Hutan Terjaga, Kopi Mandailing Kian Harum

Cerita KSU Komanja mengawal TNBG lewat pertanian kopi

Jauh sebelum Indonesia Merdeka, kopi Mandailing sudah mendunia
William H Ukers dalam buku All About Coffee,
menuliskan kualitas kopi Mandailing terbaik di dunia
Di balik rasanya yang khas, ada semangat menjaga hutan
Masyarakat tahu, rasa kopi terjaga karena hutan yang baik
Budaya menjaga hutan oleh nenek moyang terus dilanjutkan
Demi menjaga alam dan menjaga Kopi Mandailing tetap eksis

Mandailing Natal, September 2022

Baris tanaman kopi di lereng bukit masih diselimuti kabut di Ulu Pungkut, kecamatan di ujung barat Mandailing Natal, Sumatra Utara yang berbatasan langsung dengan Sumatra Barat. Pemukiman berjajar rapi di lembah perbukitan.

Di pagi yang sepi, kelompok ibu-ibu dengan keranjangnya, berjalan ke arah kebun di lereng bukit. Beberapa usianya tampak tak muda lagi. Tapi mereka terlihat kuat menanjak bukit dengan kemiringan sekitar 45 derajat.

Tangan mereka begitu cekatan. Memilah biji kopi yang merah sambil mengobrol dengan petani lainnya. 

Idris Sandi Matondang, Manajer Produksi Koperasi Serba Usaha (KSU) Kopi Mandailing Jaya (Komanja) ikut di dalam obrolan. Sandi –sapaan akrabnya— menyisipkan pembicaraan tentang kopi yang baik. Termasuk tentang pentingnya menjaga kawasan hutan, yang berdampingan dengan kebun.

Enam tahun sudah Sandi bergelut di KSU Komanja. Dia bergabung setahun setelah koperasi itu berdiri pada Desember 2015. Sandi konsisten mengurusi koperasi. Membantu petani meningkatkan produksi kopi.

KSU Komanja dibangun atas kesadaran bersama. Tujuannya untuk menggaungkan kembali kejayaan kopi Mandailing yang mulai pudar. Koperasi punya misi mengedukasi petani tentang cara menanam dan memanen kopi yang baik. Mereka juga menampung hasil panen kopi masyarakat dengan harga tinggi. Cara ini dinilai efektif untuk meningkatkan kesejahteraan pada petani.

Usai menemui para petani, Sandi memulai cerita soal Komanja. Awalnya, koperasi ini dibantu oleh Sumatra Rainforest Institute (SRI) dan Batang Pungkut Green Conservation (BPGC). Lembaga nonpemerintah yang fokus pada upaya konservasi hutan. Visi Komanja cukup penting. Mereka ingin  masyarakat bisa sejahtera dari kopi, namun hutan tetap lestari. Mengingat, mereka tinggal di kawasan penyangga Taman Nasional Batang Gadis (TNBG).

Koperasi dulunya hanya menjual bibit kopi. Belum seperti saat ini memproduksi kopi hingga bubuk siap seduh. 

“Saya di awal masuk menjadi manajer pembibitan. Kemudian kami berpikir untuk memulai produksi,” kata Sandi, Minggu (11/9/2022).

Ide-ide melakukan produksi timbul dari kesepakatan pengurus. Sandi dipercaya menjadi manajer produksi.

Di awal mereka mulai menerima biji kopi yang masih berbentuk ceri. Kemudian ceri kopi diolah menjadi green bean. Saat itu, keuntungan koperasi dari menjual gabah terlalu kecil. Pengurus koperasi kembali memutar otak.

Mereka kemudian mengikuti berbagai pelatihan produksi kopi. Ilmu-ilmu yang didapat kemudian diterpakan. Dengan bantuan berbagai pihak, mereka kemudian memiliki, alat-alat pendukung produksi. 

Hutan Terjaga, Kopi Mandailing Kian HarumBanamon menjadi produk andalan dari Koperasi Kopi Mandailing Jaya (Komanja). Banamon mulai diminati dan mulai menjangkau beberapa pulau di Indonesia bahkan hingga Malaysia. (Mirza Baihaqie for IDN Times)

Hasil kopi dari Ulu Pungkut kemudian mulai diproses. Tidak hanya gabah. Mereka kini sudah memiliki produk yang dinamai ‘Banamon’. 

“Banamon itu adalah bahasa Mandailing. Artinya, inilah sebenarnya. Jadi kita mau membuat orang tahu, ini adalah kopi asli Mandailing,” ungkapnya. 

