TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

WALHI Sumut: KLHK Harus Evaluasi Total Medan Zoo

Transparansi pengelolaan juga dipertanyakan

Harimau Sumatra di Medan Zoo. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times – Kematian demi kematian satwa terus terjadi di Medan Zoo. Lembaga konservasi yang dikelola Perusahaan Umum Daerah (PUD) Pembangunan Kota Medan itu ibarat menjadi tempat menanti ajal.

Satwa diduga tidak terurus. Potensi penyebaran penyakit juga diduga nyaris tidak dicegah. Pengelolaan diduga minim pengetahuan tentang konservasi. Bagaimana tidak, Medan Zoo kini kekurangan sumber daya manusia. Mulai dari dokter hewan, keeper, dan lainnya. Petugas yang ada juga diduga sudah tidak mendapatkan upah dalam beberapa bulan terakhir.

Kondisi buruknya kesejahteraan satwa di Medan Zoo diperparah dengan infrastruktur yang sangat tidak baik. Kandang-kandang jauh dari kata terawat. Klinik satwa juga diduga sudah tidak berfungsi lagi.

Semenjak kematian empat harimau secara beruntun, Medan Zoo hangat diperbincangkan. Dari masyarakat awam hingga pegiat konservasi. Mereka mendesak agar pemerintah mengambil langkah darurat untuk penyelamatan satwanya. Karena dari beberapa sumber menyebut, kondisi satwa di sana saat ini tidak dalam kondisi baik.

1. Menanti langkah KLHK menyelamatkan satwa di Medan Zoo

Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sumatra Utara kembali melontar kritik keras terhadap kondisi Medan Zoo. Kematian demi kematian satwa, menjadi bukti konkret bahwa pemerintah tidak belajar. Apalagi untuk menambil langkah darurat.

“Kami mendesak, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengevaluasi total pengelolaan kebun binatang. Hasil evaluasi juga harus dipaparkan ke publik sebagai bentuk transparansi,” tegas Direktur WALHI Sumut Rianda Purba, Selasa (30/1/2024).

Amatan WALHI, kondisi Medan Zoo diduga tidak layak lagi dijadikan lembaga konservasi. Misalnya, Kata Rianda, pengelola Medan Zoo diduga sudah melanggar Peraturan Menteri Kehutanan No.31 tahun 2012 tentang Lembaga Konservasi. Di dalam beleid itu, kebun binatang disyaratkanmemiliki klinik, paramedis, persediaan obat hingga dokter hewan yang berada di sana setiap waktu.

“Ini kami lihat tidak ada di sana. Sungguh berantakan pengelolaannya,” kata Rianda.

2. Ada dugaan menutupi kematian satwa

Mereka juga menyoroti soal transparansi dari manajemen Medan Zoo, dan BBKSDA  Sumut sebagai otoritas terkait. Khususnya pada sejumlah kasus kematian satwa.

Pada beberapa kasus, kematian baru terungkap ke publik setelah beberapa hari. Itu pun, kata Rianda, karena awak media mendapat kabar dan mengonfirmasinya kepada pihak berwenang.

Menurut WALHI, manajemen dan BBKSDA Sumut tidak proaktif bahkan cenderung sengaja menutupi kabar kematian satwa penghuni Medan Zoo.

“Kami mendesak otoritas terkait membuka data. Apa saja satwa yang ada di sana dalam 1 dekade terakhir, dan berapa yang sudah mati. Disertai penyebabnya. Kami menilai publik memiliki hak untuk informasi tersebut,” tukasnya.

Berita Terkini Lainnya