Nuraga Bhumi, Bukti Perempuan Juga Bisa Berbuat untuk Dunia Konservasi

Nuraga Bhumi fokus dalam komunitas zona penyangga TNGL

Medan, IDN Times - Komunitas Nuraga Bhumi Institute resmi meluncurkan film dokumenter bertajuk Nuraga Bhumi di Medan yang berlangsung di Pos Bloc, Medan, Selasa (17/9/2024) sore.

Film ini mengangkat cerita tentang peran Nuraga Bhumi Institute dalam pelestarian hutan Leuser. Komunitas yang beralamat di kota Medan memiliki aktivitas inti yang dilaksanakan di Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat - Sumatera Utara sejak tahun 2021.

Komunitas non-profit hadir bertujuan untuk memperkuat kapasitas dan memberikan ruang aman pada perempuan, ragam identitas gender lain dan juga anak untuk berdaya dan mengambil peran serta dalam pelestarian hutan Leuser.

"Dari awal mendirikan Nuraga Bhumi gak pernah kepikiran ini akan dijadikan film seperti," ujar Founder Nuraga Bhumi Institut sekaligus produser pada film ini, Nurul Nayla Azmi.

Menurutnya dunia konservasi saat ini masih cenderung patriarkis dan misoginis. Sehingga saat perempuan tidak mendapat ruang yang luas dan merdeka. Jika ada perempuan yang dilibatkan pada umumnya untuk bagian administrasi atau keuangan saja.

Lewat Nuraga Bhumi, Nayla ingin membuktikan perempuan di Sumatera Utara bisa mendapatkan kesempatan yang sama dan berkontribusi aman dalam pelestarian hutan.

1. Nuraga Bhumi fokus dalam komunitas zona penyangga TNGL

Nuraga Bhumi, Bukti Perempuan Juga Bisa Berbuat untuk Dunia KonservasiLaunching film dokumenter Nuraga Bhumi di Medan berlangsung di Pos Bloc, Medan, Selasa (17/9/2024) sore. (Dok. Nuraga Bhumi Institute)

Nuraga berasal dari bahasa Sansekerta yang telah ada di KBBI yang berarti badan baru dan juga rasa dedikasi serta kata Bhumi yang berarti bumi. Film ini merupakan hasil kerja sama Nurul Nayla Azmi sebagai produser, Danielle da Silva sebagai director, Enter Pena production sebagai kru yang didukung dengan kru masyarakat setempat.

Selama tiga tahun terakhir, kata Nayla, kegiatan Nuraga Bhumi fokus dalam komunitas zona penyangga yang dianggap sama pentingnya dengan Kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Leuser sendiri karena memberikan ruang hidup pendukung bagi satwa yang hidup dalam Kawasan konservasi itu sendiri serta pintu gerbang pada ragam ancaman yang mungkin bisa saja terjadi.

Danielle da Silva yang juga berperan sebagai sutradara film ini mengaku sangat mendukung produksi film dari awal hingga akhir karena setiap tindakan kecil dari para perempuan di dunia konservasi harus diapresiasi, karena tidak semua perempuan bisa mendapatkan kesempatan itu.

Menurutnya awalnya film ini akan diberi judul Perempuan Pejuang Konservasi. Namun akhirnya berbagai pihak mendorong judul 'Nuraga Bhumi' karena mewakili secara keseluruhan cerita dalam film ini.

"Saya juga apresiasi seluruh pemeran dan kru dalam pembuatan film ini, sangat luar biasa, termasuk salah satunya yang hadir bersama kita hari ini adalah Devi," ungkap Danielle sembari meminta Devi untuk maju ke depan untuk sharing pengalamannya.

2. Menggambarkan hubungan erat antara budaya lokal dengan hutan

Nuraga Bhumi, Bukti Perempuan Juga Bisa Berbuat untuk Dunia KonservasiLaunching film dokumenter Nuraga Bhumi di Medan berlangsung di Pos Bloc, Medan, Selasa (17/9/2024) sore. (Dok. Nuraga Bhumi Institute)

Dokumenter ini menyoroti keindahan alam Leuser, tempat satu-satunya di mana empat spesies hewan langka berkumpul: orangutan, badak, gajah, dan harimau. Tim Nuraga Bhumi, meskipun terbatas, berinisiatif untuk turut serta dalam melindungi hutan warisan nenek moyang melalui kegiatan patroli hutan. Mereka bertujuan untuk mengurangi kejahatan hutan yang mengancam kelangsungan hidup hutan penting bagi planet ini.

Setiap adegan menunjukkan semangat tim dalam melindungi hutan meskipun dengan keterbatasan sebagai masyarakat desa. Terutama, dalam lingkungan yang cenderung patriarkis dan misoginis.

Dokumenter ini juga menggambarkan hubungan antara budaya lokal yang selama ini erat dengan hutan, namun terpengaruh oleh kolonialisme yang mengubah kehidupan masyarakat setempat, menyebabkan generasi muda kehilangan akar budayanya.

Disutradarai oleh Danielle Khan Da Silva dari Kanada, film ini bertujuan memperkenalkan konsep ekofeminis dan pemberdayaan perempuan Sumatera dengan kolaborasi kru lokal.

Pemutaran film ini menjadi momen bagi perempuan di Sumatera Utara untuk menunjukkan hak mereka dalam mendapatkan kesempatan yang sama dan berkontribusi aman dalam pelestarian hutan.

3. Baru pertama kali tayang di Medan, tetapi sudah pernah tayang di Bali

Nuraga Bhumi, Bukti Perempuan Juga Bisa Berbuat untuk Dunia KonservasiLaunching film dokumenter Nuraga Bhumi di Medan berlangsung di Pos Bloc, Medan, Selasa (17/9/2024) sore. (Dok. Nuraga Bhumi Institute)

Meski baru kali pertama dilakukan pemutaran film di Medan, namun Nuraga Bhumi sudah pernah tayang perdana di tempat lain, bahkan sudah masuk nominasi pada festival film dokumenter. Di antaranya masuk nominasi dalam European Cinema Film Festival, Cannes World Film Festival, dan Bali International Film Festival.

"Jadi meskipun baru kali ini launching filmnya di Sumatera Utara, sebenarnya film ini sudah diputar di luar negeri dan di Bali, bahkan sudah masuk nominasi film dokumenter di Cannes World Film Festval," jelas Nayla. 

Baca Juga: Penampilan Spektakuler Izzy Dwifaiva Berhasil Borong 5 Medali Emas

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya