Festival Budaya Tabuik, Pantai Gandoriah Jadi Lautan Manusia

Wali Kota memperkirakan ada 200 ribu wisatawan yang datang

Festival Budaya Tabuik berakhir setelah prosesi Membuang Tabuik ke Laut dilakukan, Minggu (30/7/2023) petang. Sebelumnya taubik pasa dan tabuik subarang diarak dari pasar Pariaman hingga Pantai Gandoriah.

Festival ini mengundang puluhan ribu warga dan wisatawan datang ke Pantai Gandoriah. Pantai ini pun berubah jadi lautan manusia.

Wali Kota Pariaman Genius dalam mengatakan tabuik adalah warisan berharga dan harus dilestarikan. Saat ini budaya Tabuik dan sulaman nareh asal pariaman telah diakui sebagai warisan budaya oleh Kemenkumham RI.

Genius mengatakan Festival Tabuik saat ini tidak semata-mata bagian dari budaya saja. Tapi ikut berkontribusi pada ekonomi dan pariwisata di Pariaman. Pemko memperkirakan, jumlah wisatawan yang hadir sampai 200 ribu orang.

Sebelum tabuik dibuang, anak-anak dari berbagai sanggar di kota Pariaman turut menampilkan tarian kolosal. Tema tarian yang diangkat terinspirasi dari wujud Bungo Salapan yang ada pada Tabuik.

Baca Juga: Potret Meriahnya Prosesi Tabuik Naik Pangkek di Pariaman

1. Sudah dimulai pada tahun 1824 Masehi

Festival Budaya Tabuik, Pantai Gandoriah Jadi Lautan ManusiaProsesi Membuang Tabuik ke Laut yang merupakan puncak acara Festival Budaya Tabuik Pariaman digelar di Pantai Gandoriah, Pariaman, Minggu (30/7/2023) petang. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Tabuik atau Batabuik (pesta Tabuik) di Kota Pariaman memiliki sejarah panjang dalam setiap penyelenggaraannya. Kata Tabuik sendiri berasal dari bahasa Arab (Ibrani) yakni At-Tabut, yang berarti peti dan keranda.

Dari sejumlah literatur, pelaksanaan tradisi atau upacara tabuik ini di Pariaman resmi dimulai pada tahun 1824 Masehi, dan menjadi permainan anak nagari (masyarakat).

Namun, perayaan Tabuik ini sempat didukung oleh Belanda, yang bertujuan untuk memanfaatkan politik adu domba masyarakat. Pasalnya, upacara Tabuik terjadi prosesi cakak (perkelahian) sesama peserta tabuik.

2. Zaman dahulu, Tabuik yang ditampilkan delapan buah

Festival Budaya Tabuik, Pantai Gandoriah Jadi Lautan ManusiaArak-arakan membawa Tabuik ke Laut untuk puncak acara Festival Budaya Tabuik Pariaman digelar di Pantai Gandoriah, Pariaman, Minggu (30/7/2023) petang. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Pada awalnya, jumlah Tabuik yang ditampilkan delapan buah, di antaranya Tabuik yang berasal dari Cimparuh, Kampung Jawa, (Subarang), Sungai Batang, Padusunan dan Karang Aur.

Pada awal kemerdekaan hingga tahun 1969, jumlah Tabuik di Pariaman ada 5 buah, untuk membuat sebuat Tabuik masyarakat secara bergotong royong mencarikan dana dan membuat Tabuik tersebut. Sayangnya, perayaan Tabuik di Pariaman sempat terhenti dari tahun 1969 sampai dengan 1980.

Kondisi ini disebabkan oleh karena terbatasnya kemampuan masyarakat dalam membiaya pembuatan Tabuik, serta sering terjadinya perkelahian masal ketika acara perayaan Tabuik dilakukan di Kota Pariaman.

3. Warga berebut Tabuik yang dibuang ke laut

Festival Budaya Tabuik, Pantai Gandoriah Jadi Lautan ManusiaProsesi Membuang Tabuik ke Laut yang merupakan puncak acara Festival Budaya Tabuik Pariaman digelar di Pantai Gandoriah, Pariaman, Minggu (30/7/2023) petang. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Setelah itu, Perayaan tabuik dihidupkan kembali tahun 1980, yaitu semasa Pariaman di bawah pimpinan Bupati Anas Malik. Semenjak itu hingga sekarang, Tabuik yang ditampilkan hanya 2 buah yakni Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang (Kampung Jawa) yang pada dasarnya merupakan Tabuik induk (asal) bagi tabuik lainnya.

Tabuik telah diwarisi secara turun menurun oleh masyarakat Pariaman sejak sekitar dua abad yang lalu. Bahkan Festival budaya Tabuik telah masuk agenda wisata tiap tahunnya. Festival Tabuik telah menarik ribuan wisatawan sehingga ditetapkan juga sebagai bagian kekayaan budaya Indonesia, yang mesti dilindungi dan dilestarikan.

Kendati menuai pro dan kontra di tengah masyarakat yang menyikapi Tabuik sebagai budaya yang menyimpang dari ajaran Islam Sunni, akan tetapi budaya Tabuik telah memberi dampak lainnya yang memberi kesejahteraan masyarakat dan mempromosikan dunia pariwisata Pariaman berkembang lebih jauh lagi. 

Di akhir acara sore tadi, begitu tabuik dibuang masyarakat yang menyaksikan sontak berhamburan ke laut menuju badan Tabuik. Mereka berebutan mengambil bagian dari badan tabuik untuk dibawa pulang. Masyarakat beranggapan benda-benda dari Tabuik mengandung berkah dan mendatangkan rejeki.

Baca Juga: Mengenal Sejarah dan Asal Usul Festival Budaya Tabuik Pariaman

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya