Sejumlah imigran Rohingya dikumpulkan di tenda darurat usai terdampar di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara, Senin (1/1/2024). (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio)
Kehadiran pengungsi menuai pro kontra di tengah masyarakat. Segelintir masyarakat menolak kehadiran mereka. Meski tidak sedikit juga yang memiliki empati.
Soal pro kontra ini, Pemprov Sumut sudah membuat langkah antisipasi. Sementara waktu, para pengungsi mendapat pengawalan aparat TNI dan Polri.
"Isu-isu (penolakan) ini, sudah masuk ke kita, dari awal. Untuk mengantisipasi, jangan sampai ada gesek-gesekan dengan masyarakat lokal, Dengan pengungsi. Ada Babinsa, Koramil, stand by disana, ada pihak kecamatan. Apa informasi disana menjadi pertimbangan kita, untuk bisa menangani selanjutnya," kata Basarin.
Basarin menambahkan pihak bersama stekholder terkait akan menggelar rapat lanjutan, untuk menyikapi situasi dan informasi berkembang dalam penanganan ratusan pengungsi Rohingya tersebut.
"Nanti ada rapat lanjutan, hari ini kita gelar rapat terbatas," katanya.
Protection Associate United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Oktina Hafanti mengatakan, pihaknya akan terus mendukung apa yang dilakukan pemerintah kabupaten dan provinsi. Pihaknya juga telah menyalurkan makanan dan lainnya.
Oktina menjelaskan, dalam penanganan pengungsi, UNHCR biasanya memberikan solusi panjang seperti makanan dan minuman. Dia juga mengaku pihaknya tidak bisa sendiri mengatasi pengungsi.
“Tentu saja kita tidak bisa sendiri, mesti didukung Pemerintah Indonesia,” kata Oktina.
Berdasarkan data UNHCR, jumlah pengungsi yang mendarat di Deliserdang berjumlah sebanyak 157. Pengungsi tersebut terdiri dari orang dewasa, anak-anak, bayi dan balita.