Di masa membangun koperasi, Sandi mengakui Komanja mengalami dinamika. Semangat pengurus naik turun. Belum lagi, sulitnya meyakinkan masyarakat bahwa apa yang dilakukan mereka bertujuan baik untuk perekonomian.

Namun jerih payah itu terbayar. Produk Banamon mulai dikenal. Strategi pemasaran dilakukan dengan memanfaatkan media sosial. Perlahan tapi pasti, Banamon mulai menjejaki sejumlah daerah. Bahkan, pernah sampai ke Malaysia karena rasa nya yang khas.

Hutan Terjaga, Kopi Mandailing Kian HarumSeorang petani memanen kopi di kawasan penyangga Taman Nasional Batang Gadis. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Mendongkrak harga kopi

Keberadaan KSU Komanja mulai mencuri perhatian. Misi untuk menyejahterakan petani terus dilakukan. Anggota koperasi kian bertambah.

Perlahan, harga kopi Mandailing didongkrak naik. Mereka berhasil membuat tengkulak ikut menaikkan harga. Dulunya, harga gabah hanya Rp8 ribu per kilogram, dikerek hingga Rp35 ribu per kilogram. Dengan syarat, kopi yang mereka beli dari petani harus memenuhi standar yang sudah ditetapkan Komanja. Mereka ingin mempertahankan kualitas.

Kondisi ini memaksa petani memperbaiki pola perkebunan kopinya. Mereka mulai tergerak mengikuti berbagai penyuluhan peningkatan kualitas produksi. 

Harga kopi di Ulu Pungkut sempat anjlok kembali di angka Rp12 ribu saat COVID-19. Karena pembatasan aktivitas yang membuat coffee shop tutup. Komanja kembali berhasil mendongkrak harga.

Perkebunan kopi di Ulu Pungkut mulai bergeliat. Ladang-ladang yang sempat ‘tidur’ dikelola kembali oleh masyarakat. Kelompokkelompok tani yang baru mulai bermunculan. 

“Di awal, hanya ada beberapa kelompok petani. Sekarang yang kita bentuk dan kita naungi, sudah ada tujuh kelompok,” ungkap laki-laki yang juga berprofesi sebagai guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu.

Komanja terus berbenah. Mereka sudah memiliki kantor sekaligus rumah produksi sendiri. Sebelumnya, mereka menyewa rumah milik anggota.

Komanja sudah memiliki alat-alat produksi. Mereka juga sudah membuka kafe sederhana. Di sana, masyarakat atau pun pengunjung bisa menikmati Banamon yang diseduh langsung dengan berbagai variasi.

Hutan Terjaga, Kopi Mandailing Kian HarumKebun kopi masyarakat berdampingan dengan hutan di Kecamatan Ulu Pungkut Kabupaten Mandailingnatal Sumatra Utara. Masyarakat banyak memanfaatkan kebun yang sudah lama tidak digarap untuk menanam kopi. (Mirza Baihaqie for IDN Times)

Menggaungkan kembali kejayaan Kopi Mandailing Lewat SIG

Siapa yang tidak mengenal kesohoran kopi Mandailing. Jauh sebelum Indonesia merdeka, kopi Mandailing bahkan sudah mendunia. William H Ukers dalam bukunya All About Coffee (1922) menyebut kopi Mandailing adalah yang terbaik di dunia. Di masa itu, harganya selangit. 

Kopi Mandailing dikenal punya rasa yang unik. Meskipun di balik aroma yang khas itu, ada cerita pahit. Belanda waktu itu, menerapkan sistem kerja paksa (culture stelsel) untuk membangun industri kopi. Masyarakat dipaksa untuk memanggul kopi dari pedalaman Mandailing menuju pelabuhan. 

Kisah ini bermula pada 1835 saat Belanda masuk ke kawasan Mandailing-Angkola. Pemerintah kolonial Belanda mendatangkan bibit kopi arabika dari Jawa, karena di beberapa lokasi di Mandailing sesuai untuk pertanian kopi. Tercatat, pada 1848 ada 2,8 juta batang kopi yang sudah ditanam. 

Hutan Terjaga, Kopi Mandailing Kian HarumManajer Produksi KSU Komanja Idris Sandi Matondang mengecek biji kopi yang tengah dijemur di dalam rumah penjemuran milik koperasi. Komanja tetap menjaga kualitas kopi mereka lewat rangkaian proses yang semakin membaik. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Ketua Dewan Pengawas KSU Komanja Safruddin Lubis mengakui cerita kesohoran kopi Mandailing di masa itu. Belakangan, semakin masifnya perkembangan kopi di Indonesia menjadi peluang baru untuk meningkatkan popularitas kopi Mandailing. Laki-laki yang karib disapa Ucok Godang itu menyebut Komanja menjadi salah satu kelompok yang berkontribusi memopulerkannya kembali.

Terbitnya Sertifikat Indikasi Geografis (SIG) pada 2017 kian memantapkan kopi Mandailing. Sertifikasi mengisyaratkan, kopi Mandailing adalah yang hanya ditanam di kabupaten berjuluk Negeri Gordang Sambilan itu. Bukan seperti kejadian lampau, di mana banyak yang mengklaim kopinya adalah kopi Mandailing. Namun bukan berasal dari sana. 

“Kopi mandailing itu terkenal dimana-mana bukan hanya di Indonesia tapi sampai ke luar negeri. Orang lain mengatasnamakan kopi Mandailing mereka bisa menjadi miliarder. Kenapa petani kopi Mandailing itu hidupnya juga susah?" katanya. 

"Ini harus diputus mata rantainya. Kita mendorong kepada petani juga, petani harus mampu menjadi wirausaha. Makanya kita di Komanja kita berfikir, sesama pelaku kopi di sini bukan saingan. Itu semua mitra kita. Mau brand apa pun dia, ya kita menyatu ke dalam Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) kopi Mandailing,” imbuhnya.

Hutan Terjaga, Kopi Mandailing Kian HarumPemukiman di Kecamatan Ulu Pungkut berbatasan dengan hutan. Kearifan lokal etnis Mandailing membuat masyarakat tetap menjaga hutan tetap lestari. (Mirza Baihaqie for IDN Times)

Mewariskan alam lewat kearifan lokal

Nyanyian berbahasa Mandailing terdengar syahdu dari tengah sawah di dekat bangunan milik KSU Komanja. Seorang laki-laki sepuh yang mendendangkannya. Nyanyiannya begitu nyaring dengan nada khas Mandailing.

Asfan Matondang yang melantunkannya. Laki-laki 69 tahun itu memang dikenal sebagai orang yang terus menjaga kebudayaan-kebudayaan Mandailing. 

“Sitogol ini dilantunkan biasanya pas istirahat orang pergi ke sawah. Beda dengan onang-onang. Kalau itu ada tarian tor-tornya,” ujarnya. 

Asfan pun menjelaskan, Sitogol yang dinyanyikannya berisi pesan-pesan untuk menjaga lingkungan. Karena selama ini hutan sudah memberikan kehidupan untuk mereka. 

“Dari kecil saya diajarkan Sitogol oleh orangtua saya. Jadi sampai sekarang masih kita lantunkan. Pesan-pesan menjaga hutan bumi Mandailing ini terus terjaga,” katanya. 

Mandailing Natal menjadi salah satu daerah dari 33 Kabupaten di Sumatra Utara yang memiliki nilai kearifan lokal menjaga lingkungan.Sampai sekarang, masyarakat masih mengenal konsep Harangan Rarangan atau hutan larangan. Kemudian ada lubuk larangan atau kolam larangan yang dipenuhi dengan ikan. Nantinya, lubuk larangan ini akan dibuka ketika masanya tiba. Jika ada yang mengambil ikan tanpa izin, dipercaya akan mendapat karma. 

Kemudian ada wilayah adat atau ulayat. Wilayah ini hanya boleh dikelola saja. Pengelolaannya pun harus seizin dari pengetua adat setempat atau Harajaon (Raja adat). 

Komanja selalu mengampanyekan soal kearifan lokal ini agar terus terjaga. Bagi Safruddin ini penting terus dilestarikan. Ulu Pungkut menjadi wilayah yang masih mempertahankan adat istiadatnya tentang alam. 

“Jika disesuaikan dengan sains, kenapa hutan larangan itu tidak boleh dikelola? karena di sini, Ulu Pungkut merupakan daerah tangkapan air, sehingga jika ada kerusakan hutan berpotensi menimbulkan bencana,” sambung Safruddin. 

Sanksi adat masih berlaku bagi perusak lingkungan. “Ini merupakan kearifan lokal yang masih kita pegang teguh hingga sekarang, sehingga alam tetap terjaga. Hukum adat itu tidak ada yang tertulis. Tapi ini semua kesepakatan demi kepentingan bersama yang kita jalankan secara turun temurun,” tegasnya. 

Hutan Terjaga, Kopi Mandailing Kian HarumPemukiman di Kecamatan Ulu Pungkut berbatasan dengan hutan. Kearifan lokal etnis Mandailing membuat masyarakat tetap menjaga hutan tetap lestari. (Prayugo Utomo/IDN Times)

Menjaga Hutan agar kualitas kopi tetap baik

Bagi Komanja, menjaga kelestarian alam  menjadi bagian tanggung jawab moril. Sepanjang perjalanannya, mereka terus menyelipkan pesan-pesan konservasi kepada para petani.

Mereka selalu berpesan, kopi yang terbaik adalah kopi yang tumbuh di alam yang baik.. Mereka percaya, alam yang terjaga akan berdampak baik kepada kehidupan. Menjaga kawasan hutan menjadi tanggung jawab bersama. 

“Di koperasi, ini merupakan tanggung jawab moral juga sebagai mahluk Tuhan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Demi keselamatan keanekaragaman hayati ke depannya. Ini akan terus kita lakukan,” kata Ucok Godang.

Sandi juga menyampaikan pesan yang sama. Tidak hanya di koperasi. Pemahamannya tentang konservasi juga ditularkan kepada murid-muridnya di sekolah.

“Di  setiap kesempatan kita menyampaikan soal bentuk sikap sebagai manusia bagaimana menjaga hubungan dengan hutan menjaga alam hubungan dengan manusia itu disampaikan juga,” ungkapnya. 

Bagi Sandi, hutan menjadi sumber kehidupan. Hutan yang rusak berarti kehidupan terancam. Masyarakat Ulu Pungkut sangat bergantung pada hutan.  

“Jika hutan rusak, darimana pasokan air kita dapatkan. Apalagi kita yang berkecimpung di kopi. Itu sangat bergantung dengan keadaan hutan. Ini bisa berpengaruh pada cita rasa kopi itu sendiri. Hutan yang bagus berpengaruh besar pada kopi,” imbuhnya. 

Komanja masih punya mimpi besar ke depannya. Mereka berniat menembus pasar ekspor agar Kopi Mandailing terus dikenal. Ke depan, sebanyak 2,5 persen keuntungan koperasi disisihkan untuk upaya konservasi. 

Hutan Terjaga, Kopi Mandailing Kian HarumPolisi hutan bersama masyarakat rutin melakukan patroli di kawasan Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), Kabupaten Mandailinatal. Pelibatan masyarakat dalam perlindungan hutan dinilai cukup efektif untuk mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Pentingnya pelibatan masyarakat menjaga TNBG

Bentang alam Batang Gadis ditetapkan menjadi taman nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126/Menhut- II/2004 seluas 108 ribu hektare. Kawasan ini mencakup 13 wilayah kecamatan dan 73 desa yang bersinggungan langsung. 

Di tahun yang sama, Presiden Megawati Soekarnoputri menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Perizinan atau Perjanjian di Bidang Pertambangan yang Berada Di Kawasan Hutan Presiden Republik Indonesia. 

Dalam keputusan itu Megawati memberikan Kontrak Karya pada PT Sorik Mas Mining (SMM) untuk melakukan penambangan terbuka di Taman Nasional Batang Gadis. SMM menjadi satu dari 13 perusahaan pertambangan yang termaktub di dalam Keppres tersebut. Dalam Keppres itu, wilayah perizinan eksplorasi PT SMM mencapai 66.200 hektare. 

SMM kemudian menggugat Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang penetapan TNBG. Gugatan uji materiil SMM dikabulkan oleh Mahkamah Agung pada September 2018. 

Kemudian, pada 2012, Kementerian Kehutanan kembali menerbitkan Surat Keputusan Nomor 121 Tahun 2012. Di dalamnya, luasan TNBG berkurang menjadi 72.150 hektare. Fragmentasi kawasan ini membuat TNBG terbagi ke dalam beberapa poligon.

Pemerintah kemudian menuntaskan tata batas kawasan TNBG pada 2014. Penyelesaian tapal batas ini menghasilkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.3973/Menhut-VII/KUH/2014. Lewat surat itu, luas kawasan Batang Gadis berubah menjadi 72.803,75 hektare.

Hingga saat ini, ancaman deforestasi masih membayangi kawasan. Kegiatan pertambangan liar, illegal logging dan perburuan satwa masih ditemukan.

Hutan Terjaga, Kopi Mandailing Kian HarumPolisi Hutan Balai Taman Nasional Batang Gadis (BTNBG) mengungkap kasus pertambangan ilegal, 15 Mei 2022. Empat orang ditangkap petugas. Tiga ekskavator yang tengah beraktifitas di dalam kawasan TNBG disita. (Dok: BTNBG)

Balai Taman Nasional Batang Gadis (BTNBG) bersama Balai Gakkum Wilayah Sumatra menangkap sejumlah orang yang membabat TNBG untuk pertambangan ilegal, 15 Mei 2022 lalu. Tepatnya di kawasan Desa Aek Nabara, Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara. 

Empat orang ditangkap petugas. Tiga ekskavator yang tengah beraktivitas di dalam kawasan TNBG disita.

Aksi pertambangan ilegal di Kecamatan Batang Natal sudah menjadi rahasia umum. Sungai Batang Natal yang menjadi pembatas taman nasional dicacah. Airnya menjadi keruh. Masifnya pertambangan ilegal menjadi ancaman nyata. 

Perburuan berbagai jenis burung hingga rusa masih ditemukan. Konflik antara manusia dengan satwa pun masih terjadi.

Taman Nasional Batang Gadis memiliki bentukan alam yang kaya. Hutan rawa dataran tinggi, lahan basah, lembah sungai, hutan gamping, hutan dataran rendah perbukitan dan hutan pegunungan ada di dalamnya.

Kekayaan ini juga dibuktikan dengan flora yang tumbuh di dalamnya. Penelitian Conservation International (CI) dalam petak penelitian seluas 200 meter persegi, terdapat 242 jenis tumbuhan berpembuluh (vascular plant). Riset juga menemukan bunga langka dan dilindungi, Rafflesia jenis baru, Padma. 

Kemudian aneka satwa dilindungi seperti, kambing hutan (naemorhedus sumatrensis), tapir (tapirus indicus), kucing hutan (catopuma temminckii), kancil (tragulus javanicus), binturong (arctitis binturong), beruang madu (helarctos malayanus), rusa (cervus unicolor) dan kijang (muntiacus muntjac) dan landak (hystix brachyura) masih ditemukan hidup di dalamnya. Termasuk harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) sebagai predator puncak. 

Jumlah burung di kawasan TNBG yang dapat ditemukan sampai saat ini adalah 247 jenis. Sebanyak 47 jenis di antaranya, masuk dalam daftar dilindungi. Lebih detail lagi, 7 jenis secara global terancam punah, 12 jenis mendekati terancam punah. 

Kawasan TNBG juga merupakan salah satu lokasi transit burung-burung migran yang datang dari belahan bumi utara. 

Sejak awal ditetapkan, persoalan tapal batas di TNBG terus menjadi polemik. Ini juga yang membuat kawasan terancam dengan berbagai kepentingan. Tingginya kandungan mineral menjadi incaran berbagai pihak. 

Kepala Sub Bagian Tata Usaha BTNBG Bobby Nopandry tidak memungkiri peningkatan perekonomian masyarakat di batas kawasan punya peran penting. Prinsipnya, jika kesejahteraan masyarakat terjamin, mereka juga enggan merambah hutan. Kerusakan kawasan pun bisa semakin diminimalisir.

“Kawan-kawan penyuluh membangkitkan ekonomi kreatif. Sehingga manfaat hutan itu dapat diambil, tanpa harus menebang pohon, tanpa memanfaatkan lahan untuk dibuka,” ujar Bobby sembari menunjukkan sejumlah produk ekonomi kreatif dari beberapa kelompok dampingan mereka, Senin (12/9/2022). 

Bobby mengaku sangat terbantu dengan keterlibatan masyarakat dalam melakukan perlindungan kawasan. Karena jumlah 77 petugas yang ada sangat minim untuk mengawal taman nasional seluas tiga kali Kota Medan itu.

“Kita punya kelompok pemberdayaan masyarakat, kemitraan konservasi, dan kemudian masyarakat mitra polhut itu yang membantu kita di lapangan,” ungkapnya. 

Pihaknya juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di kawasan penyangga.  Karena, di tengah masyarakat, terminologi tentang taman nasional masih sangat baru. 

“Kita membuat program bersama dengan kelompok masyarakat itu. Karena kebutuhan masyarakat kan ekonomi, tapi ekonominya yang berkelanjutan supaya ramah lingkungan. Jadi bisa kita manfaatkan, ekonominya dapat, lingkungannya terjaga,” pungkas Bobby. 

**Liputan ini didukung Pulitzer Center melalui program Rainforest Journalism Fund.

https://www.youtube.com/embed/8AKE7_YoyyQ

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya