Setelah Sinabung Erupsi, Ratusan Pohon Kurma Tumbuh Subur di Karo

Kurma Karo bisa dipanen 3 bulan sekali

Karo, IDN Times - Kurma telah menjadi makanan pokok di Timur Tengah selama ribuan tahun lamanya. Pohon Kurma diyakini berasal dari sekitar Teluk Persia dan telah dibudidayakan sejak zaman kuno dari Mesopotamia ke prasejarah Mesir, kemungkinan pada awal 4000 SM. Bangsa Mesir Kuno menggunakan buahnya untuk dibuat menjadi anggur kurma dan memakannya pada saat panen.

Pada zaman selanjutnya, orang Arab menyebarkanluaskan kurma. Tapi pohon kurma tidak sembarangan tumbuh.

Ternyata ada fenomena unik di salah satu wilayah Sumatra Utara, tepatnya di Kutambaru, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo. Ada sebuah kebun yang ditumbuhi ratusan pohon kurma.

Jika dari Kota Medan, berjarak sekitar 93,4 km dengan perkiraan hampir 4 jam. Masuk ke sini juga dikenakan biaya tiket sebesar Rp35 ribu dan gratis mandi di kolam renang.

Pemilik kebun kurma ini bernama Bena ukur tarigan. Saar ditemui IDN Times, Iwan Tarigan mengaku sebagai pengawas menceritakan latar belakang tumbuhnya pohon kurma ini di tanah Karo dengan luas tanah yang ditanam ini sekitar 1,5 hektare.

Berikut IDN Times sajikan cerita pohon kurma yang tumbuh subur di Tanah Karo 

1. Ada 207 pohon yang ditanam

Setelah Sinabung Erupsi, Ratusan Pohon Kurma Tumbuh Subur di KaroPohon kurma tumbuh di tanah Karo (IDN Times/Indah Permata Sari)

Ada sekitar 207 pohon yang ditanam di wilayah ini, dan sudah berhasil 130 batang. Dirincikan jantan 57 pohon dan betina 150 pohon yang bisa dipetik sendiri. Pohon ini sudah ditanam sejak tahun 2016. Artinya sudah 5 tahun berjalan.

Saat usia 3,5 tahun pohon ini sudah menghasilkan panen pertamanya sebanyak 2,800 ton. Jika di tahun ini nantinya akan berbuah lagi, berarti sudah kedua kalinya bisa dipanen.

Menurut Iwan, sebelum kebun ini menjadi kebun kurma. Dipastikan PH tanah sudah dicek.

"Bibit kita pun dari Inggris, karena dilihat tanah kita cocok makanya berani kita buat disini. Bukan semua tanah ini bisa langsung berbuah. Kalau tumbuhnya bisa tumbuh tapi buah gak bisa seperti ini berbuah," ucapnya.

Satu pohon kurma di sini bisa menghasilkan 11 tandan. Dalam 1 tandan bisa menghasilkan 20 kg. Atau paling sedikit mencapai 11 sampai 12 kg.

2. Diakui buah kurma habis dibeli para pengunjung dan tak sempat dijual ke luar kota

Setelah Sinabung Erupsi, Ratusan Pohon Kurma Tumbuh Subur di KaroPohon kurma tumbuh di tanah Karo (IDN Times/Indah Permata Sari)

Sedangkan untuk masa panennya diperhitungkan 6 bulan 20 hari sudah bisa.

"Setiap batang kita buat tanggal. Makanya cara memanennya kita lihat dari tanda yang sudah kita kasih. Kelewatan pun bisa jadi gugur. Jadi kecepatan pun kita panen cara penjemurannya pun nanti bisa gak bagus atau gak sempurna manisnya. Karena kita taruh (letak) ruangan digantung lagi, 20 hari sudah kering kulit arinya lepas itu sudah bisa diproduksi dan dimakan," jelas Iwan.

Untuk saat ini belum ada pengelolaan yang baru dikarenakan habis untuk para pengunjung  yang membeli. Meskipun masih berbuah muda. Bahkan belum sempat dijual ke luar kota.

"Makanya belum sempat kita olah atau ekspor. Untuk pengunjung aja lakunya. Saat ini yang dibutuhkan orang yang muda bukan yang masak lagi atau tua," tuturnya.

Baca Juga: Banyak Impor Kurma, RI Terima Penghargaan Festival Kurma 2022 di Mesir

3. Proses perkawinan sangat simpel

Setelah Sinabung Erupsi, Ratusan Pohon Kurma Tumbuh Subur di KaroPohon kurma tumbuh di tanah Karo (IDN Times/Indah Permata Sari)

Iwan menjelaskan proses perkawinannya sangat simpel namun diperlukan ketelitian, yaitu diambil dari serbuk jantan lalu dimasukkan ke betinanya.

"Sebetulnya gampang-gampang susah. Karena saat dimasukkan serbuk jantan ke betinanya kita semprot lagi supaya akurat, 2 sampai 3 kali baru ditutup dan seminggu kemudian baru bisa dibuka buahnya. Kendala dalam prosesnya gak ada. Saat ini masih melakukan bibit dan sesuai panduan dari Inggris," ungkapnya.

4. Harus menunggu 3 bulan agar bisa dipetik buahnya

Setelah Sinabung Erupsi, Ratusan Pohon Kurma Tumbuh Subur di KaroPohon kurma tumbuh di tanah Karo (IDN Times/Indah Permata Sari)

Untuk pemetikan, ternyata harus menunggu 3 bulan lamanya agar kurma ini bisa dijual dengan rasa yang manis.

"Karena kalau umur sebulan 2 bulan rasanya gak ada, pahit. Tapi kalau usia 3 bulan rasanya manis-manis jambu sama kulitnya pun bisa dimakan. Tapi kalau umur sebulan itu pahit. Kalau yang tua sama kulitnya pun bisa dimakan," tambahnya.

5. Hampir ingin dipotong karena putus asa dan ganti tanam salak

Setelah Sinabung Erupsi, Ratusan Pohon Kurma Tumbuh Subur di KaroPohon kurma tumbuh di tanah Karo (IDN Times/Indah Permata Sari)

Menurutnya, bukan hanya karena bibit Inggris saja. Namun, ada campur tangan Tuhan atau mukjizat yang dipercaya karena letusan Gunung Sinabung.

"Mukjizat (rezeki tanah ini). Ini waktu pertama kita menanam gak berbuah, hampir mau kita babat. Begitu meletus Gunung Sinabung, kena abu ini, itulah mukzizat dari Tuhan. Hasil abu Sinabung lah makanya berbuah. Ini mau hampir kita potong ganti tanam salak, karena perjanjian umur 2,5 tahun sudah harus berbuah, ternyata tidak. Kami sudah sempat putus asa," ujarnya.

Tiga tahun berjalan, mereka hampir memotong pohon-pohon tersebut karena merasa kecewa.

"Tau-tau begitu meletus Gunung Sinabung, kita biarkan berabu semua ini. Entah kenapa balik lagi kemari timbul tiba-tiba bunganya. Makanya kita terkejut. Berarti dia udah berubah, mungkin dari abu kita gak tahu. Artinya seperti ada dampak positif karena udah kita tinggalkan setahun. Memang ada bantuan dari abu Gunung Sinabung makanya berbuah. Makanya saat ini kami saja terkejut bisa berbuah dan banyak. Padahal sempat setahun gak dirawat," tambahnya.

Disediakan juga bagi para pengunjung yang ingin membeli bibitnya dengan harga satu pokok Rp5 juta dan sepasang Rp10 juta. Nantinya, jika sudah berbuah akan dikeluarkan sertifikatnya.

"Ada dijual di sini (bibit) dan tidak dibebaskan untuk dijual. Setiap kita jual sudah ada keluar sertifikat (termasuk untuk pajaknya)," pungkasnya.

Baca Juga: Fenomena Thrift Shop, Bisnis Fashion Bekas yang Kini Naik Kelas

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya