Kisah Batu Lubang di Tapteng, Jalan Lintas dengan Gua Kembar Misterius
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tapanuli Tengah, IDN Times- Jika melintas di Jalur Lintas Sumatra dari Tarutung, Tapanuli Utara menuju Kota Sibolga, pengendara biasanya melewati jalan dengan pemandangan unik. Ada dua buah terowongan kembar berbentuk gua yang harus dilintasi. Daerah ini dikenal dengan nama Batu Lubang.
Batu Lubang adalah salah satu peninggalan sejarah yang berada di kawasan Pantai Barat Sumatra. Kawasan jalan lintas ini punya cerita yang menarik untuk diulik.
1. Ada air terjun di sebelah dinding gua
Dua terowongan kembar yang masih menyimpan misteri itu terletak di Dusun Simaninggir, Desa Bonan Dolok, Kecamatan Sitahuis. Hanya berjarak 7 kilometer dari Kota Sibolga.
Nah, jika menyebut namanya,tak sedikit masyarakat luar daerah Sibolga tahu di mana letak peninggalan sejarah itu. Gua tersebut memiliki keunikan tersendiri. Bila masuk ke dalam, pengunjung akan merasakan tetesan air segar yang terus berjatuhan dari celah dinding batu.
Selain itu, pengunjung juga dapat melihat air terjun yang mengalir tepat berada di sebelah dinding gua.
Tidak itu saja, masyarakat yang datang dari luar daerah juga akan menyempatkan diri untuk melakukan swafoto di bibir gua tersebut sebelum kembali meneruskan perjalanan.
2. Keberadaan dua gua itu diyakini sudah ada sebelum Indonesia merdeka
Di jalur lintas Sumatra, jika pengendara melintas dari Sibolga, akan melewati gua dengan ukuran yang berbeda. Jika dari Kota Sibolga, gua pertama yang dilalui memiliki panjang 40 meter. Sementara untuk gua yang satu lagi memiliki ukuran panjang 20 meter.
Belum ada yang tahu pasti tentang sejarah adanya dua terowongan itu. Namun masyarakat yakin gua itu terbentuk sebelum Indonesia merdeka. Keberadaannya diyakini sudah ada sejak tahun 1930-an.
3. Konon, dibuat oleh tenaga penduduk melalui kerja paksa di zaman penjajahan Belanda
Terbentuknya gua juga saat ini masih banyak menyimpan misteri. Masyarakat sekitar pun belum ada yang bisa menguak asal muasal Batu Lubang tersebut.
Dari cerita yang dikumpulkan IDN Times, konon pembuatan gua tersebut dihasilkan melalui kerja paksa yang dilakukan terhadap penduduk. Penduduk yang menjadi tahanan perang di zaman kolonial Belanda diperlakukan semena-mena atau yang disebut kerja rodi.
Penjajah memerintahkan penduduk untuk memahat batu lubang yang sebelumnya berbentuk padat dan keras. Batu padat itu dipahat dan dibentuk menjadi lubang oleh masyarakat dengan tujuan agar menjadi jalan yang bisa dilalui oleh tentara Kolonial Belanda saat itu.
Memang di bibir gua terdapat tulisan seperti prasasti yang bertuliskan, "Selamat melintas Gua Belanda. Horas Tapteng."
Baca Juga: Jejak Hitam PT SMGP, Berkali-kali Makan Korban hingga Meninggal Dunia
4. Konon banyak warga yang meninggal saat pembuatan gua itu
Masih dari cerita tersebut, di zaman itu, masyarakat harus rela menjadi korban. Pekerja harus menerima kekejaman dari kaum penjajah kala itu. Mereka dipaksa untuk terus bekerja hingga kelelahan tanpa istirahat.
Tidak sedikit juga dari para pekerja yang meninggal dunia akibat kekejaman yang diterima dari kaum penjajah. Sementara, kekejaman lainnya yakni jasad dari para pekerja konon juga dibuang ke jurang yang berada di pinggir batu lubang.
5. Mitos di balik klakson saat memasuki bibir gua
Meski masih menyimpan misteri tentang pembuatan gua itu, namun ada kewajiban yang harus diketahui oleh masyarakat jika melewati gua itu. Setiap pengendara diwajibkan harus membunyikan klakson sebelum memasuki bibir gua.
Entah itu mitos, tapi itulah yang saat ini masih terus dilakukan oleh pengendara. Robert Tarihoran (50) mengaku, meski telah 13 tahun bertugas menjaga dan melakukan perawatan di batu lubang, namun dia tidak pernah melihat kejadian aneh di kawasan gua itu.
Menurut Robert, klakson dari pengendara sebelum memasuki bibir terowongan memang harus dilakukan. Begitu juga, lampu kendaraan harus menyala.
Fungsinya, untuk memberitahu kendaraan lain dari arah berlawanan agar tidak berpapasan di tengah terowongan.
Kalau soal mitos klakson, dipercaya sebagai ungkapan ‘permisi’ melewati Batu Lubang. "Selama kerja di kawasan Batu Lubang, nggak pernah melihat kejadian aneh, yang ada hanya musibah longsor. Kalau kejadian misteri, kayaknya nggak pernah," kata Robert beberapa waktu lalu.
6. Ada motor yang mogok tiba-tiba di tengah goa, kemudian melihat goa bercahaya
Ramin, penduduk setempat mengatakan entah karena sugesti proses pembuatan yang terbilang kejam dan cerita banyaknya korban meninggal saat pembuatan Goa belanda atau Baru Lubang ini, kejadian mistis pun kerap dirasakan pengendara saat melewati goa tersebut.
"Ada yang cerita kalau ada motor yang mogok tiba-tiba di tengah goa, kemudian melihat goa bercahaya. Ada juga yang melihat bayangan orang dan mendengar suara manusia menjerit di dalam goa. Macam-macamlah pengalaman pengendara saat melintasi goa sepanjang 40 meter ini, dengan jeda ruang terbuka beberapa meter," katanya.
7. Kawasan itu rawan longsor
Tanpa mengesampingkan mitosnya, yang membuat daerah itu berbahaya dan rawan adalah longsor yang kerap terjadi. Teranyar 2 November 2020 lalu terjadi longsor akibat hujan deras. Material longsor berupa lumpur menimbun badan jalan. Akses lalu lintas pun terputus.
Longsor itu menyebabkan kemacetan di daerah tersebut. Selain itu saat pengendara melintas di malam hari harus lebih berhati-hati karena tidak ada penerangan jalan.
Baca Juga: Kisah Jonry, Satu-satunya Petani Garam Tradisional di Tapteng