Banjir Bandang dan Longsor di Parapat, KSPPM Tuding Ulah Manusia

Tutupan hutan di perbukitan Parapat sudah gundul

Simalungun, IDN Times – Banjir bandang dan longsor mengahantam daerah pariwisata Danau Toba, pada Lebaran Idul Fitri, Kamis (13/5/2021). Tepatnya di Hutan Sualan, Nagori Sibaganding, Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon.

Material longsor pun menimbun jalan lintas Parapat-Toba Samosir. Air meluap dari Sungai Batu Naga. Sungai tidak mampu menampung debit air dari atas Bukit Bangun Dolok dan Buttu Makasang.

Material batu koral besar serta batang dan potongan kayu bekas tebangan maupun lumpur turut terseret ke badan jalan hingga ke pemukiman. Warga histeris melihat  jalan raya berubah bak sungai yang deras. Kedalamannya mencapai 60-70 cm. Sejumlah warga dikabarkan sempat mengungsi.

Sejumlah dugaan pun mencuat. Banyak pihak yang menuding, kejadian itu bukan murni bencana alam. Banjir dan longsor itu diduga kuat akibat ulah manusia. Ada kerusakan hutan yang terjadi di perbukitan kawasan Danau Toba.

Berikut hasil investigasi KSPPM:

Baca Juga: Hujan Deras, Longsor dan Banjir Melanda Kawasan Parapat Danau Toba

1. Kondisi hutan sudah gundul

Banjir Bandang dan Longsor di Parapat, KSPPM Tuding Ulah ManusiaKebakaran hutan di Bukit sekitar Parapat, Simalungun beberapa waktu lalu yang diduga ulah manusia (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Jauh sebelum musibah itu, Kelompok Studi Pengembangan dan Prakarsa Masyarakat (KSPPM) sudah melakukan investigasi. Mereka bergerak dari sejumlah kejadian serupa pada 2018 dan 2019 awal.

Dari hasil investigasi itu, KSPPM menemukan sejumlah fakta. Salah satunya adalah soal kondisi hutan yang sudah gundul.

“Tutupan hutan tidak ada lagi, jadi sekarang yang ada di atas itu hanya pinus sebagai penyangga,” ungkap, Koordinator Studi dan Advokasi KSPPM Rocky Suriadi Pasaribu, Jumat (14/5/2021).

2. Ada aktivitas pembalakan liar hingga pertambangan ilegal

Banjir Bandang dan Longsor di Parapat, KSPPM Tuding Ulah ManusiaKSPPM menyebut aktifitas pembalakan liar menjadi salah satu penyebab banjir dan longsor di kawasan Parapat. (Dok. KSPPM)

Kata Rocky, ada beberapa faktor yang menyebabkan hilangnya tutupan hutan di kawasan itu. Sebagian kecil disebabkan oleh pembukaan lahan pertanian oleh warga.

Namun mereka juga menemukan bekas aktivitas penambangan galian C hingga illegal Logging. Meskipun sudah ditutup, aktifitas penambangan pastinya akan memberikan dampak lingkungan. Penyebab lainnya, adalah dugaan ilegal logging yang cukup masif terjadi.

“Kami sudah mengawal ini supaya tidak ada lagi penebangan. Karena sangat riskan terjadi banjir. Karena posisi daratannya itu cukup tinggi. Bisa melumpuhkan Kota Parapat,” tukasnya.

3. Konsesi lahan PT TPL dituding berkontribusi jadi penyebab bencana alam

Banjir Bandang dan Longsor di Parapat, KSPPM Tuding Ulah ManusiaLongsor dan banjir menerjang kawasan wisata Parapat, Danau Toba, Kabupaten Simalungun pada Kamis (13/5/2021). (Istimewa)

Selain ulah pertambangan dan pembalakan ilegal, KSPPM juga menuding PT Toba Pulp Lestari punya andil besar sebagai penyebab terjadinya bencana alam. Di daerah itu, TPL memiliki lahan konsesi yang cukup luas.

“Jadi dari Jembatan Sidua-dua itu, kita tarik trekking, lokasi konsesi PT TPL ini hanya sekitar 3 Km. Kontribusi TPL sebagai penyebab banjir. Karena tidak  ada lagi penyangga. Murni di atas itu hanya pinus dan eucalyptus. Tanaman keras lainnya tinggal sedikit,” ujarnya.

4. KSPPM desak pemerintah cabut izin perusahaan perusak lingkungan

Banjir Bandang dan Longsor di Parapat, KSPPM Tuding Ulah ManusiaKebakaran hutan di Bukit sekitar Parapat, Simalungun beberapa waktu lalu yang diduga ulah manusia (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Data KSPPM menyebut, luas konsesi PT TPL di wilayah Simalungun, Sektor Aek Nauli mencapai 23 ribu hektare. Selama ini, KSPPM getol mengkritisi keberadaan TPL karena dianggap menjadi perusak alam kawasan Danau Toba.

“Kita mendesak, supaya pemerintah mencabut izin-izin perusahaan perusak lingkungan di Danau Toba khususnya TPL. Kami juga menuntut supaya oknum-oknum tertentu tidak mem-backing-i, cukong kayu untuk mengambil kayu dari sana.  Ini supaya tidak lagi terjadi di  kemudian hari. Percuma  kita bicara pariwisata, kalau hulunya tidak diperbaiki,” ujarnya.

KSPPM juga mendesak kepolisian segera mengambil tindakan. Mereka mendukung kepolisian untuk melakukan penyelidikan mendalam.

“Jangan menunggu laporan karena ini bukan delik aduan. Polisi harus melakukan penyelidikan karena dampaknya ini sudah merugikan masyarakat,” ujarnya.

5. TPL mengerahkan alat berat excavator untuk membantu pembersihan material longsor

Banjir Bandang dan Longsor di Parapat, KSPPM Tuding Ulah ManusiaCorporate Communication Manager TPL Norma Hutajulu (dua dari kiri) (IDN Times/Indah Permata Sari)

Pihak PT TPL enggak menanggapi soal tudingan dari KSPPM terkait kerusahakan hutan. 

Corporate Communication Manager TPL Norma Hutajulu mengatakan jika pihaknya berkomitmen untuk bahu-membahu bersama masyarakat dan pemerintah setempat pada setiap kondisi bencana disekitar area operasional TPL. 

“Sebagai langkah cepat untuk menanggulangi bencana alam yang terjadi, PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL) mengerahkan alat berat excavator untuk membantu pembersihan material longsor di Jalinsum tersebut yang juga dibantu oleh Dinas PU Kabupaten Simalungun,” ungkap Norma dalam keterangan tertulisnya yang diterima IDN Times.

Baca Juga: 7 Potret Haru Suasana Lebaran di Rumah Gubernur Sumut Edy Rahmayadi

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya