Pahala di Ujung Jemari dan Merdunya Lantunan Ayat-ayat Allah

Semangat Disabilitas netra tadarus Ramadan

IDN Times, Medan – Alunan merdu nan lantang sudah terdengar dari gerbang Sekretariat Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) di Jalan Sampul, Nomor 30, Kelurahan Sei Putih Barat, Kecamatan Medan Petisah, Kamis (9/5). Ayat-ayat suci Alquran dibaca dengan begitu syahdunya.

Semangat para disabilitas netra patut diacungi jempol. Kekurangan tak menyurutkan mereka untuk mendapat berkah, khususnya saat Ramadan.

Suara-suara yang berbeda secara bergantian melantunkan ayat. Sesekali bacaannya disela, karena sedikit keliru pada hukum tajwidnya.

Sejumlah ruangan di Sekretariat Pertuni diisi para disabilitas netra. Beda ruangan, beda pula kelasnya. Mulai dari pemula hingga tingkat mahir.

1. Tadarus memakai Alquran Braille rutin digelar setiap Ramadan

Pahala di Ujung Jemari dan Merdunya Lantunan Ayat-ayat AllahIDN Times/Prayugo Utomo

Tak seperti orang pada umumnya, para disabilitas netra bertadarus menggunakan Alquran yang menggunakan huruf braille. Tadarusan ini sudah rutin digelar setiap tahunnya.

Pada tahun ini, tadarus diikuti sekitar 60 orang yang dibagi ke dalam beberapa kelompok. Mulai dari, pemula, mahir, pemantapan hingga tingkatan yang sudah bisa membaca satu juz dalam satu hari.

“Jadi kita menggelar tadarus setiap hari Kamis dalam tiap pekan selama Ramadan,” kata Ketua DPD Pertuni Sumut Khairul Batubara.

Tadarus dimulai pukul 10.00 WIB hingga sebelum salat zuhur. Terkadang, selain tadarusan, Pertuni juga menggelar tausiah untuk mengisi waktu menunggu berbuka.

Baca Juga: Asyiknya Rebutan Bubur Para Raja di Masjid Raya Al Mashun 

2. Pengguna Alquran Braille bisa lebih mahir daripada yang biasanya

Pahala di Ujung Jemari dan Merdunya Lantunan Ayat-ayat AllahIDN Times/Prayugo Utomo

Meski hanya mengandalkan indera perabaan, para anggota Pertuni tak kalah keren dengan yang memakai Alquran biasa. Bahkan diantara para anggota yang sering menjuarai perlombaan membaca Alquran.

“Pertuni pernah menjuarai lomba di tingkat provinsi, kota dan tingkat nasional,” kata Khairul.

Soal kualitas memang tak kalah jika para pembaca Alquran Braille dikompetisikan dengan para Qari atau pun Qari’ah profesional. Apa lagi yang sudah masuk dalam tahapan mahir.

3. Butuh dua tahun untuk belajar Alquran Braille hingga mahir

Pahala di Ujung Jemari dan Merdunya Lantunan Ayat-ayat AllahIDN Times/Prayugo Utomo

Seorang guru perempuan tampak begitu sabar mengajari murid yang umurnya tak jauh beda dengannya. Satu persatu bacaan ayat diperhatikan tajwidnya. Agar tak salah dalam hal pemaknaan artinya.

Yeni Heryani, salah seorang pengajar yang dianggap senior di Pertuni menjelaskan, ternyata tak sulit untuk mengajari para anggota Pertuni.

Yang paling penting adalah, setiap anggota diperkenalkan dengan struktur huruf hijaiyah. Mereka harus menghafal bentuk. Mulai dari titik-titik hingga barisan.

"Jika sudah hafal tanda baris maka akan dilanjutkan kepada tanda-tanda yang perlu disampaikan. Seperti mad panjang dan mad pendek apa. Ketika mereka sudah tahu huruf dan tanda-tanda dan dilanjutkan kepada Makhraj dan Tajwid," imbuhnya.

Untuk bisa mendapat predikat mahir, paling tidak butuh waktu dua tahun. Itu pun tergantung dari kemauan para anggota Pertuni.

4. Jika ada braille dan ayat yang salah, langsung dicocokkan ke Alquran biasa

Pahala di Ujung Jemari dan Merdunya Lantunan Ayat-ayat AllahIDN Times/Prayugo Utomo

Saat sedang asyiknya membaca, tiba-tiba Yeni nyeletuk jika ayat yang sedang dibaca harusnya dilantunkan dengan nada pendek, namun peserta lainnya menyatakan di kitab yang mereka pegang hukum tajwidnya panjang.

Lantas kesalahan itu dicatat. Kemudian, mereka mencocokkan dengan Alquran biasa untuk menyelesaikan kekeliruan tersebut. Kesalahan Alquran Braille akan disampaikan langsung kepada penerbitnya.

Alquran braille sudah  beberapa kali direvisi. Karena kerap kali huruf timbul yang sering dibaca akan rusak. “Al Quran yang baru direvisi memang bagus tulisannya dan lebih jelas titik bacanya," jelas Yeni.

Khairul menambahkan bahwa Pertuni Sumut juga sudah bisa berbicara banyak di tingkat prestasi. Pertuni pernah menjuarai lomba di tingkat provinsi, kota dan tingkat nasional.

"Harapan kita penyandang disabilitas tunanetra haknya dapat terpenuhi. Karena orang sehat bisa baca Al Quran, jadi orag tunanetra juga wajib bisa baca Al Quran. Karena Al Quran adalah petunjuk yang diturunkan Allah lewat Nabi Muhammad sebagai pedoman bagi umat muslim menjalankan kehidupan di dunia," pungkas Khairul.

5. Kelompok disabilitas netra masih membutuhkan perhatian pemerintah

Pahala di Ujung Jemari dan Merdunya Lantunan Ayat-ayat AllahIDN Times/Prayugo Utomo

Khairul pun mengatakan jika penyandang disabilitas butuh perhatian pemerintah. Selama ini, kata Abdullah Undang Undang No 8 Tahun 2016, tentang pemenuhan hak penyandang disabilitas dianggap belum terealisasi.

Menurutnya, profesi-profesi yang saat ini diperuntukkan bagi tunanetra tidak dapat mencukupi biaya kehidupan sehari-hari. “Kami kebanyakan bekerja sebagai pedagang asongan dan pengamen,” ujarnya.

Tak jarang, para penyandang disabilitas netra masih mendapat perlakuan diskriminatif. Bahkan dari pemerintah sendiri. Mereka kerap dianggap meresahkan saat mencari nafkah.

"Harapan kita penyandang disabilitas tunanetra haknya dapat terpenuhi. Karena orang sehat bisa baca Al Quran, jadi orag tunanetra juga wajib bisa baca Al Quran. Karena Al Quran adalah petunjuk yang diturunkan Allah lewat Nabi Muhammad sebagai pedoman bagi umat muslim menjalankan kehidupan di dunia," pungkasnya.

Baca Juga: Masjid Raya Al Mashun, Bukti Kesultanan Deli dengan Kemewahannya

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya