis ambisi meraih medali akan pupus.

"Protokol kesehatan merupakan senjata ampuh bagi atlet agar terhindar dari paparan Covid-19. Sebelum memasuki tempat latihan berlokasi di Gedung Perkumpulan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PABERSI) Sumut saya lebih dulu mencuci tangan dengan sabun di air mengalir ditempat yang telah disediakan pengurus," katanya.

Ia juga tetap menggunakan masker, saat pengangkatan barbel baru masker dibuka. Selain itu, antara atlet yang satu dengan atlet yang lain tetap menjaga jarak minimal 1 meter saat latihan.

“Pertandingan dalam olahraga yang menentukan adalah kemenangan juga terdapat faktor psikologis. Vaksinasi memberikan rasa nyaman saat bertanding, sehingga dapat tampil maksimal membuat percaya diri bertambah besar untuk meraih prestasi. Ini justru bukan hambatan bagi atlet tapi tantangan yang menarik, karena saya ingin menunjukkan PON di Papua meraih kesuksesan dalam kondisi pandemi," kata Ayah tiga anak ini.

Sementara kapten sepak bola Sumut, Vikra Seifahlevi mengatakan, dirinya dan rekan-rekan siap melaju hingga final. Seperti yang ditargetkan. Meskipun mereka harus melewati pool maut. "Keinginan keluarga yang pastinya juara, orangtua mana yang gak bangga anaknya bisa bawa pulang medali emas di PON Papua, apa lagi ini kan ajang bergengsi 4 tahun sekali dan belum tentu dapat di umur yang akan datang," pungkas Vikra.

Rencananya kontingen Sumut akan bertolak ke Papua pada 23 September mendatang. Semoga meraih prestasi ya!

Baca Juga: Kontingen Sumut Siap Bertolak ke PON Papua, Edy: Jauhkan Mental Tempe

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya