Amnesty International: Kapal Rohingya Harus Dibiarkan Mendarat

Ini persoalan hidup dan mati, ada perempuan dan anak-anak

Banda Aceh, IDN Times - Amnesty International Indonesia angkat bicara terkait keberadaan kapal motor pengangkut imigran Rohingya asal Myanmar --diduga pengungsi-- hingga kini masih terombang-ambing di perairan luat Kabupaten Bireuen, Aceh, sejak pertama kali ditemukan oleh nelayan setempat, pada Minggu (26/12/2021).

"Informasi itu sangat kuat dan kami terima dari nelayan Aceh," kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, saat dikonfirmasi, pada Selasa (28/12/2021).

1. Kapal yang ditumpangi Rohingya membutuh pertolongan

Amnesty International: Kapal Rohingya Harus Dibiarkan MendaratKapal motor bermuatan etnis Rohingya terlihat di perairan Aceh. (Dokumentasi nelayan Aceh untuk IDN Times)

Usman mengatakan, Amnesty International Indonesia telah menerima informasi bahwa pada Minggu, 26 Desember kemarin, terdapat sebuah kapal yang mengakut sejumlah orang Rohingya, termasuk perempuan dan anak, berada di sekitar perairan Aceh, tepatnya di wilayah Kabupaten Bireuen.

Diperkirakan jaraknya sekitar 70 mil dari daratan antara Kecamatan Peulimbang dan Kecamatan Peudada, Kabupaten Bireuen. Para nelayan lokal telah melihat keberadaan kapan yang diduga kuat berisi para pengungsi dan menolong mereka dengan mengikat kapal mereka di salah satu rumpon milik nelayan Aceh.

"Mesin kapal pengungsi tersebut, menurut nelayan setempat, mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya dan membutuhkan pertolongan," ujar Usman.

2. Nelayan setempat sedang mencoba pihak berwenang untuk menolong

Amnesty International: Kapal Rohingya Harus Dibiarkan MendaratKapal motor bermuatan etnis Rohingya terlihat di perairan Aceh. (Dokumentasi nelayan Aceh untuk IDN Times)

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia menyampaikan, berdasarkan informasi yang pihaknya dapatkan, saat ini para nelayan sedang mencoba untuk memperoleh perhatian dari pihak berwenang untuk menolong dan menerima kedatangan para imigran Rohingya, serta memerintahkan satuan-satuan setempat untuk bersiaga.

Sebab, etnis asal Myanmar yang masih berada di atas kapal motor kayu tersebut diperkirakan telah lama terombang-ambing di laut. Sehingga harus segera harus dilakukan penyelamatan.

"Ini persoalan hidup dan mati. Ada juga perempuan dan anak-anak. Kondisi kesehatan mereka juga harus dipastikan," kata Usman.

Baca Juga: Kapal yang Ditumpangi Etnis Rohingya Terombang-Ambing di Perairan Aceh

3. Mendesak pemerintah untuk menerima kedatangan imigran Rohingya

Amnesty International: Kapal Rohingya Harus Dibiarkan MendaratPengungsi Rohingya turun dari kapal di pesisir Pantai Lancok, Kecamatan Syantalira Bayu, Aceh Utara, Aceh, pada 25 Juni 2020. ANTARA FOTO/Rahmad

Upaya yang dilakukan nelayan Aceh, dikatakan Usman, telah mencerminkan keteladanan untuk saling menolong orang yang terapung di laut tanpa melihat kewarganegaraan. Tindakan yang serupa sebelumnya juga pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, namun kali ini harus dilakukan kembali.

"Karenanya Pemerintah Indonesia, dengan pengalaman penyelamatan sebelumnya, bisa kembali menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan, yakni dengan mengutamakan kemanusiaan. Apalagi sekarang Indonesia menjadi Presiden G20," jelasnya.

Selain itu, Amnesty International Indonesia juga mendesak pihak berwenang untuk menerima kedatangan warga negara asing asal Myanmar tersebut, setidaknya dalam sementara waktu.

"Kalau menolak mereka menepi atau mengirim kembali mereka ke lautan lepas sama saja itu melepas kewajiban internasional Indonesia. Kapal mereka harus dibiarkan masuk dan mendarat di pantai terdekat. Para pengungsi diselamatkan dan dipenuhi kebutuhan dasarnya," tegas Usman.

4. Harus ada tanggung jawab bersama

Amnesty International: Kapal Rohingya Harus Dibiarkan MendaratPengungsi etnis Rohingya berada dalam tenda yang dibangun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Timur di Pulau Idaman, pesisir Pantai Kuala Simpang Ulim, Aceh Timur, Aceh, Sabtu (5/6/2021). Saat ini 81 pengungsi itu dibawa ke Kota Medan. (ANTARA FOTO/Irwansyah)

Beberapa waktu silam, Pemerintah Indonesia telah memberikan izin pendaratan bagi 297 imigran Rohingya di Kota Lhokseumawe, Aceh. Kemudian juga pernah menerima 99 yang masuk melalui pantai di Kabupaten Aceh Utara.

Apa yang telah dilakukan oleh Indonesia, dikatakan Usman, seharusnya juga diikuti oleh beberapa negara tetangga lainnya sehingga tidak berkesan hanya bergerak sendiri dalam menangani kapal Rohingya.

"Harus ada tanggung jawab bersama di antara negara-negara kawasan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan agar mereka terhindar dari bahaya di laut, dan kondisi sulit di kampung halaman serta di kamp pengungsi di mana pun," kata Usman.

"Pengungsi Rohingya membutuhkan respon kemanusiaan dari kawasan, khususnya kepemimpinan strategis Indonesia. Energi kemanusiaan nelayan Aceh adalah kekuatan Indonesia dalam menyelamatkan pengungsi Rohingya," imbuhnya.

Baca Juga: Diduga Pengungsi Rohingya Masuk, Pengawasan Selat Malaka Diperketat

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya