Batik Kujur, dari Pusaka jadi Kriya yang Dikenal hingga Mancanegara

Berdayakan ibu rumah tangga dongrak pendapatan keluarga

Muara Enim, IDN Times - Andai tak ada Batik Kujur, mungkin nama Kujur sebagai tombak pusaka asli Dusun Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan sudah terlupakan.

Batik Kujur kini namanya sudah mendunia. Batik khas Muara Enim ini dipamerkan pada event New York Indonesia Fashion Week yang digelar di Amerika Serikat pada Februari 2023.

Batik Solo, Batik Pekalongan, maupun Batik Yogyakarta tentu sudah jamak diketahui. Namun begitu IDN Times mendengar nama Batik Kujur langsung muncul pertanyaan: Apa itu Kujur?

Ahmad Syahdan, salah satu Ketua Kelompok di Rumah Batik Dusun Tanjung Enim menjelaskan Kujur adalah tombak milik Puyang Dusun Tanjung Enim, yaitu seorang ulama yang membangun peradaban Islam di Tanjung Enim pada abad Ke-14 bernama Syeh Pelawe.

Dianggap pusaka karena kesaktiannya, seperti mencegah banjir hingga mencegah api kebakaran meluas. Kemudian pusaka ini dijaga secara turun-temurun oleh murid yang ditunjuk Syeh Pelawe dan kemudian dilanjutkan pada anak, cucu, hingga cicit muridnya hingga saat ini.

"Kujur itu masih ada di kampung ini, dan hanya satu orang yang boleh membuka Kujur dari bungkusnya. Pemilihan nama Batik Kujur juga atas dasar kesepakatan tokoh dan warga dusun. Nama Kujur sengaja dipilih untuk mengangkat dan memperkenalkan nama pusaka kampung kami. Kujur artinya tombak, kami anggap sebagai simbol kejujuran. Jadi kalau orang zaman dulu sering bilang 'gunakanlah Kujur', artinya gunakan Kejujuran," jelas Ahmad saat IDN Times berkunjung ke Rumah Batik Kujur, Kamis (19/10/2023).

Anggota Rumah Batik Kujur, Meri mengakui bahwa saat ini suaminya adalah pewaris yang bertanggung jawab menyimpan Kujur warisan Syeh Pelawe.

"Sekarang Kujur masih digunakan untuk mencegah banjir, untuk mencegah kebakaran meluas. Itu bukan mitos, sudah dibuktikan. Jadi waktu ada kebakaran, Kujur ini ditegakkan, apinya berdiri, tidak menyambar ke rumah di sebelahnya," ungkap Meri sambil menunjukkan foto Kujur berbungkus bambu di smartphone miliknya.

Batik Kujur, dari Pusaka jadi Kriya yang Dikenal hingga MancanegaraAhmad Syahdan, salah satu Ketua Kelompok di Rumah Batik Kujur Dusun Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Batik Kujur pertama kali di-launching pada 2 Maret 2019. Ahmad tak menyangka kini Batik Kujur sudah dipromosikan ke berbagai kota di Indonesia bahkan hingga mancanegara. Semua bermula dari kedatangan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) ke Dusun Tanjung Enim pada tahun 2018.

Pria 50 tahun ini bercerita, awalnya pada November 2018 pihak PTBA datang ke Dusun Tanjung Enim dan mengusulkan agar dijadikan dusun pembuat batik dengan mengandalkan ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Awalnya warga ragu. Kemudian digelar pertemuan dengan tokoh dan pemuka agama di Dusun Tanjung Enim untuk membahas tawaran dari PTBA.

"Terus terang, awalnya kami buta sekali dengan batik dan belum pernah membuat batik. Kok tiba-tiba PTBA mengusulkan jadi Dusun Pembatik? Setelah diskusi dengan semua tokoh masyarakat dusun ini, disepakati kita terima aja dulu, karena gak ada yang enggak bisa kalau mau belajar," ungkap Ahmad mengenang peristiwa 5 tahun lalu.

PTBA langsung menyambut baik dan gerak cepat dengan mendatangkan pelatih membatik dari Yogyakarta bernama Nur Rohmat. Dimulai dari latihan membuat cap batik kertas, membuat motif batik khas dusun Tanjung Enim, membuat pola, membatik memakai cap tembaga, hingga proses mewarnai. Total ada dua kali pelatihan yang digelar PTBA selama 15 hari.

Dalam sesi membuat motif batik khas Dusun Tanjung Enim inilah muncul ide tentang motif Kujur atau tombak. Ide ini kemudian diamini dan disepakati oleh tokoh agama dan tokoh adat.

Sejak awal PTBA memang mendorong peserta menelurkan ide motif yang beraroma kearifan lokal. Sehingga mudah diingat, punya ciri khas, dan tidak bisa ditiru daerah lain. Pada Batik Kujur, selain ada motif tombak juga dihiasi coretan kopi, rumah tengkiang, dan bunga tanjung sebagai implementasi kearifan lokal. Pelatihan berjalan sukses.

Pada 22 Februari 2019, PTBA kembali menggelar pelatihan membatik untuk warga Dusun Tanjung Enim tentang produksi batik. Selain itu tujuannya untuk menggeber kriya batik buah karya asli warga Dusun Tanjung Enim. Batik yang berhasil dibuat akan dipamerkan pada Peringatan Ulang Tahun PTBA tanggal 2 Maret 2019.

"Kami kaget, karena waktunya cuma 14 hari diminta bikin batik dan akan dipamerkan saat Ulang Tahun PTBA. Sekaligus akan di-launching nama Batik Kujur pada acara itu," jelas Ahmad.

Meski pemula, para IRT Dusun Tanjung Enim menerima tantangan tersebut. Mereka bekerja siang-malam untuk menghasilkan Batik Kujur demi hari peluncuran. Saat itu total ada 25 orang dibagi dalam 5 kelompok yang berkomitmen untuk menjadi pembatik.

"Walau berat waktu itu, tapi kami berhasil me-launching Batik Kujur. Awal-awal pesanan dari PTBA," tambahnya.

Setelah itu, laju Rumah Batik Dusun Tanjung Enim seakan tak terbendung. Mereka berkesempatan mempromosikan desain-desain Batik Kujur saat Peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Mulut Tambang Sumsel-8 di Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan pada November 2019.

Acara yang dihadiri Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu dan beberapa kepala daerah di Sumatera Selatan membawa berkah tersendiri bagi Ahmad CS. Bupati Muara Enim langsung memesan 200 lembar kain batik pada acara tersebut. Disusul pesanan batik dari PTBA sebanyak 1.000 potong.

Batik Kujur, dari Pusaka jadi Kriya yang Dikenal hingga MancanegaraKegiatan membatik di Rumah Batik Kujur Dusun Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Kamis (19/10/2023). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Rumah Batik Kujur mulai tumbuh. Tahun 2020 Rumah Batik Kujur berkembang menjadi 8 kelompok. Tahun 2021 hingga saat ini sudah ada 12 kelompok yang rata-rata berisi 5-8 anggota per kelompok. Kemudian Rumah Batik Kujur juga bergabung di Sentra Industri Bukit Asam sebagai tempat promosi dan pemasaran produk Usaha Mikro dan Kecil (UMK) lokal Muara Enim di bawah naungan rumah BUMN.

"Dari segi promosi memang kami belum mampu sendiri, kami masih ditopang rumah BUMN, mereka terus membimbing kami untuk bisa mandiri. Jadi kami dibina dalam hal pemasaran, promosi, dan diberi studi banding ke Jogja, Bandung, hingga ke Paris. Selain itu produk Batik Kujur juga dipasarkan lewat Aplikasi PADI, jadi sudah ada juga pemesanan dari PADI," terang pria yang juga berprofesi sebagai guru ini.

Sekarang, menurutnya, semua pembatik Rumah Kujur sudah merasakan keuntungan dari membatik. Termasuk pekerja harian yang dipanggil saat Rumah Batik Kujur kebanjiran orderan. Misalnya untuk pemesanan PTBA tahun ini yang jumlahnya mencapai 2.000 potong kain batik untuk baju seragam karyawan, Rumah Batik Kujur memberdayakan IRT di sekitar dusun sebagai pekerja harian.

