TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Luhut Sihombing: Medan Butuh Tangan Baru untuk Atasi Banjir

Medan memiliki potensi bahaya banjir yang sangat besar

Banjir di kawasan Rawa Buaya, Jakarta Barat pada Selasa (22/9/2020) (IDN Times/Aryodamar)

Medan, IDN Times - Banjir masih menjadi satu masalah di Kota Medan yang tak kunjung selesai. Setiap tahun, apalagi saat musim penghujan tiba, banjir selalu saja terjadi. Sungai dan parit meluap, jalanan tergenang air, sekolah-sekolah dan tempat usaha juga tak luput dari genangan air.

Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli, Luhut Sihombing mengungkapkan, kerugian materi dan non-materi akibat banjir sangatlah besar.

"Aktivitas ekonomi dan sosial lumpuh akibat akses yang terputus, belum lagi kerusakan dan kerugian sektor infrastruktur serta kerugian sektor ekonomi produktif," katanya di Medan, Kamis (15/10/2020).

Dia menjelaskan, banjir mikro maupun makro di Medan merupakan buah dari disfungsionalnya salah satu sub-sistem dalam sistem bio-region, yaitu manusia dan sumberdaya.

Peristiwa ini terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan, yang disebabkan terjadinya hujan melebihi kapasitas daya serap tanah dan kapasitas aliran air. Air tersebut akan menggenangi dari sekitarnya atau mengalir ke daerah yang lebih rendah lalu menggenangi jalanan, areal sekolah, rumah sakit, kampus, tempat usaha dan areal lainnya.

Baca Juga: Auranya Kuat Banget, 7 Artis Ini Kepincut dengan Pemain Bola

1. Kota Medan secara alami memiliki potensi bahaya banjir yang sangat besar

Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli, Luhut Sihombing (Dok. IDN Times)

Kota Medan sendiri secara alami memiliki potensi bahaya banjir yang sangat besar, baik secara spasial maupun temporal. Artinya walaupun pemerintah kota Medan mampu mengelola kotanya dengan baik, tetap memiliki potensi hazard banjir.

Potensi tersebut akan menjadi kenyataan jika variabel alaminya teramplifikasi oleh faktor pembangunan sungai, faktor kesalahan perencanaan dan implementasi pengembangan kawasan, faktor kesalahan konsep drainase, dan faktor kesalahan perilaku masyarakat terhadap komponen hidrologi-hidraulik.

Luhut mengatakan, kota ini tidak boleh dikelola dengan biasa-biasa saja. Meletakkan anggaran untuk pencegahan banjir saja tidak cukup. Tapi harus dapat memastikan anggaran tersebut sudah digunakan dengan baik dan benar. "Seperti yang diamanatkan oleh Presiden Jokowi. Jangan hanya send-send saja, tapi pastikan sudah delivered, yang berarti telah dirasakan masyarakat penerima manfaat," katanya.

2. Mitigasi banjir oleh Pemko Medan hanya sebatas perbaikan rutin

Dok.IDN Times/istimewa

Selama ini, tambahnya, mitigasi banjir oleh Pemko Medan hanya sebatas perbaikan rutin. Padahal langkah tersebut sudah terbukti tidak efektif dan terkesan buang-buang anggaran. Banjir tetap saja terjadi dan cenderung makin parah dari tahun ke tahun.

Dia mengatakan, banjir perkotaan adalah bencana yang bisa dikalkulasi dan harusnya bisa dihindari. Untuk itu perlu ada mitigasi baik mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural. Mitigasi banjir struktural berupa pembangunan fisik dan secara langsung, seperti pengaturan debit banjir, meresapkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah dengan sumur dalam sungai, jalan aspal berpori,menyediakan daerah terbuka hijau, dan mengalirkan air secepatnya ke sungai yang ada dengan perbaikan drainase secara komprehensif.

Mitigasi Banjir non-struktural tidak secara fisik, misalnya dengan kebijakan- kebijakan tertentu seperti pengendalian tata ruang, pengaturan daerah rawan banjir, dan peningkatan peran masyarakat serta pengelolaan daerah tangkapan air yang sustainable.

Baca Juga: Gawat! Medan Magnet Bumi Melemah, Ini Dampaknya pada Manusia!

Berita Terkini Lainnya