Listrik Energi Bersih Berbasis Masyarakat ada di Riau

PLTMH dikelola secara swadaya

Pekanbaru, IDN Times - Provinsi Riau menjadi satu di antara sejumlah lokasi pengelolaan energi terbarukan yang berbasis komunitas masyarakat. Lokasi itu berada di Kabupaten Kampar, tepatnya di Desa Batu Songgan. Di mana, masyarakatnya membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). 

Memanfaatkan aliran sungai Songgan, masyarakat bekerja sama untuk membangun PLTMH. Dengan adanya PLTMH, rumah warga teraliri listrik maksimal dan berbiaya murah.

Pembangunan PLTMH ini sempat dibantu oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar, sebelum akhirnya dikelola secara penuh secara swadaya oleh masyarakat Desa Batu Songgan. Dengan biaya Rp30 Ribu sebulan, masyarakat sudah mendapatkan aliran listrik ke rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah.

"Kami masyarakat adat merasakan energi ini tahun 2000-an. Sebelumnya masih (pakai) lampu strokeng, lampu minyak," ungkap Efri Subayang perangkat Desa Subayang dalam kegiatan Diskusi 'Kemandirian Energi: Transformasi Berbasis Masyarakat' yang digelar Masyarakat Jurnalis Lingkungan (SIEJ) Simpul Riau dan Trend Asia di Pekanbaru, Sabtu (21/10/2023).

Lebih lanjut, perihal energi terbarukan yang dikelola secara mandiri, Efri menjelaskan jika pemeliharaan PLTMH dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Yang lebih penting, dengan adanya PLTMH, masyarakat juga lebih menjaga lingkungan sekitar untuk memastikan debit air tetap maksimal untuk kebutuhan PLTMH. 

"Kami punya hutan, 400 hektar akan kami jadikan hutan lindung. Ini akan kami usulkan dan upayakan. Kami bangga akan kebutuhan kami ini," lanjutnya.

1. Takut PLTMH terabaikan jika PLN masuk

Listrik Energi Bersih Berbasis Masyarakat ada di RiauPLTMH yang dibangun masyarakat untuk kebutuhan listrik rumah (IDN Times/ Fanny Rizano)

Sementara itu, Roni warga Desa Batu Songgan, membandingkan energi konvensional Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang saat ini hanya tiang saja yang sampai ke kampung mereka. Tiang-tiang listrik tersebut tidak tersambung kabel listrik.

"Saya pribadi khawatir PLN masuk, ini (PLTMH) akan terabaikan. Jadi sayang sekali upaya kita yang sudah lama ini jika nanti jadi terabaikan," keluhnya. 

Sependapat dengan masyarakat, Ahlul Fadli selaku Manager Kampanye dan Advokasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau, juga melihat potensi dan kendala yang dihadapi masyarakat harus diantisipasi bersama. 

Komunitas, pemerintah daerah dan pihak lainnya harus turut serta bersama-sama menjaga potensi energi terbarukan. Jika tidak ada kesadaran bersama menjaga potensi ini, maka akan terbuka kemungkinan akan musnah. 

"Kita harus pertanyakan ke pemerintah bagaimana formula energi terbarukan ini diterapkan ke masyarakat, bagaimana potensi ini dijaga," tutur Ahlul.

Ia juga mengatakan jika potensi kehilangan sumber energi ini terbuka ketika ada pihak ketiga atau investor yang tiba-tiba datang untuk melakukan pengelolaan lahan yang berada tepat di sumber energi. 

"Kita belum dapat dari Pemprov (Pemerintah Provinsi) di mana potensi-potensi energi terbarukan itu. Ketahanannya apa dan apa ancamannya, termasuk dari pihak ketiga," katanya.

Potensi energi inilah yang menjadi pekerjaan rumah Pemprov Riau saat ini untuk mengelolanya dengan maksimal. Iswadi Phd selaku akademisi dari Universitas Riau, juga melihat hal tersebut sebagai potensi yang harus dimanfaatkan maksimal. 

Selain itu menurutnya perlu diperhatikan jika potensi yang ada tidak serta merta bisa dimanfaatkan mentah-mentah begitu saja menjadi sumber energi. 

