Melatih Sifat Alami Jadi Tantangan 9 Orangutan Repatriasi Malaysia

Potensi untuk dilepasliarkan masih besar

Medan, IDN Times – Sebanyak sembilan individu Orangutan Sumatra (Pongo Abelii) masih menjalani proses karantina di Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan di Batumbelin, Sibolangit, Kabupaten Deliserdang, Sumatra Utara. Orangutan korban perdagangan satwa liar repatriasi dari Malaysia itu kondisinya semakin baik.

Seluruh individu mendapat penanganan dari Yayasan Ekosistem Lestari dibawah kerjasama Program Konservasi Orangutan Sumatera (Sumatran Orangutan Conservation Programme - SOCP). Proses karantina dijadwalkan hingga Maret 2021. Selanjutnya, orangutan tersebut akan menjalani rehabilitasi sebelum dinilai pantas untuk dilepasliarkan.

“Sudah berlangsung dan berjalan dengan baik karantinanya. Kemudian akan dilakukan rehabilitasi dan dilatih survival untuk hidup di alam liar seperti apa. Nanti dokter yang akan menentukan seperti apa kondisinya untuk dilepasliarkan. Yang jelas rencana kita mudah-mudahan semuanya dirilis,” ujar Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara Hotmauli Sianturi di kantornya, Rabu (3/3/2021).

Sembilan orangutan itu antara lain; Unas, Shielda, Yaya, Ying, Mama Zila (betina) Feng, Papa Zola, Payet, dan Sai (jantan).

1. Ragam kondisi orangutan, mulai takut dengan manusia hingga paling manja

Melatih Sifat Alami Jadi Tantangan 9 Orangutan Repatriasi MalaysiaBalai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut memaparkan kondisi sembilan individu orangutan hasil repatriasi Malaysia yang kini menjalani proses karantina di Sibolangit, Deli Serdang. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Hotmauli pun menjelaskan kondisi orangutan yang tengah menjalani karantina. Secara  umum kondisinya baik. Misalnya Feng. Di awal Feng adalah Orangutan yang ditangani dengan sangat hati-hati. Butuh waktu lama untuk memindahkan dari kandang transportasi ke kandang sekarang Saat ini kondisinya baik, lebih rileks tidak seperti pada awal kedatangan. Pergerakannya tidak seaktif OU lainnya dan cenderung kalem, namun kondisi seperti itu adalah normal. Saat ini kondisinya lebih baik.

“Kemudian Sai secara umum kondisinya baik, namun masih takut pada orang dan lebih tegang. Kondisi saat ini baik dan sudah lebih rileks. Tidak boleh terlalu dekat sehingga Sai tidak akan melarikan diri,” ujar Hotmauli.

2. Ada orangutan yang sempat stres, diare hingga paling manja

Melatih Sifat Alami Jadi Tantangan 9 Orangutan Repatriasi MalaysiaSatu dari sembilan individu ORangutan Sumatra yang dipulangkan dari Malaysia. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Saat orangutan pertama kali masuk ke pusat karantina, ada juga orangutan yang samapai stres. Salah satunya Shielda. Dia menjaga jarak dengan sekitarnya. Namun saat ini kondisinya sudah lebih nyaman dengan staf karantina. Itu pun hanya staf yang berjenis kelamin perempuan.

“Shielda dan SAI digabung satu kandang. Karena informasi sebelumnya mereka gabung dan terlihat mereka lebih nyaman digabung satu kandang daripada sendiri-sendiri,” ungkapnya.

Kemudian ada Ying yang takut dengan orang lain. Saat ini kondisinya sudah berani dan percaya dengan sekitarnya.

Yaya menjadi orangutan yang kondisinya stres dan kelelahan karena perjalanan. Namun setelah dua hari berada di karantina, kondisinya membaik.

Kemudian ada Payet. Dia adalah orangutan yang paling kecil. Pada saat datang, Payet sempat diare dan stres. Kondisinya pun  semakin baik saat ini.

Lalu ada Unas yang tidak mau didekati oleh orang pada saat datang ke karantina. Kondisinya sudah lebih baik saat ini. Yaya, Payet dan Unas digabungkan dalam satu kandang. Lantaran kecenderungannya, mereka lebih stres ketika sendiri. Bahkan, selama di Malaysia, mereka memang sudah berada dalam satu kandang.

Kemudian ada Zila dan Zola. Saat ini kondisinya pun semakin baik. Zola juga disebut sebagai orangutan yang manja.

Baca Juga: 7 Fakta Orangutan Tapanuli, Spesies Baru Orangutan yang Terancam Punah

3. Tim dokter mempelajari sifat masing-masing orangutan

Melatih Sifat Alami Jadi Tantangan 9 Orangutan Repatriasi MalaysiaPetugas memindahkan kandang kargo berisi Orangutan Sumatra di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Jumat (18/12/2020). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Selama di karantina dan rehabilitasi nantinya, tim dokter akan mempelajari sifat dari masing-masing orangutan. Selain tetap memperhatikan kondisi kesehatan fisik orangutan. Ini juga bakal menentukan sejauh mana mereka bisa dilepasliarkan kembali ke dalam habitat.

“Kita banyak menanganinya justru persoalan-persoalan mental. Kalau Tadi dilihat ada yang ketakutan menjauh ada yang juga terlalu manja hal ini yang tidak dibutuhkan ketika mereka hidup di hutan nantinya. Karena tujuan akhirnya adalah melepasliarkan mereka. Biar mereka bisa hidup secara merdeka dan juga Mandiri di hutan tidak perlu bantuan kita manusia,” ungkap Kepala Divisi Konservasi Eksitu SOCP drh Citrakasih Nente.

Citra dan timnya juga sangat hati-hati dalam melakukan proses karantina dan rehabilitasi. Jika salah dalam pola rehabilitasi, maka sangat kecil potensi untuk orangutan bisa dilepasliarkan kembali.

“Kalau kemudian ditanya berapa lama rehabilitasinya ini kadang-kadang yang agak sulit untuk menetapkan secara waktu. Karena setiap Orangutan punya personaliti. mereka juga punya latar belakang yang berbeda-beda ketika dibawa ke karantina.

4. Sembilan individu orangutan hasil repatriasi masih berpotensi besar dilepasliarkan

Melatih Sifat Alami Jadi Tantangan 9 Orangutan Repatriasi MalaysiaPetugas memindahkan kandang kargo berisi Orangutan Sumatra di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Jumat (18/12/2020). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Asumsi sementara tim yang melakukan monitoring, sembilan orangutan repatriasi dari Malaysia masih berpeluang besar untuk dilepasliarkan. Namun, untuk waktunya belum bisa diprediksi.

Sejatinya, orangutan butuh waktu belajar selama 9 sampai 10 tahun jika bersama induknya di hutan. Ini juga yang menjadi tantangan Citra dan timnya untuk melatih orangutan supaya terbiasa nantinya hidup di alam. Misalnya untuk mencari makanan secara mandiri atau pun cara bertahan di hutan.

“Kalau perlakuannya baik sebelum masuk ke masa rehabilitasi atau sebelum datang ke kita, itu biasanya kita enggak terlalu bermasalah rehabilitasinya. Tidak akan butuh waktu lama. Tapi kalau dia mengalami trauma yang banyak atau terlalu dimanja persoalannya di situ. Rehabilitasi bisa panjang jadi sangat individual tergantung kepada personaliti masing-masing orangutan,” ungkapnya.

Total ada 9 kandang besi yang diturunkan di kargo Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Jumat (18/12/2020). Isinya adalah Orangutan Sumatra (Pongo Abelii) yang direpatriasi atau dipulangkan dari Malaysia.

Sebelumnya, sembilang individu orangutan diterbangkan dari Malaysia dan tiba di Bandara Kualanamu, Kabupaten Deliserdang Sumut pada Jumat (18/12/2020). Mereka sebelumnya sudah menjalani proses rehabilitasi di National Wildlife Rescue Center di Sungkai Perak, Malaysia selama dua tahun. Orangutan itu adalah korban perdagangan satwa liar ilegal di Malaysia pada 2018 akhir. Pelakunya dikabarkan sudah diproses hukum.

5. Ada 85 individu orangutan yang kini menjalani rehabilitasi di Sibolangit

Melatih Sifat Alami Jadi Tantangan 9 Orangutan Repatriasi MalaysiaOrangutan Paguh yang dihujam 24 peluru senapan angin mendapat perawatan (dok YEL SOCP)

Kata Citra, saat ini totalnya ada 85 individu orangutan yang tengah menjalan rehabilitasi di Pusat Karantina dan Rehabilitasi Orangutan di Batumbelin, Kecamatan Sibolangit, Deliserdang. Dari jumlah tersebut, ada delapan individu yang tidak bisa dilepasliarkan.

“Yang delapan ini sebagian besar karena cacat fisik. Ada yang buta matanya, tidak bisa lagi hidup mandiri di hutan. Kemudan ada juga yang terlalu lama dalam pemeliharaan manusia. Sehingga tidak tau lagi bagaimana caranya pindah pohon, cari makan dan sudah terlalu besar,” ungkap Citra.

Sejak berdiri pada 2001 lalu, lebih dari 420 orangutan yan direhabilitasi di sana. Lebih dari 300 individu sudah dilepasliarkan ke sejumlah kawasan habitat.

Baca Juga: 9 Orangutan yang Dipulangkan ke Sumut Berpeluang Besar Dilepasliarkan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya