Mantan Napiter Beberkan Benih Teroris Tumbuh Subur di Medan

Lewat mantan napi peluang pemerintah lakukan pencegahan

Medan, IDN Times - Aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan dianggap menjadi bukti jika terorisme masih masif terjadi. Terduga pelaku yang beraksi disebut masih berafiliasi dengan ISIS melalui kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Mantan napi teroris (Napiter) Ustaz Khairul Ghazali memberikan analisisnya terhadap aksi teror yang terjadi. Dia berkesimpulan, aksi ini adalah bentuk balas dendam atas kematian pimpinan ISIS Abu Bakr Al Baghdadi.

1. Sejumlah aksi teror ada keterlibatan warga Medan

Mantan Napiter Beberkan Benih Teroris Tumbuh Subur di Medan(Ilustrasi) IDN Times/Sukma Shakti

Ghazali pun bercerita, bagaimana sebenarnya jaringan terorisme di Kota Medan. Hingga apa yang harusnya dilakukan pemerintah sebagai langkah pencegahan.

Kata Ghazali, terorisme masih merebak di Kota Medan. Terbukti dari keterlibatan warga Medan pada sejumlah aksi terorisme.

“Jumlahnya banyak. Yah pelaku penusukan Wiranto kemarin dari Medan. Anak istrinya juga sudah terpapar. Dan penyerangan Polda saat Idul Fitri 2017 lalu, juga di Medan, hanya pakai pisau dapur saja. Bom Kampung Melayu juga melibatkan tiga orang Medan tahun 2017,” kata Ghazali, Kamis (14/11).

Baca Juga: Ustaz Ghazali: Bom di Medan Balas Dendam Atas Kematian Pimpinan ISIS

2. Pemerintah harus masuk langsung ke kelompok yang sudah dipantau radikal

Mantan Napiter Beberkan Benih Teroris Tumbuh Subur di Medan(Ilustrasi) IDN Times/Sukma Shakti

Dia pun mengatakan, harusnya pemerintah melakukan langkah pencegahan dini. Caranya adalah langsung melakukan deradikalisasi kepada kelompok-kelompok yang terpapar terorisme.

“Karena pencegahan atau menghilangkannya sama sekali itu tidak mungkin. Yang bisa hanya meminimalisir melalui dialog-dialog. Langsung ke sarang kelompok yang dianggap radikal. Bukan ke kelompok yang sudah NKRI,” ungkapnya.

3. Harus melibatkan mantan teroris untuk deradikalisasi

Mantan Napiter Beberkan Benih Teroris Tumbuh Subur di Medan(Ilustrasi) IDN Times/Arief Rahmat

Saat ini, kata Ghazali, ada 40 mantan napi teroris yang ada di Kota Medan. Harusnya ini menjadi peluang pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan.

“Itu harus diberdayakan. Mereka diberdayakan. Kalau perlu diberi kantor. Seperti unit usaha. Dan mereka menjadi garda terdepan sosialisasi bahaya, radikalisme. Jadi mereka juga disibukkan. Supaya gak ada peluang untuk kembali lagi. Ini yang tidak dilakukan pemerintah. Baik  pemerintah pusat atau pun Pemda,” kata Ghazali.

Karena, para mantan Napiter itu bisa dijadikan duta damai. Melakukan sosialisasi dan deradikalisasi kepada jaringan yang masih terpapar.

“Suara mereka untuk pencegahan radikalisme itu akan lebih berkesan dari pada orang yang tidak pernah terlibat sama sekali,” pungkasnya.

Baca Juga: Bom di Markas Polisi, Gubernur: Negara Tak Boleh Kalah dari Teroris

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya