Al Washliyah Medan: Ulama Perlu Kawal Fardu Kifayah Pasien COVID-19

MUI harus tegaskan lagi meninggal karena COVID-19 itu syahid

Medan, IDN Times - Belakangan beredar kabar soal prosedur pemakaman jenazah pasien suspek COVID-19 yang viral karena masih memakai daster. Video ini viral di masyarakat dan rumah sakit dianggap tidak menjalankan fardu kifayah dengan baik. Selain itu juga masih ada penolakan dari masyarakat untuk pemakaman pasien COVID-19 karena dianggap bisa menularkan.

Ketua Majelis Amal Sosial Al Washliyah Medan, Dokter Hanip Fahri mengatakan hal itu tidak harus jadi perdebatan lagi. Apalagi yang meninggal karena COVID-19 itu disebutkan mati syahid karena mati dalam wabah.

"Kan sudah jelas disebutkan ada fatwanya kalau yang meninggal itu mati syahid. Jadi jika penguburan atau proses fardu kifayahnya gak sempurna, jangan diutak-atik lagi. Tidak perlu diributkan lagi soal pakaiannya dan lainnya. Mungkin saja pihak rumah sakit gak paham, apalagi jika bukan rumah sakit Islam," kata dr Hanip.

1. Perlu peran ulama menegaskan status pasien COVID-19 di masyarakat

Al Washliyah Medan: Ulama Perlu Kawal Fardu Kifayah Pasien COVID-19IDN Times/Doni Hermawan

dr Hanip mengatakan, memang pemahaman ke masyarakat belum seluruhnya bisa dijangkau ke seluruh lapisan masyarakat. Maka perlu peran ulama.

"Dibutuhkan MUI ini menegaskan kembali jika yang meninggal ini mati syahid. Jadi perlu ulama yang ngomong biar masyarakat lebih percaya. Tinggal ulama memperkuat ke masyarakat lewat masjid-masjid. Kalau perlu ormas-ormas Islam memback-up dinas kesehatan dan menyurati ustaz-ustaz," kata Hanip.

Baca Juga: Al Washliyah Medan: Diimbau Berjemaah di Rumah, Sunnah Dilawan Sunnah

2. Tenaga medis juga perlu dibimbing untuk fardu kifayah

Al Washliyah Medan: Ulama Perlu Kawal Fardu Kifayah Pasien COVID-19Ilustrasi Kamar Mayat (IDN Times/Sukma Shakti)

Hanip tak memungkiri proses fardu kifayah itu penting. Untuk itu perlu kiranya rumah sakit mendapat pemahaman bagaimana caranya melakukan fardu kifayah yang baik mulai dari memandikan sampai menguburkan.

"Pas sakrataul maut apa yang perlu dilakukan. Pasti tenaga medis yang pertama menghadapinya. Bagaimana mensyahadatkannya, mereka perlu diajari. Jadi tugas siapa? Ulama juga. Perlu dilatih dan dibimbing bagaimana saat sakaratul maut sesuai keagamaan. Memfasilitas salat jenazah berjarak," katanya.

"Supaya kejadian cuma pake daster itu tidak terulang lagi. Ustaz-ustaz kita harus mengawal, jadi tidak buru-buru langsung salahkan rumah sakit. Kita yang jaga diri kita sendiri. Hanya umat Islam yang bisa jaga umat Islam sendiri," bebernya.

3. Masyarakat jangan lagi menganggap pasien COVID-19 sebagai aib

Al Washliyah Medan: Ulama Perlu Kawal Fardu Kifayah Pasien COVID-19Suasana salat id di RSDL Indrapura yang diikuti dan diimami pasien COVID-19. IDN Times/ Dok istimewa

Dia juga berharap pimpinan rumah sakit dengan gugus bersinergi agar tidak ada lagi upaya penolakan dari masyarakat dengan kasus COVID-19. Termasuk sosialisasi di setiap acara keagamaan.

"Apa lebih hebat kita dari Arab Saudi? Mereka saja menjarangkan saf. Sementara kita ada ustaz-ustaz yang memaksakan saf rapat. Mereka saja membatasi ibadah haji dan menjarangkan tawaf," katanya.

Selain itu juga perlu sosialisasi ke masyarakat agar tidak lagi melakukan penolakan terhadap jenazah COVID-19. Apalagi jenazah memang dimakamkan sesuai protokol.

"Kita perlu mencurahkan perhatian dalam penanganan masalah COVID-19. Apa-apa yang jadi gejolak di masyarakat tidak ada justifikasi terhadap orang-orang yang terkena wabah COVID-19 ini. Pasien COVID-19 ini seolah-olah aib. Jangan ada perbedaan terlalu tajam sehingga masyarakat menganggap ini kehinaan atau aib," pungkasnya.

Baca Juga: Angka COVID-19 Sumut Memprihatinkan, Tenaga Medis Terus Berjatuhan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya