Banjir Aceh Tamiang, Warga di Pengungsian Mulai Diserang Penyakit

- Para pengungsi hidup dalam lingkungan kurang sehat, dengan aroma tidak sedap dan udara penuh debu
- Petugas kesehatan hanya memberikan penanganan sementara dan obat-obatan dasar, belum bisa memberikan perawatan lengkap
- Banjir Aceh Tamiang telah merenggut 57 nyawa, 262.087 jiwa mengungsi, dan banyak fasilitas rusak termasuk rumah sakit
Aceh Tamiang, IDN Times - Sudah dua pekan sejak banjir pertama kali menerjang Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh pada 26 November 2025 lalu. Para penyintas yang ada di tenda - tenda pengungsian kini mulai diserang penyakit.
Penyakit yang mulai diderita antara lain; batuk, gatal-gatal, infeksi hingga diare. Minimnya fasilitas kesehatan darurat, membuat para pengungsi tidak mendapatkan layanan. Para penyintas menyebut, penyakit rentan menyerang anak-anak. Karena kondisi di tenda yang kumuh serta udara yang tidak sehat. Belum lagi kurangnya pasokan air bersih. Membuat para penyintas, tidak bisa membersihkan diri.
1. Di pengungsian, para penyintas juga harus hidup dengan lingkungan yang kurang sehat

Di pengungsian, para penyintas juga harus hidup dengan lingkungan yang kurang sehat. Seperti di pusat pengungsian yang ada di Jembatan Kuala Simpang. Setiap harinya para pengungsi harus mencium aroma tidak sedap seperti bangkai dan menghirup udara penuh debu. Belum lagi saat hujan, mereka harus bertahan dalam kondisi kedinginan dengan fasilitas yang minim.
Seorang nenek yang menjadi penyintas, Dessi (45), mengaku anak dan cucunya sudah diserang penyakit. Cucunya yang masih berusia dua tahun menderita diare. Sementara anaknya, mengalami infeksi mata, karena paparan debu. Kelopak matanya mengalami bengkak.
Dessi sudah bingung, bagaimana merawat anak dan cucunya itu. "Cucu saya terus-terusan buang air. Perutnya sakit," kata Dessi, Selasa (9/12/2025).
2. Petugas kesehatan hanya bisa memberikan penanganan sementara dan memberikan obat-obatan dasar

Kata Dessi, dalam dua hari terakhir ada sejumlah tenaga kesehatan yang mendatangi tenda - tenda pengungsian. Namun hanya memberikan penanganan sementara dan memberikan obat-obatan dasar.
"Tapi saat ini sudah tidak ada lagi," katanya.
Dessi khawatir, jika berlarut dalam kondisi ini bisa berujung fatal. Dia berharap, relawan mau pun pemerintah bisa memberikan layanan kesehatan kepada para pengungsi. Karena, selain mereka, ada penyintas lain yang juga sudah mengalami sakit.
Sementara itu di lapangan, posko layanan kesehatan belum banyak berdiri. Salah satu posko yang terpantau berada di kawasan Kantor Bupati Aceh Tamiang. Sejumlah tenaga medis dikerahkan di sana.
Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Reza Pahlevi mengatakan, dalam beberapa hari terakhir, mereka sudah banyak kedatangan penyintas yang sakit. Meski pun kata dia, saat ini perawatan belum bisa secara lengkap diberikan. Jika pun ada pasien dalam kondisi kesehatan berat, mereka akan merujuknya ke RSUD Langsa.
"Posko-posko itu kan lebih untuk Pasien yang sifatnya ringan. Untuk berobat jalan. Tapi kalau yang utuh dia harus berobat rawat inap, memang butuh fasilitas kesehatan yang lebih memadai seperti rumah sakit," kata Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Reza Pahlevi saat ditemui di posko.
3. Instalasi Gawat Darurat RSUD Muda Sedia Tamiang dikabarkan sudah bisa layani pasien

Saat ini, upaya pemulihan fasilitas kesehatan terus digeber. Petugas gabungan terus membersihkan RSUD Muda Sedia Tamiang yang cukup parah terdampak. Informasi teranyar, Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit itu sudah bisa melayani pasien.
Data per 8 Desember 2025 menunjukkan, banjir Aceh Tamiang sudah merenggut nyawa 57 orang. Kemudian ada 23 lainnya masih hilang.
Tercatat 262.087 jiwa mengungsi, sementara 36.838 jiwa lainnya terdampak namun tidak mengungsi. Dari laporan Posko Komando, ada 2.262 rumah rusak, termasuk 780 unit rusak berat dan 35 unit rusak sedang. Fasilitas pendidikan yang rusak mencapai 54 unit, ditambah 3 unit rusak berat. Sarana kesehatan ikut terdampak dengan 1 unit rusak, sementara data kerusakan berat masih belum masuk.
Kerusakan juga terjadi pada sarana ibadah, sebanyak 33 unit rusak dan 2 unit rusak berat. Sarana perkantoran yang terdampak mencapai 32 unit, dan 1 unit mengalami rusak berat. Infrastruktur transportasi pun lumpuh dengan 2 jembatan rusak dan 1 jembatan putus total


