"Kalau kita ingin bangun pembangkit, harus uji dulu skenarionya. Apa yang ada di dalam Rencana Umum Tenaga Listik PLN. Misal energi surya, potensi PLTS kita tidak sama dengan daerah lain, jadi itu radiasi bukan temperatur," sebutnya. 

Kendati demikian ia tetap optimistis pengelolaan energi terbarukan di Provinsi Riau bisa maksimal dilaksanakan. 

"Kita harus optimis. Saya merasa tidak punya listrik tahun 1993. Masuk listrik di Rumbio (Kabupaten Kampar) kampung halaman, sekarang sudah terang. Kita harus kontribusi semua, PLN bisa memanfaatkan masyarakat untuk bantu pembangunan," ujarnya.

Baca Juga: Ganjar Bakal Diberi Gelar Kehormatan oleh Lembaga Adat Melayu Riau

2. Pemprov Riau sudah memetakan potensi energi terbarukan

Listrik Energi Bersih Berbasis Masyarakat ada di RiauZulkifli saat menerangkan tentang potensi energi terbarukan yang ada di Provinsi Riau (IDN Times/ Fanny Rizano)

Menjawab berbagai pertanyaan itu, Zulkifli selaku Analis Rencana Umum Energi Daerah pada Dinas ESDM Provinsi Riau menerangkan, jika Pemprov Riau sudah memetakan potensi energi terbarukan yang bisa dikembangkan menjadi sumber energi masyarakat. Tidak hanya tenaga air atau hidro, tenaga surya dan lainnya juga telah dipetakan. 

"Riau kalau PLTMH, dikawasan perbukitan di Bukit Barisan berpotensi. Kita telah membangun PLTMH di Sungai Santi, Simpang Kiri Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) di Batang Gangsal. Selain PLTMH, kita juga melihat peluang kebutuhan energi daerah. Di pesisir, kita akan kembangkan potensi daerah," terangnya.

Selain itu menurutnya juga telah dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di sejumlah gedung pemerintahan dan kawasan penduduk, kendati skala kecil. 

3. Perlihatkan film dokumenter

Listrik Energi Bersih Berbasis Masyarakat ada di RiauNonton bareng film dokumenter tentang pengelolaan energi terbarukan berbasis komunitas (IDN Times/ Fanny Rizano)

Dalam kegiatan itu, SIEJ Simpul Riau dan Trend Asia juga memutarkan film dokumenter dengan sejumlah objek pengelolaan energi terbarukan berbasis komunitas, termasuk di Provinsi Riau. Film dokumenter lainnya menampilkan pengelolaan energi tenaga surya di Blora, Jawa Tengah (Jateng) dan pengelolaan energi tenaga bayu atau angin di Kedungrong, Yogyakarta. 

"Ini merupakan kegiatan kedua yang digelar SIEJ Simpul Riau, setelah sebelumnya kegiatan serupa kami gelar juga mengangkat topik energi bersih," ujar Koordinator SIEJ Simpul Riau, Ilham Yafiz.

Diketahui, film dokumenter yang disajikan tersebut, merupakan hasil liputan dan suntingan Trend Asia. 

"Yang kita coba jelaskan dalam film (dokumenter) ini, energi berbasis listrik, di mana manusia memiliki hak yang sama untuk akses listrik. Menjadi masalah ketika masyarakat desa belum mendapatkan haknya, apakah cukup diperoleh selayaknya seperti masyarakat kota," sebut Beyrra Triasdian selaku Manager Kampanye Energi Terbarukan Trend Asia.

Dilanjutkannya, fakta yang terjadi di Desa Batu Songgan menurutnya menarik dan sangat menggugah semagat yang menonton. Karena masyarakat secara swadaya membangun PLTMH dan merawatnya dengan biaya yang murah. 

Selain mendapat manfaat energi listrik, masyarakat juga merawat lingkungan sekitar, yang dari sumber air, menjadi tenaga PLTMH. 

"Saya ke lokasinya, jauh, membuat bendungan di atas gunung, jalannya sempit. Kami sampaikan ke pemerintah agar energi terbarukan harus dapat porsi yang cukup. Pemerintah seharusnya menyediakan hak kita, kebutuhan listrik," tegasnya.

Baca Juga: Polda Riau Ambil Alih Kasus Kapolsek Bawa Tahanan ke Luar  

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya