Nyaris Putus Asa, Kini Petani Lebih Sejahtera Berkat PLTS Karang Raja

Hasil panen padi petani Karang Raja meningkat 40 persen

Muara Enim, IDN Times - Puluhan tahun petani di Desa Karang Raja, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan bercocok tanam secara tradisional. Dalam satu tahun biasanya hanya melakukan satu kali musim tanam dan satu kali panen. Parahnya, jika musim kemarau panjang, musim tanam akan ditunda karena sawah tak bisa dialiri air.

Pada 2021, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berinisiatif membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk irigasi sawah di Desa Karang Raja. PLTS resmi dioperasikan pada 14 Februari 2023, kini petani tak khawatir lagi soal cuaca karena musim tanam bisa dilakukan kapan saja.

"Sebelum ada PLTS kami petani cuma menggarap satu kali dalam setahun, tergantung keadalan alam. Pas musim penghujan baru musim tanam, kalau kemarau tidak bisa tanam. Setelah masuk PLTS, sekarang apapun cuacanya kita bisa menanam. Ini sudah tanaman ketiga sejak adanya PLTS. Mudah-mudahan yang ketiga ini juga bisa berhasil," ungkap Bakhtiar, Ketua Kelompok Tani Raja Makmur, Desa Karang Raja kepada IDN Times, Kamis (19/10/2023).

Bakhtiar bercerita, petani di Desa Karang Raja ini sebenarnya nyaris putus asa. Karena semakin hari, cuaca di Muara Enim semakin tak bisa ditebak. Biasanya Bulan Desember adalah musim penghujan dan cocok untuk menanam padi, tapi malah tidak turun hujan dan kemarau. Menahun para petani memendam persoalan ini.

Akhirnya pada tahun 2018, para petani menyampaikan keluhan ini pada PTBA dan mendapat respon positif. Dari hasil perbincangan dengan PTBA, maka disepakati akan dibangun PLTS irigasi di dekat Sungai Enim untuk mengairi sawah petani.

Pada 16 September 2021 PLTS irigasi mulai dibangun di lahan milik IiF Tehera. Meski bukan petani padi, Iif ikhlas menghibahkan lahan kebunnya seluas 25x15 meter untuk dibangun PLTS irigasi.

"Saya bukan petani padi. Dulu ini ladang duku, tapi karena saya lihat ada kebutuhan petani untuk PLTS irigasi, jadi saya hibahkan saja. Mudah-mudahan ini bisa membantu mengubah pola pikir masyarakat petani yang selama ini hanya mengandalkan hujan saja untuk mengairi lahan," ujarnya.

Wahyu Deni Ibrahim, Community Development Officer (CDO) Corporate Social Responsibility (CSR) PTBA menjelaskan perusahaan memasang sebanyak 76 keping panel surya yang mampu menghasilkan tenaga listrik 38  Kilowatt peak (Kwp) untuk menggerakkan dua unit pompa air di Sungai Enim.

Debit air maksimal mencapai 20 liter per detik. Namun yang digunakan saat ini debit airnya hanya 17 liter per detik untuk mengairi 35 hektare sawah milik 121 petani di Desa Karang Raja. Pembangunan PLTS yang menelan biaya sekitar Rp1,3 miliar ini akhirnya diresmikan pada 14 Februari 2023.

"Kita sengaja pilih pembangkit tenaga surya supaya petani gak terbebani lagi dengan biaya pembayaran listrik. Kalau kita bangun pakai listrik kan nanti repot petani harus patungan lagi untuk membayar biaya listriknya," terang Wahyu.

Nyaris Putus Asa, Kini Petani Lebih Sejahtera Berkat PLTS Karang RajaBakhtiar, Ketua Kelompok Tani Raja Makmur, Desa Karang Raja, Muara Enim (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Dewa Made Dwi Parmana, PIC Program Pengembangan PTBA menjelaskan dulunya petani sudah pernah menggunakan pompa air bertenaga listrik untuk mengairi sawah saat musim tanam dan musim kemarau. Namun biaya listrik dan perawatannya kerap menimbulkan persoalan.

"Nah, untuk PLTS irigasi ini PTBA membentuk pengurus sebanyak 4 orang. Di antaranya ada Pak Bakhtiar selaku ketua kelompok tani dan Pak Iif sebagai pemilik lahan. Jadi mereka yang bertanggung jawab untuk perawatan dan menjaga PLTS irigasi ini," katanya.

Sejak diresmikan awal 2023, menurut Bakhtiar, petani Karang Raja langsung bisa merasakan manfaat dari PLTS irigasi. Pada Oktober 2023, para petani sudah memasuki musim tanam ketiga kali.

"Setelah ada PLTS, sekarang apapun cuacanya kami bisa menanam. Ini sudah tanaman ketiga sejak adanya PLTS. Mudah-mudahan yang ketiga ini juga bisa berhasil. Kalau dulu cuma nanam di bulan 12. Setelah bulan 12, bulan 4 sudah musim panas. Ya sudah, tidak ada kegiatan tanam lagi. Setelah ada PLTS ini sangat membantu, kami bisa tanam berulang-ulang, kami tanam ini kontiniu, terus-menerus sepanjang tahun," ungkap Bakhtiar.

Berkat pengairan sawah yang rutin dan konsisten, hasil pertanian pun meningkat. Jumlah panen padi yang dihasilkan, kata Bahktiar, meningkat 40 persen dibanding sebelum ada PLTS irigasi.

"Tanpa PLTS irigasi, ya udah kami tanam saja, hasilnya pun berapa dapat saja. Setelah ada PLTS ini hasilnya jadi drastis, panen 40 persen meningkat karena perairannya lancar. Satu hektare hasil panennya bisa 4 ton," terangnya.

Dewa Made menambahkan, setelah sukses dengan keberadaan PLTS irigasi, PTBA mengajarkan pertanian organik pada Kelompok Tani Desa Karang Raja. Dari total lahan 11,5 hektare milik 23 anggota kelompok tani, kini 4 hektarenya diuji coba untuk pertanian sawah organik di bawah dampingan PTBA. Termasuk satu di antaranya adalah lahan milik Bakhtiar.

Bukan hanya soal pertaniannya saja yang didampingi, namun PTBA juga memikirkan soal distribusi dari beras organik hasil panen. Sebelumnya PTBA juga sudah memulai pendampingan pertanian beras organik di Desa Pagar Dewa, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim.

"Karena kami sudah belajar dan praktikkan di desa lain, kami praktikkan di sini juga (Pertanian Organik). Petani juga gak perlu khawatir, karena selain bertaninya yang kami ajarkan, distribusinya nanti juga akan dibantu oleh PTBA," ungkap Dewa Made.

Budidaya beras organik dianggap berhasil di Desa Pagar Dewa. Saat panen perdana pada 17 Mei 2023, dari luas lahan 1,5 hektare menghasilkan benih beras merah organik sebanyak 4,2 ton dan dapat digunakan untuk budidaya di area seluas 165-170 hektare sawah organik.

Dengan pengalaman PTBA ini, sebagai petani, Bakhtiar yakin pertanian organik akan membawa dampak positif pada alam dan petaninya sendiri. Tanah akan terjaga kesuburannya dibanding jika memakai pupuk kimia secara terus-menerus.

"Saya sebagai ketua kelompok tani mencoba mengajak tanpa bersuara, yaitu saya menyontohkan dengan menanam sendiri. Jadi ini sawah saya sudah organik, tanah lebih subur dan hasil panen lebih banyak. Hanya saja harus lebih rajin membersihkan lahan, karena banyak rumput yang tumbuh kalau tanahnya lebih subur," terang Bakhtiar sambil menunjuk lahan persawahannya.

Nyaris Putus Asa, Kini Petani Lebih Sejahtera Berkat PLTS Karang RajaPLTS Irigasi di Desa Karang Raja, Kecamatan Muara Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Vice President Sustainability PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Hartono menjelaskan secara filosofis PTBA melakukan sebuah program CSR atau TJSL bukan semata-mata untuk pencitraan, tetapi berasal dari sebuah niat yang mulia. Karena PTBA sebagai anggota Grup MIND ID melakukan eksplorasi di Muara Enim bertujuan untuk membangun peradaban, meningkatkan kesejahteraan, dan menciptakan kehidupan yang lebih baik pada masyarakat.

Untuk mewujudkan niat mulia itu, PTBA memiliki program CSR yang mencakup 3 hal utama. Pertama pendidikan, kedua menjaga keberlangsungan lingkungan, dan ketiga pengembangan usaha mikro dan kecil (UMK). Di bidang lingkungan, sesuai mandat yang diberikan Kementerian BUMN, PTBA bekerja sama dengan satuan kerja environment menggulirkan banyak program, satu diantaranya adalah PLTS irigasi.

PLTS Irigasi Karang Raja merupakan proyek PLTS keenam yang dibangun oleh PTBA. Dua proyek PLTS ada di Muara Enim, dua di Lampung, dan masing-masing satu proyek di Sawah Lunto dan Lahat.

Menurutnya, PLTS ini sangat ramah lingkungan dan PTBA juga mendorong petani untuk melakukan pertanian organik. 

"Dari enam proyek PLTS ini sudah ratusan petani yang menerima manfaat dan ratusan hektare yang berhasil diairi lebih stabil setiap tahun. Daerah Muara Enim ini sawahnya merupakan sawah tadah hujan dan tradisional, kita melihat ini potensi besar. Setelah melakukan kajian akademis, akhirnya kita memutuskan membantu PLTS untuk pertanian," jelas Hartono.

Tidak berhenti di situ, PTBA merancang program yang lebih sistematis lagi. Dengan pengairan yang baik otomatis produktivitas hasil pertanian juga akan meningkat, artinya pemasarannya juga harus dipikirkan.

"Sebelum program ini jalan, kami sudah mencari pasarnya terlebih dahulu kemana ini akan dijual. Alhamdulillah, pasar sudah tersedia dan tinggal  menunggu bagaimana petani bisa meningkat produktivitasnya. Jadi bukan cuma hulunya saja tetapi hilirisasinya juga dipikirkan PTBA," terangnya.

Budidaya dan penanaman beras organik yang diusung PTBA ini, tambah Hartono, merupakan bagian kecil dari program Rumpun Pangan dengan Energi Terbarukan yang Ramah Lingkungan (Ruang Rural) untuk membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan mendukung ketersediaan bahan pangan nasional.

Menurutnya, beras Vietnam dan Thailand bisa masuk ke Indonesia dengan harga yang murah namun petaninya sejahtera karena negara hadir dalam setiap tahapan pertanian dari hulu ke hilir.

"Semangat itu yang kita pegang, perusahaan hadir untuk memenuhi kebutuhan pangan wilayah itu. Kita memiliki program kerja Ruang Rural, pertanian ini adalah salah satunya, ada perikanan, perkebunan, dan peternakan juga. Tapi ini pertanian terlebih dahulu, tentu ini bisa menjawab banyak permasalahan. Insya Allah dengan solusi yang kita tawarkan pada pemerintah bisa memberikan warna di Muara Enim ini," pungkasnya.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya