TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ricuh Formulir C1 Dicuri, Ini Klarifikasi dari KPU

Ternyata yang membawa adalah PPK dan PPS

Ilustrasi rekapitulasi suara. ANTARA FOTO/Didik Suhartono

MEDAN, IDN Times - Lini masa media sosial sejak malam tadi diramaikan dengan video yang menunjukkan kejadian dimana formulir C1 dicuri saat direkapitulasi di Yayasan Pendidikan Kebangsaan Sumatera Utara yang berada di Jalan Menteng Raya, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, Kota Medan, Senin (22/4) malam. Sontak video itu memancing respon netizen dan publik.

Tak sedikit yang menghujat. Penyelenggara Pemilihan Umum 2019, dianggap main curang. Ada yang bilang C1 itu akan diubah-ubah agar menguntungkan kelompok politik tertentu.

Nyatanya, kejadian itu tak seperti yang dibayangkan. Sejumlah oknum yang dituduh mencuri C1 adalah penyelenggara. Namun karena tekanan massa mereka merasa tersudut. Video kericuhan  malam itu pun tersebar dan diartikan beragam.

Baca Juga: Ratna Satumpaet Kesel Rocky Gerung dan Tompi Hadir di Persidangan

1. Klarifikasi KPU: Kericuhan hanya kesalahpahaman

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) langsung memberikan klarifikasi ihwal kericuhan yang terjadi. KPU menyatakan kericuhan hanya karena kesalahpahaman. Oknum yang dituduh mencuri itu adalah Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).

Ketua KPU Kota Medan Agussyah Ramadani Damanik menjelaskan, PPK dan PPS akan membawa salinan C1 untuk didistribusikan ke kelurahan supaya diumumkan ke publik. Namun mereka dituduh mencuri salinan C1 tersebut.

“Salinan C1 ini ada beberapa. (Ada) untuk saksi, Panwas dan salinan untuk arsip PPS dan itu diumumkan di tingkat kelurahan. Dan ada juga salinan C1 yang disampaikan ke KPU. Itu digunakan untuk proses Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng). Ini proses supaya masyarakat juga mengetahui bahwa hasil penghitungan di TPS bisa diketahui secara luas,” kata Agussyah di KPU Medan, Selasa (23/4).

 

2. PPK dan PPS tidak berkoordinasi dengan kepolisian saat akan membawa salinan C1

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Komisioner KPU Medan lainnya, Rinaldi Khair sebelumnya juga menjelaskan pihak PPK dan PPS tidak berkoordinasi dengan kepolisian saat akan membawa salinan C1.

Kata Rinaldi, petugas PPK dan PPS lupa berkoordinasi dengan pihak Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) dan pihak kepolisian. Sehingga menimbulkan kecurigaan dari masyarakat yang ada di sekitar areal tempat rekapitulasi.

"Karena menganggap C1 salinan ini sudah dipegang para pihak. Bukan C1 hologramnya. karena kalau itu di dalam kotak suara. Itulah yang mau dibawa ke kantor-kantor kelurahan sesuai aturan. Nah ketika membawa itu masyarakat curiga,” ujarnya.

3. Seorang anggota PPS jadi bulan-bulanan masyarakat

IDN Times/Prayugo Utomo

Saat kericuhan itu, seorang petugas PPS bernama Has Khairul menjadi bulan-bulanan massa yang berkumpul.

Rinaldi juga menjelaskan, yang membawa  salinan C1 itu dibawa oleh petugas PPS ke dalam mobil. Karena tekanan massa Has Khairul panik.

"Karena ada desakan dari masyarakat untuk itu (Salinan C1) dibawa kembali, makanya dibawa lagi ke Yayasan. Jadi masyarakat belum merasa puas, lalu dilakukan pengecekan di mobil, nah pas melakukan pengecekan itu Has khairul ini yang datang mengecek, ternyata ada yang tertinggal di mobil. Karena massa sudah tersulut emosi, jadi dia (Has Khairul) ini lah yang jadi bulan-bulanan ditanyai dan di interogasi sama masyarakat," urainya.

4. Massa tidak terima dengan penjelasan KPU

ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Komisioner KPU Medan langsung datang ke lokasi kejadian. Mereka pun menjelaskan kepada masyarakat untuk apa salinan C1 itu dibawa. Namun apa boleh buat. Emosi masyarakat sudah memuncak.

"Itu memang anggota PPS dan PPK. Mereka mau mengumumkan C1 salinan untuk di tempelkan ke kantor kelurahan. Nah kan ada bahasa-bahasa fotocopy, itu sebenarnya salinan C1 kan ada yang enggak lengkap lembarannya, makanya yang enggak lengkap itu mereka fotocopy untuk ditempel dan yang asli di kembalikan lagi ke Yayasan Perguruan Swadaya," pungkasnya.

Baca Juga: [BREAKING] Dirut PLN Sofyan Basir Jadi Tersangka Baru Kasus PLTU Riau

Berita Terkini Lainnya