"Pemesanan terbanyak Rumah Batik saat ini masih dari PTBA dan Pemda. Kalau dari aplikasi PADI rata-rata 100 kain per bulan dari total rata-rata pesanan per bulan 500 kain. Alhamdulillah dengan keberadaan Rumah Batik Kujur ini perekonomian warga di sini terbantu dan meningkat penghasilannya," ujar pria berbadan kurus ini.

Meri mengakui perekonomian keluarganya sekarang lebih baik setelah bergabung menjadi pembatik di Rumah Batik Kujur. Menurutnya dengan perekonomian yang lebih baik, maka ia bisa memberikan pendidikan yang lebih baik juga pada anaknya di masa yang akan datang.

"Anak-anak kan makin besar, sekolahnya juga bakal makin tinggi. Kalau mengharapkan penghasilan suami aja kan gak mungkin. Dengan penghasilan dari Rumah Batik mudah-mudahan bisa menyekolahkan anak lebih tinggi lagi," ungkap ibu dua anak ini.

Batik Kujur, dari Pusaka jadi Kriya yang Dikenal hingga MancanegaraKegiatan membatik di Rumah Batik Kujur Dusun Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Kamis (19/10/2023). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Vice President Sustainability PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Hartono mengakui Rumah Batik Kujur memiliki keunikan. Karena masyarakatnya sama sekali tidak memiliki basic sebagai pembatik. Jadi perlu upaya ekstra dalam hal meyakinkan dan pendampingan.

"Batik Kujur ini tidak seperti di Pekalongan atau Jogja. Mereka membatik dari nol, dari awal. Kita datangkan pelatih dari pekalongan, dari Jogja, dan hingga kini bisa eksis, dan bisa menambah atau meningkatkan pemasukan keluarganya," ungkap Hartono.

Menurutnya, secara filosofis PTBA melakukan sebuah program CSR atau TJSL bukan semata-mata untuk pencitraan, tetapi berasal dari sebuah niat yang mulia. Karena PTBA sebagai anggota Grup MIND ID melakukan eksplorasi di Muara Enim bertujuan untuk membangun peradaban, meningkatkan kesejahteraan, dan menciptakan kehidupan yang lebih baik pada masyarakat.

Untuk mewujudkan niat mulia itu, PTBA memiliki program CSR yang mencakup 3 hal utama. Pertama pendidikan, kedua menjaga keberlangsungan lingkungan, dan ketiga pengembangan usaha mikro dan kecil (UMK). Salah satu upaya pengembangan UMK ini adalah dengan memberikan pelatihan dan pendampingan pada Rumah Batik Kujur.

"Kita fokus pada UMK sebagai penyangga ekonomi Indonesia, kita tahu peran UMK sangat tinggi. PTBA memfasilitasi UMK di Maura Enim lewat Sentra Industri Bukit Asam (SIBA). Ada SIBA Kopi, Songket, Rosella, Jamur Tiram, Pupuk Organik, Rajut, termasuk Batik. SIBA merupakan bagian dari salah satu pengembangan kita yaitu sebagai pusat UMK untuk men-display produk mereka. Sedangkan kegiatan produksinya di lokasi masing-masing. Semangat kita itu Satu Desa Satu Produk atau OVOC (One Village One Product)," terangnya.

Hartono menjelaskan pihaknya fokus pada kelompok-kelompok dalam kategori rentan untuk diberdayakan. Misalnya di Rumah Batik Kujur Dusun Tanjung Enim didominasi IRT karena sebagian besar suami mereka tidak memiliki pekerjaan tetap.

"Mereka memiliki potensi tapi belum memiliki kesempatan, jadi kita membuka kesempatan itu. Dari awal sekali melakukan kegiatan membatik, dari belum tahu membatik, sekarang mereka sudah kewalahan menerima orderan yang begitu banyak. Alhamdulilllah hingga saat ini mereka tetap eksis dan bisa memberikan penambahan pemasukan bagi keluarganya," ungkap Hartono.

Baca Juga: Nyaris Putus Asa, Kini Petani Lebih Sejahtera Berkat PLTS Karang Raja

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya